|4|

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kurona mengikutinya dalam diam. Ia tidak tahu harus bereaksi apa, ia bahkan tidak tahu saat ini ia merasakan perasaan apa. Ia hanya mengikuti Ness, pergi menuju Yoichi. Sejujurnya Kurona sama sekali tak menyangka hari ini akan datang, semua yang terjadi beberapa hari ini benar-benar aneh dan tidak pernah dibayangkannya.

"Isagi-san?"

"Ah, ya? Ada yang bisa saya bantu?"

Kurona tak berani menatap Yoichi, ia mendapati dirinya menundukkan kepala, tanpa sadar melayang lebih dekat ke arah Ness. Aneh rasanya, jika sekarang ia lebih memilih lebih dekat dengan orang ini daripada Yoichi.

"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu."

"Tentang?"

Kurona dapat mendengar helaan napas Ness, sebelum kemudian ia lagi-lagi mendengar suaranya. "Apa kau mengenal seseorang bernama Kurona?"

Ada keheningan sejenak.

Kurona masih tak berani mendongak, menyadari bahwa ia telah menempel pada Ness, dan seolah menyembunyikan tubuhnya yang melayang dengan punggung pemuda itu.

Kurona menunggu, menunggu, hingga akhirnya ia kembali mendengar suara Yoichi, diikuti dengan nada terkejut yang sama sekali tak Kurona sangka.

"Darimana kau tahu tentang Ranze?"

Dan hanya dengan itu, pandangan Kurona mendadak menjadi gelap seketika.

.

Terlalu banyak!

Terlalu banyak!

Ada terlalu banyak ingatan yang dijejalkan ke dalam dirinya. Itu mendadak, dan Kurona merasakan kekosongan yang ada dalam dirinya penuh seketika. Ia kewalahan, membutuhkan pegangan, namun masih ada banyak ingatan yang dijejalkan kepadanya.

Klub.

Yoichi.

Mobil.

Rumah?

Kurona mengerti. Kurona mengerti semua. Ia mengingat semuanya.

.

Kurona membuka matanya, merasakan aneh di seluruh tubuhnya. Ia membayangkan pemandangan tidak dikenal ketika ia membuka mata, namun sebaliknya, ia mendapati ekspresi khawatir Ness dan tatapannya yang jatuh kepadanya.

"Kurona!"

Kurona mengerjap, kebingungan menghantamnya. Ia mendapati dirinya masih melayang, namun mereka tidak lagi berada di lorong, melainkan di dalam kamar Ness.

"Bagaimana kita bisa berada di sini?"

"Yah kau tahu, aku panik saat kau tiba-tiba tidak merespon dan hanya menatap dinding dengan kosong. Jadi aku terpaksa membawamu, kemudian berbicara dengan Yoichi."

Kurona mengangguk, sebelum akhirnya terdiam. Ia menatap Ness seolah-olah ia baru saja mengatakan bahwa alien itu nyata. "Bagaimana bisa kau membawaku ke sini?"

Ness tertawa, orang ini masih saja berani tertawa. Kurona mengharapkan jawaban, namun yang ia dapatkan hanyalah gelengan kepala. "Yah, itu untuk cerita lain."

"Ngomong-ngomong, mengapa kau tiba-tiba tak merespon?"

Kurona menatapnya dengan tak terkesan, ketika ia mengganti topik. Namun pada akhirnya ia lagi-lagi mengalah dan menatap benda-benda berserakan di kamar Ness. "Aku mengingat semuanya."

"Apa?"

"Aku mengingat semuanya tiba-tiba, ketika Yoichi mengucapkan namaku. Rasanya seperti seseorang telah mengembalikan ingatanku."

Kurona memperhatikan Ness terdiam sejenak, sebelum pemuda itu mengangguk perlahan. "Jadi kau sudah tahu semuanya?"

Menggeleng, Kurona kembali menatap sepasang magenta yang masih tertuju kepadanya. "Aku masih tidak tahu apa yang aku tunggu. Hanya ingatan siapa aku sebelumnya, itu saja."

"Dan Yoichi."

Kurona mengangkat satu alisnya, ketika menangkap nada merajuk dari pemuda di hadapannya. "Ya, dan Yoichi."

"Kau tahu Kurona. Ketika aku berbicara dengan Yoichi, aku telah merekamnya." Ness tiba-tiba mengeluarkan ponselnya, menunjukkan kepada Kurona rekaman yang baru saja ia simpan. "Apakah kau mau mendengarkannya?"

Kurona menatap rekaman itu sejenak, sebelum akhirnya mengangguk. Tanpa sadar melayang mendekat ke arah Ness, dan membuat pemuda itu melebarkan senyumnya.

.

"Itu ... dimulai saat musim dingin. Aku bertemu Ranze ketika tahun kedua SMP. Kami satu klub sepak bola satu itu. Aku dan dia, bisa dibilang dekat. Kami menjadi teman dan partner. Dia adalah teman terbaikku."

"Meskipun begitu aku tidak pernah tahu latar belakang Ranze, dia anak yang tertutup dan aku tak berani melewati batasan pertemanan kami. Aku ... masih menyesal tak pernah berani bertanya kepadanya, bahkan tentang luka yang tiba-tiba muncul di wajahnya. Dia selalu mengatakan bahwa dia jatuh, tetapi aku tahu dia berbohong, dia tahu aku mengetahui kebohongannya, kami berdua sama-sama tahu. Namun aku masih tak berani melewati batasan pertemanan kami, hingga kemudian ...,"

"Hingga kemudian?"

"..., aku terlambat mengetahui bahwa dia dirundung di kelasnya, aku terlambat mengetahui bahwa ia tak pernah punya tempat aman untuk pulang, termasuk rumahnya."

"Saat aku mengetahuinya, aku berusaha menghubungi Ranze. Namun ia sama sekali tak dapat dihubungi, aku panik dan mencarinya. Rumahnya kosong, dan ia tak ditemukan dimanapun, hingga kemudian aku mendapatkan telpon dari nomor tak dikenal."

"Saat itulah, aku menemukan Ranze. Tubuhnya tergeletak di jalanan, orang-orang berusaha memanggil ambulans, sementara mobil yang menabraknya telah melarikan diri. Orang yang menelponku adalah orang yang menemukan ponsel Ranze, dan saat itulah aku benar-benar membenci diriku sendiri."

"Aku telah gagal menjadi temannya, bukannya membantunya, aku lebih peduli dengan status pertemanan kami. Aku tak pernah berani menanyainya, meskipun aku tahu ada yang salah."

"Aku ... aku sangat menyesal. Aku berusaha mengubur itu semua, tetapi semua itu masih muncul di kepalaku setiap malam. Aku ... Maafkan aku, Ranze. Aku ... Aku tidak bisa menyelamatkannya, aku telah menjadi teman yang gagal! Aku bahkan tak dapat berbuat apa-apa! Bagaimana bisa aku berusaha melupakannya?! Aku—"

"Isagi-san, menurutku Ranze tak akan senang melihatmu minta maaf."

"Darimana kau mengetahuinya?! Kau tak tahu apa-apa! Kau tak menge—"

"Bukankah Isagi-san sendiri yang paling tahu?"

"Aku—"

"Isagi-san, jika Ranze benar-benar ada di sini, apa yang akan kau katakan?"

"...."

"Aku merindukanmu. Akumaafkan akuaku merindukanmu, Ranze. Aku merindukan hari-hari kita, aku benar-benar merindukanmu."

"Itu sudah cukup membuat Ranze senang, Isagi-san."

.

Kurona menatap ponsel di hadapannya. Semua itu terlalu mendadak, dan Kurona hanya dapat merasakan kekosongan. Ia meneguk, meneguk rasa sakit yang tiba-tiba merayapi, sebelum merasakan sesuatu yang menetes dari pelupuk matanya.

Ini pertama kalinya Kurona menangis.

Aneh melihat dirinya sendiri menangis, dimana tak dapat merasakan sesak di dada yang bahkan sudah tak memiliki jantung yang berdegup. Aneh rasanya menangis dengan tubuhnya yang seperti ini, tetapi Kurona tak dapat berhenti menangis.

Air mata mengalir semakin deras dan ia merasakan sakit yang semakin merayap di seluruh tubuhnya. Kurona menangis dalam diam, memuntahkan seluruh emosi yang selama ini ia simpan dan pendam.

Kurona tak berhenti menangis, bahkan ketika merasakan sebuah tangan menembus tubuhnya, dan merasakan kenyamanan yang melingkupi seluruh tubuhnya yang telah lama mendingin.

.

"Jadi?"

"Jadi?"

Ness memberinya senyuman, sama sekali terlihat tak masalah Kurona menempel kepadanya, meskipun Kurona yakin pemuda itu berusahan menahan dinginnya tubuhnya. "Apa rencanamu?"

Kurona menundukkan kepalanya. Jejak tangisan beberapa waktu lalu masih membekas di wajahnya, namun karena pucatnya kulitnya, membuatnya tidak terlalu terlihat. "Entahlah, mungkin aku akan lihat saja kedepannya. Aku masih belum mengetahui apa yang harus aku tunggu."

Ness mengangguk, entah mengapa pemuda itu tampak puas. "Apakah menurutmu, karena itu kau tak menghilang?"

"Mungkin. Sejak bangun, aku selalu menunggu. Mungkin aku harus bertemu dengan apa yang aku tunggu, lalu aku dapat tenang?"

"Ya, aku tak masalah kau tak bertemu apa yang kau tunggu."

Kurona menatapnya sejenak, sebelum menyentuhkan tangannya yang transparan pada tangan Ness yang terbuka, segera mengundang ringisan dari pihak lain.

"Hei! Itu dingin!"

"Kau terlihat tak masalah selama ini."

"Itu karena kau tak pernah mencoba menyentuhku."

"Kau harusnya senang, aku akan mencoba menyentuhmu mulai sekarang."

Tawa tiba-tiba datang dari Ness. Kurona menatapnya dengan aneh, apa yang lucu? "Tolong jangan, aku masih tak mau mampus, karena menggigil kedinginan."

Kurona memutar mata, sebelum mengalihkan pandangannya pada futon dan benda-benda di kamar Ness. Manusia ini benar-benar aneh sejak awal, Kurona tak mengerti mengapa ia dapat tahan dengan tingkah lakunya.

"Hei, Ranze."

"Hm?"

"Apakah kau mau, memperpanjang kesepakatannya?"

Kurona mengerjap, menatap Ness seolah-olah ia baru saja mengatakan sesuatu yang tak mungkin. "Bukankah liburanmu akan berakhir besok?"

Ness memberinya senyuman, sebelum lagi-lagi tertawa. "Ya, aku bisa memperpanjang liburanku." Kemudian ia buru-buru mengeluarkan ponselnya, mengetik sesuatu bahkan sebelum Kurona dapat menyela.

"Tapi bagaimana dengan temanmu—"

"Beres. Liburanku telah diperpanjang. Sekarang, kau tak akan menunggu sendirian lagi."

Kurona menatapnya lamat-lamat, menatap wajah Ness yang memberinya senyuman dan sepasang magenta yang teduh. Pada akhirnya Kurona mengalah, dan membiarkan orang ini melakukan sesukanya.

Ah, ia benar-benar masih tak mengerti pemikiran orang ini.

"Kau gila."

Meskipun begitu, Kurona tak dapat menahan senyum, ketika melihat tawa yang lagi-lagi datang dari Ness. Keduanya saling menempel, tak memperdulikan tubuh mereka yang tak dapat saling bersentuhan sepenuhnya, mencoba menikmati suasana nyaman yang diberikan saat ini.

(—ya, benar. Ini pertama kalinya, ia tak menunggu sendirian)

.

"Ngomong-ngomong, bagaimana kau bisa membuat Yoichi berbicara?"

"Oh, aku bilang kalau aku teman online yang sudah lama mencarimu."

"... Kau berbakat juga dalam mengarang cerita."

"Ah tentang itu, kenapa kau tidak menangis lagi? Apa itu tidak membebanimu?"

"Aku sudah lama mati rasa, Ness."

"Jadi menangis satu kali cukup?"

"Kau tidak mengerti."

"Kau tahu, kau bisa memanggilku Alexis."

"Tidak, terima kasih."

"Ayolah. Aku memanggilmu nama depanmu, kenapa kau tidak?"

"Kau yang seenaknya memanggil nama depanku."

"Tapi, kau memanggil Yoichi nama depannya."

"Karena Yoichi teman baikku???"

"Jadi aku bukan teman baikmu? Aku sudah memperpanjang liburanku demi dirimu."

"... Baiklah, Alexis."

"Senang juga bisa mengenalmu, Ranze. "

~fin.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro