3.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kau sedang apa?" tanya Namjoon sambil memegang cangkir kopi. Sebelah tangannya berada di kantung celana, mengamati ruang kantor Taehyung yang berubah berantakan. Matanya sedikit terbelalak, karena Taehyung sangat menyukai kebersihan juga kerapihan. Dia tidak mengira suatu saat pria perfeksionis itu akan mengalami hal lumrah seperti ini

Taehyung masih membuka laci-laci meja dan memeriksa deretan buku di rak. Dia menghela napas kesal kemudian berbalik memandang Namjoon.

"Kau tidak melihat buku agendaku?"

Namjoon mengernyit sebelum menyesap kopinya. "Agenda? Maksudmu buku curhat yang selalu kau bawa kemana-mana itu?" Namjoon terkekeh sendiri. Taehyung mengembuskan napas pasrah. "Sudah kubilang itu bukanㅡ"

"Oke, itu tidak penting, omong-omong," kata Namjoon gemas terhadap pembelaan Taehyung. Karena bagi pria itu, agenda dan buku curhat tidak memiliki perbedaan yang jauh.

"Aku tidak melihatnya pagi ini ketika kau datang. Jadi, kemungkinan kau memang tidak membawanya."

Taehyung terpekur lama. Dia menelusiri jejak memorinya hingga pagi ini, sementara Namjoon mulai masuk dan mencari tempat untuk duduk.

"Memangnya tidak bisa beli baru lagi? Atau ada sesuatu di situ sehingga kau khawatir sekali?" tanya Namjoon lagi.

Taehyung menghela napas. "Aku menulis semua premis atau outline buku yang sedang kutulis, bahkan semua pekerjaanku tahun kemarin ada di situ. Kau tahu kan buku itu penting untukku? 

Namjoon mengerti sekarang. Sebagai seorang penulis, kedua hal tersebut sangat penting untuk kelangsungan sebuah cerita.

"Coba kau ceritakan aktivitasmu sejak kemarin. Siapa tahu kau bisa mengetahuinya."

Maka, Taehyung mulai menjelaskan aktivitasnya kemarin dari pagi hingga malam. Dia pergi ke taman karena kafe tempat biasa dia menulis sedang dipesan untuk acara ulang tahun. Karena kesal, Taehyung memutuskan untuk pulang. Diperjalanan dia melihat sebuah taman yang sunyi, lalu mampir sebentar untuk menulis.

"Ah benar! Nenek sihir itu!" Taehyung terpekik kesal. Namjoon hampir saja menyemburkan kopinya.

"Nenek sihir?! Ya! Kau sedang mempraktikkan drama Snow White?"

Taehyung memandang Namjoon dengan malas. "Tidak. Tapi secara kebetulan, aku melihat seorang nenek sihir di taman itu. Sudahlah, aku izin sebentar untuk ke sana. Barangkali aku menjatuhkan bukuku di tempat itu."

Tanpa persetujuan Namjoon, dia melesat begitu saja. Sementara Namjoon berteriak, "Jangan lupa bereskan kantormu nanti!"

~

"Aku tidak sangka kau ternyata cantik juga." Ini suara Hoseok yang takjub dengan make over kakaknyaㅡJiwooㅡkepada Minji. Yang dilihatnya saat ini, bukan Minji yang hanya bermodalkan liptint dan bedak bayi. Choi Minji yang berada di depannya adalah seorang gadis cantik yang sangat anggun.

Jiwoo menatap bangga Minji, kemudian memberi sentuhan akhir di pipi Minjiㅡblush on tipis agar pipinya tampak manis.

"Woah, Eonni. Kau memang benar-benar keren! Aku sampai tidak mengenali diriku sendiri."

Jiwoo yang disanjung seperti itu terkekeh pelan. "Aku hanya menerapkan apa yang kulakukan pada diriku. Postur tubuh kita tidak beda jauh, jadi baju-baju buatanku cocok denganmu."

Minji menyeringai tak enak. "Eonni, kirim tagihanku sekarang. Aku mungkin akan membayarnyaㅡ"

Jiwoo meletakkan jari telunjuk di depan bibir Minji, sehingga gadis itu otomatis berhenti bicara.

"Anggap saja ini hadiah dariku. Kudengar dari Hoseok, kau sedang sakit hati karena seorang pria."

Minji mencibir kemudian menatap Hoseok yang mengalihkan pandangan. Anak itu memang benar-benar bermulut ember! batin Minji kesal.

"Bagiku, cara balas dendam yang paling ampuh adalah menjadi cantik. Sehingga pria itu mulai menyesal telah menyakitimu seperti itu. Bahan taruhan? Astaga, kau bisa diam saja seperti ini, ya? Aku mungkin sudah membuat pria itu menderita selama seminggu," kata Jiwoo cuek.

Hoseok berdecak. "Jangan ajari Minji cara barbarmu yang lain. Sudah cukup dia menonjok Sungwoon kemarin. Aku tidak suka dia erlaku kasar seperti itu kepada orang lain."

Jiwoo menatap kagum Minji. Ternyata dia cukup barbar untuk menghantam pria yang menyakitinya. Dia kemudian menatap Hoseok dengan kesal.

"Jadi, harus bagaimana Minji setelah ini? Kudengar kalian sedang merencanakan cara untuk memberikan rasa sesal pada para pematah hati itu?"

Minji mengedikkan bahu, sambil membetulkan letak poninya.

"Sebenarnya, aku tidak suka melakukan hal seperti ini. Hanya saja, aku benar-benar geram dengan para pria itu. Dikasih hati, malah minta jantung. Aku sebagai wanita tak terima dimanfaatkan cintanya oleh siapa pun." Minji beranjak, diikuti oleh Jiwoo dan Hoseok. Mereka bertiga kembali ke lantai satu, tempat dimana kafe Hoseok berada. Kafe ini bisnis sampingan Hoseok, selain menjadi pekerja kantoran.

"Bagus, aku suka semangatmu! Jadi, kupikir ini saatnya untuk bersenang-senang yang sebenarnya."

Setelah berpamitan dengan Jiwoo, Hoseok mengajak Minji untuk pergi ke salah satu club temannyaㅡYoongi. Di sana mereka bisa melakukan hal percobaan untuk menerapkan hal-hal yang akan mereka lakukan.

"Pertama, bersenang-senanglah. Yang kumaksud di sini adalah menari dengan pelan dan sedikit centil, tidak peduli siapa yang menonton. Lakukan dengan percaya diri, sesuaikan dengan suasana hati dan tanpa beban tertentu. Kau bisa melakukannya?"

Sebenarnya Minji ragu, tetapi usahanya harus berhasil. Dia tidak ingin menjadi orang yang terpuruk lagi. Setelah mengangguk yakin kepada Hoseok, musik berubah.  Seorang DJ berganti dan semua orang bersorak karenanya.

"Suga tampan sekali hari ini, astaga!" ucap seorang perempuan di samping Minji. Meski Minji tidak tahu DJ itu, dia juga mengakui kalau pria itu tampan.

Musik mulai mengalun, beberapa orang mulai memenuhi center untuk menari. Minji menoleh ke arah Hoseok yang sedang berada di meja bar. Pria itu menyuruh Minji untuk melakukan hal tersebut.

Maka, Minji mulai mengikuti saran Hoseok. Dia menggerakkan tubuhnya sesuai dengan musik yang mengalun. Beberapa kali, dia menyibakkan rambutnya, sehingga beberapa pria di depannya mulai melirik ingin tahu.
Minji melihat seorang pria tak jauh dari tempatnya berpijak. Dialah pria yang ditemui di taman. Kedua mata mereka bertemu, dan pria itu menghampirinya dengan cepat.

"Ikut aku sekarang," kata pria itu dengan sedikit geram. Minji tidak bisa melawan karena pergelangan tangannya ditarik begitu saja.

~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro