9.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pemuda itu terlihat berusaha mengeluarkan kesan manly-nya. Terbukti, bahwa dia lebih memilih espresso ketimbang susu pisang yang baru saja diantarkan. Minji terkekeh dalam hati, rasa gengsi pemuda itu masih belum pudar.

"Kau rindu padaku makanya datang ke sini?" tanya Jungkook sambil terus menatap Minji. Dalam hatinya dia memuji gadis di depannya. Tentu saja, Nona Choi ini total berubah. Sangat terawat dan jauh dari kesan gadis urakan.

Minji berdeham pelan lalu menyesap teh citrusnya dengan tenang sebelum menatap Jungkook. "Rindu denganmu? Well, peranmu tidak sepenting itu, sih, sampai-sampai aku harus rindu. But, karena kelihatannya kau berharap, aku akan bilang kalau aku cukup senang melihatmu lagi."

Jungkook menyeringai, menegak espresso-nya lagi dengan gemas. Ya, Noona di depannya ini tidak sebaik dulu. Ada sesuatu yang berubah, dan justru hal tersebut membuat Minji terlihat lebih menarik.

"Kau pandai bicara sekarang, dan tentunya," kata Jungkook sambil mencondongkan wajahnya lebih ke depan. "Kau cantik sekali, Noona."

Minji terkekeh dalam hati. Begini ya rasanya membuat seseorang kembali memujimu? batin Minji. Namun, pemikiran itu tidak berlangsung lama. Karena dia melihat seseorang baru saja masuk ke kafe dan langsung melihatnya.

"Jadi, apa kau masih menyimpan nomorku?"

Perhatian Minji teralihkan kepada pemuda di depannya. Well, dia sudah menghapus nomor pria itu sejak lama. Sejak dia tahu bahwa pemuda sialan itu hanya memperalat cintanya demi uang. Lalu, dia berpacaran dengan gadis lain.

"Tentu saja tidak, Jungkook. Mana mungkin aku menyimpan nomor pemuda yang menyakiti hatiku," ujar Minji sambil menaikkan sebelah alisnya. Jungkook berdeham sedikit dan membuang pandang sesaat.

"You know, aku menyesal melakukan itu. Karena aku bertemu denganmu, aku ingin minta maaf."

Basi sekali. Kenapa dia minta maaf setelah bertahun-tahun pisah denganku? Tch, batin Minji kesal.

"Aku akan—oh Sayang?"

Taehyung sempat melotot dan menatap heran. Namun, otaknya bekerja cepat. Ada seorang pria dan dandanan Minji yang tak biasa lagi. So, pasti dia sedang bersandiwara.

"U-uh, Baby? Sudah menunggu lama?" Taehyung mengecup puncak kepala Minji dengan sembarangan. Hoseok bahkan sedikit memekik begitu melihatnya.

"Tidak terlalu. Ah iya, aku bertemu teman lamaku. Jeon Jungkook, kenalkan ini Kim Taehyung. Dia—"

Taehyung langsung menyambar tangan Jungkook untuk menjabatnya, kemudian tersenyum simpul.

"Pacar Minji. Kau sendiri?"

"Aku hanya kerabatnya." Jungkook menjawab singkat.

Taehyung terkekeh pelan kemudian memandang Minji singkat. "Kupikir kau selingkuhan gadisku. Bercanda, Sayang," kata Taehyung sambil mengusap pelan pipi Minji.

Well, Minji sedikit meragu sekarang siapa Taehyung ini. Dia lebih cocok menjadi seorang aktor ketimbang penulis buku.

"Kalau begitu, aku harus pergi. See you, Noona." Jungkook pergi begitu saja, tanpa melirik kepada Taehyung yang merangkul Minji dengan mesra. Setelah Jungkook benar-benar hilang dari pandangan, Taehyung buru-buru melepas rangkulannya.

"Kau tahu? Sepertinya aku tidak harus mengganti kuponmu setelah apa yang kulakukan tadi." Taehyung beranjak dan duduk di kursi yang Jungkook tempati tadi.

"Hutang tetaplah hutang, okay? Aku akan membayarmu dengan cara yang lain. Tapi omong-omong, terima kasih."

Taehyung menyibakkan rambutnya lalu bersender di kursi. "Apa kau sedang mencoba balas dendam dengan para lelaki?"

Minji membuang pandang dan berdecih. "Bukan urusanmu."

"Seriously? Setelah dua kali aku membantumu, kau masih tidak mau cerita?"

"Kau itu orang lain, tahu kan? Kita berkenalan dengan cara yang aneh dan tak biasa. Aku tidak tahu kau tinggal dimana, bagaimana dirimu dan siapa temanmu. Begitu pun kau. Jadi, kita tidak sedekat itu."

"Pemikiranmu masih kuno sekali, pantas saja banyak pria yang mencampakkanmu."

Minji menoleh dan melotot. "Jaga bicaramu, Bung!"

Taehyung mengedikkan bahunya. "Aku hanya menyampaikan sesuatu yang kupikirkan. Ah ya, tadinya kupikir akan memberikan kupon yang kukumpulkan sekarang. Tetapi, aku punya suatu kondisi yang mengharuskanku berlaku sedikit menyebalkan."

Minji rasanya ingin sekali berteriak dan melontarkan umpatan dengan keras. Namun, ini di sebuah kafe. Meskipun tidak terlalu banyak pengunjung, tetap saja hal itu tidak pantas dilakukan. Dia tidak ingin merusak citra dirinya lagi—setelah dulu pernah memukul Sungwoon.

"Jadi, sepertinya aku harus bertanya denganmu. Kau mau apa lagi denganku, hm?" tanya Minji tak sabar.

Taehyung menaikkan sebelah alisnya, dia senang pancingannya berhasil. Dia sedikit mencondongkan tubuhnya sehingga dia bisa membisiki Minji yang menunggunya berbicara.

"Jadi pacarku, bagaimana?"

Minji melotot. Dia tidak menduga hal itu sama sekali. Yah, memang dia selalu menyelamatkan Minji di situasi darurat seperti tadi. Namun, dia sama sekali tidak menyangka bahwa Kim Taehyung akan menyukainya.

"Seriously? Hei, kita tidak saling kenal."

"Kita bisa saling mengenal selagi berpacaran," ujar Taehyung yang terkesan cuek. Minji masih tidak habis pikir. Dia melirik ke arah Hoseok yang melirik ingin tahu.

"Well, aku tidak bisa menjawab sekarang. Aku—"

"No need to answer. Setuju atau tidak, kau pacarku sekarang. So, untuk merayakannya, bagaimana kalau kita memesan milkshake pisang? Aku akan memesannya dulu," kata Taehyung yang langsung pergi begitu saja.

Minji menatap Hoseok yang tengah meliriknya dengan penasaran. Dengan begitu, Minji menggumamkan, "Masalah besar datang!"

~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro