26. Panggilan Kesayangan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bosan, satu kata yang selalu diucapkan selama dua minggu ini. Setelah menyebabkan kehebohan di tanah air, sekarang Alma kembali hidup tenang walaupun masih ada yang tak menyukainya. Bodoh amat, Alma tidak ingin tahu tentang itu. Ia menghapus semua akun sosial media miliknya dan milik sang suami. Demi kesehatan mental, Faris rutin membawa Alma ke Psikolog, hingga saat ini kondisi Alma semakin membaik. Hubungannya dengan Faris pun mulai terbangun, mereka saling menerima satu sama lain dan begitu pula dengan kedua pihak keluarga yang semakin harmonis. Namun, Alma sempat sedih abi-nya jatuh sakit, syok putri kesayangannya mendadak terkenal karena kasus yang katanya fitnah. Faris sudah mengklarifikasi, dihadapan awak media menyatakan bahwa janin yang dikandung Alma memang benar buah hatinya. Untung Kevin sepakat dengan keputusan itu. Akhirnya, semua keluarga Alma maupun Faris bisa tidur nyenyak tanpa tahu semua itu hanya kebohongan belaka.

Sekarang Faris sudah kembali beraktivitas, hari ini ia mengisi ceramah di suatu acara pernikahan temannya yang mengajar di pesantren, ditemani sahabatnya Supri bukan istri. Alma memang tidak mau ikut, ia belum berani menampakkan wajahnya dan Faris juga tidak ingin memaksa Alma.

Sembari menunggu suaminya pulang, seperti biasanya Alma menghabiskan waktu membaca buku sambil menikmati cemilan. Tanpa berpikir panjang ia pun mengakhiri bacaan ketika merasakan mata mulai pedih. Alma menyeruput jus jeruk sampai habis, lalu berdiri di depan cermin meja rias. Menghadap samping dan memperhatikan perutnya yang mulai buncit.

"Bayi," ucapnya sambil mengelus-elus perut.

"Semoga kamu perempuan ya, biar bisa nari balet bareng mama."

Alma baru menyadari, selain membaca dan makan ia bisa menari balet agar tak bosan terus-terusan. Ia bergegas menghidupkan musik balet melalui handphone, perlahan mulai menari mengikuti irama musik tersebut. Alma seorang ballerina sejak kecil. Badannya begitu lentur dan seimbang meski tak mengenakan sepatu balet. Gerakan tari itu masih terekam di memori ingatannya, sedikitpun tak ada gerakan yang tertinggal. Namun, Alma tetap hati-hati dan tak berlebihan menari untuk menjaga sang buah hati di dalam kandungannya. Terlalu bahagia, Alma sampai memejamkan mata menikmati tarian baletnya. Hingga tak menyadari keberadaan sang suami yang masuk ke dalam kamar, Faris baru pulang.

"Assalamualaikum," salam Faris.

Walaupun tak mendapatkan balasan, Faris terus memperhatikan Alma dengan senyuman tipis. Tak menyangka ternyata Alma mempunyai bakat menari balet yang luar biasa.

Musik berhenti, tarian baletnya sudah selesai. Alma membuka mata kembali, napasnya ngos-ngosan. Betapa terkejutnya Alma melihat Faris di pantulan cermin, ia membalikkan tubuhnya menghadap Faris.

"FARIS," pekiknya.

"Kenapa gak ketuk pintu dulu."

"Pintunya ke buka, Alma," balas Faris menahan tawa melihat ekspresi lucu Alma kaget.

"Kan bisa salam dulu."

"Saya udah salam, tapi kamu lagi asyik menari."

"Gak, aku gak denger loh. Kamu pasti sengaja diam-diam masuk mau lihat aku nari balet 'kan?"

"Jujur kamu," sambungnya,

"Enggak, Alma."

"Terus kenapa kamu ketawa-ketawa?"

"Habis liat wajah kamu---"

"Emang wajahku kenapa? Ada yang aneh?"

Faris mendekat pada Alma, mencium keningnya untuk mengakhiri perdebatan ini. Ia tak suka berdebat dengan istrinya, mau benar atau salah Faris tetap minta maaf padanya.

"Maaf, udah gak ketuk pintu dan salam, yaa qalbii."

"Apa itu yaa qalbii?" tanya Alma tak tahu arti kalimat terakhir yang diucapkan suaminya.

"Yaa qalbii itu artinya wahai hatiku."

"Oh."

Tak sesuai harapan, Alma tidak menunjukkan rasa bahagia seperti para istri di cerita novel yang pernah Faris baca. Maklumi saja, Alma belum fasih Bahasa Arab. Jadi gagal romantis.

"Jadi qalbii itu artinya hati?"

"Iya,"

"Kalau begitu panggil aku qalbii," pinta Alma.

"Sekali-kali," balas Faris.

"Kok, gitu sih?" bantah Alma tak setuju, ia ingin seperti pasangan suami istri lainnya yang punya panggilan kesayangan.

"Ada banyak panggilan sayang untuk istri, seperti humaira yang mengandung makna berpipi merah. Rosulullah menggunakan panggilan itu untuk istrinya Siti Aisyah. Saya bingung mau pilih panggilan sayang yang mana untuk kamu, karena saya rasa semuanya cocok untuk kamu Alma," ucap Faris mengelus pucuk kepala istrinya.

"Benarkah?"

"Kalau gitu panggilan sayang aku untuk kamu apa?"

"Ya, terserah kamu," balas Faris.

"Oke, kamu keluar aja dulu." Alma mendorong punggung Faris sampai di depan pintu, memaksanya keluar dari kamar.

"Aku mau cari panggilan sayang buat kamu, kamu jangan ngintip, ya. Nanti gak suprise, bye." Alma menutup pintu kamar.

Faris tertawa singkat, ada-ada saja tingkah istrinya itu. Menuruti keinginan Alma, Faris benar-benar pergi. Ia ingin mengganti jubah yang masih dipakainya dan melepaskan sorban di kepala.

Sedangkan di dalam kamar, Alma masih dalam kesibukan. Tak terasa sudah setengah jam ia mencari di internet panggilan kesayangan untuk sang suami. Sangat sulit ia menentukan, seperti yang dikatakan Faris tadi semuanya terlihat cocok. Alma semakin bingung.

"Habibi artinya kesayangan, sodiqi setia, hubby artinya cinta."

"Nah."

"Ini dia."

Padahal dari awal Alma sudah menemukan semua panggilan yang disebutnya itu, Alma menulis sesuatu di kertas. Ia sudah memilih nama yang tepat. Tak sabar ingin menemui suaminya, ia bergegas keluar dari kamar mencari keberadaan Faris.

"Faris, Faris, kamu di mana?" pekiknya.

"Di bawah," teriak Faris dengan lantang.

Alma segera turun ke lantai satu, menuruni tangga dengan gesit. Kemudian menghampiri Faris yang sedang duduk di kursi makan meneguk segelas air putih.

"Coba kamu tebak, aku mau kasih nama panggilan kesayangan apa buat kamu?" ucap Alma girang tersenyum-senyum, menyembunyikan kertas di belakang punggungnya.

"Apa itu?" Faris penasaran, meletakkan gelas yang masih berisi setengah air putih ke atas meja.

Alma memperlihatkan kertas pada suaminya.

'Hubby'

Baru kali ini Faris dibuat salah tingkah oleh seorang wanita, satu kata yang mempunyai makna cinta dan sayang untuk sang suami. Faris tak bisa menahan bahagianya, ia tersenyum malu dan mengacak rambutnya yang terlihat semakin berantakan. Akhir-akhir ini Faris menyukai gaya rambut messy hair.

"Syukron ya zawjati."

(Terima kasih istriku.)

"Tapi dari sekian banyak nama, kenapa kamu memilih nama panggilan kesayangan itu untuk saya?"

"Ya, karena aku belum pernah mendengar seorang isri memanggil suaminya hubby. Dan akan kupastikan hanya aku satu-satunya istri di dunia yang berhak memanggil suaminya dengan kata itu."

"Dih, memangnya kamu yang ciptain kata itu? Asal kamu tahu, hubby itu panggilan informal berasal dari kata hubun yang artinya cinta. Contohnya panggilan papa terus berubah menjadi papi, istilahnya begitu. Bahasa modern saat ini, Alma."

"Oh, begitu."

"Iya."

"Aku mau bilang sesuatu, boleh?"

"Boleh, apa itu?"

"Terima kasih sudah membuatku bahagia, entah sampai kapan kita terus bersama. Aku akan mencintaimu selamanya, hubby."

***


Slow update ya?

Heum, ujian readers itu mah wkwkkw.

Semangat membaca, jangan lupa vote dan komentar ❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro