Delapan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jono. Nama seseorang yang selalu memperhatikan bangku Rafly sejak tadi. Bisa dibilang Jono adalah sosok yang pertama kali peduli pada Rafly. Di saat temannya mencibir, Jono diam. Di saat temannya sibuk membicarakan Rafly, ia ada, sibuk memperhatikan Rafly.

Tidak. Jono tidak menyukai Rafly. Jono hanya merasa ada yang berbeda dari Rafly. Jono tidak mau menyebut Rafly aneh, karena ia rasa Rafly tidak aneh. Rafly normal, meski kelakuannya kadang lebih kekanakan dibanding teman seumurannya.

Pernah suatu hari, Jono surat-menyurat dengan Rafly. Bertanya ini-itu kepada Rafly, yang kebetulan duduk di sebelah bangkunya. Rafly baik, meski kadang menjawab pertanyaannya di surat itu dengan ketu, tapi Jono akui Rafly tidak seburuk itu.

Jono perlahan bangkit dari duduknya, pindah ke bangku Rafly. Merasakan bagaimana menjadi seorang Rafly. Kebiasaan-kebiasaan yang Rafly lakukan mulai Jono ikuti. Meski tak luput dari ejekan teman-temannya karena meniru Rafly si aneh itu.

Jono sebenarnya peduli. Ia ingin berteman dengan Rafly, tapi Rafly tak pernah mengindahkan surat berisi pertemanan darinya. Perlahan, Jono mulai meraba kolong meja Rafly. Ia menunduk, ketika merasa ada yang aneh dikolong itu.

Ada banyak kertas juga sebuah buku. Jono mengambilnya perlahan. Hei, lihatlah. Rafly masih menyimpan surat-suratnya. Jono tersenyum. Bahkan surat-surat itu terlipat rapi. Sudah Jono bilang bukan, jika Rafly tak seburuk itu.

Perlahan ia mulai membaca buku Rafly, namun langsung pada halaman terakhir. Ia heran, menatap buku itu sambil menerka-nerka apa maksud dari kalimat dalam halaman terakhir buku itu.

Tenang saja, suatu saat nanti aku pasti pergi. Dan kalian tak akan pernah bisa menemuiku lagi.

.

311018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro