09. Conso Fantasy

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Conso fantasy, sejenis perkumpulan beberapa orang yang saling menggabungkan kekuatan, ras dan wilayah. Dengan satu tujuan, untuk menyatukan Negara ini yang terpecah karena kepentingan pihak pribadi. Bahkan raja-raja, ratu dan para petarung berkumpul tanpa peduli jabatan. Hanya ketua, wakil dan lainnya.
.
.
Itu yang dikatakan pangeran saat di perjalanan. Penjelasan itu cukup mengalihkan perhatianku yang ketakutan menaiki naga bersama pangeran Lowel. Tetapi saat sampai, tetap saja aku merasa lemas.

Di sinilah aku, berada di taman dekat pintu masuk. Berada di sini aku bisa mengetahui jika pangeran Lowel dan Vio telah selesai rapat. Entah mengapa aku bahagia walau hanya melihat bunga-bunga kecil yang bermekaran dan angin yang berhembus pelan. Tiba-tiba semak-semak yang jaraknya tak jauh dariku bergerak, lambat laun, terlihat sesuatu yang keluar dari sana.

Eh? Itukan...

Author POV

"Apa?! Kau membiarkannya berada di luar!?" Tanya seorang wanita yang bersurai merah gelap dengan potongan seleher itu tak percaya.

"Betulkan? Kakak memang tak bisa memaksa orang!" Seru Vionna kesal.

"Ia pasti tak terbiasa, tentu saja aku tak bisa memaksanya," Kata Lowel memenangkan kedua perempuan di depannya.

"Kalau begitu... biar aku saja yang memaksanya," kata wanita bersurai merah gelap itu ceria.

"Tunggu... apa?"

"Setuju!" Seru Vionna semangat.

"Tetapi Ardelia, bagaimana dengan rapat kita?" Tanya seorang laki-laki kuning kehijauan dengan telinga runcing itu bingung.

"Kita bisa memulainya saat ia datang." Kata wanita bersurai merah gelap, Ardelia itu dengan ceria.

Semua yang berada di sana hanya bisa menghela nafas pasrah saat Ardelia melangkah pergi menuju pintu keluar.

"Jadi di mana dia?" Tanya Ardelia kepada Lowel yang berada disampingnya.

"Kemungkinan besar ia berada di taman," kata Lowel sambil berjalan menuju pintu keluar.

Betul saja saat mereka sampai di taman, mereka melihat seseorang dengan jas hitam yang sedang duduk di salah satu batu sambil mengangkat seekor kucing yang mengeong kembira.

Tiba-tiba angin berhembus lumayan kencang, membuat seseorang itu mendekatkan kucing tersebut ke wajahnya. Setelah angin itu selesai berhembus, seseorang itu tertawa sambil menyentuh hidung kucing itu dengan hidungnya.

Hanya itu yang di lakukan seseorang tersebut, tetapi membuat yang lain melihatnya kagum.

"Apa itu orang yang kalian maksud?" bisik Ardelia tak percaya yang dibalas anggukan mantap oleh Vionna.

Mia POV

Karena terdengar sesuatu di sebelahku, aku menoleh yang menemukan pangeran Lowel, Vio dan beberapa orang melihatku. Aku langsung menaruh kucing yang kupegang ke pangkuanku, sambil mengelus aku tersenyum dan bertanya "apakah rapat anda sudah selesai my lord? Ataukah saya telah melakukan kesalahan?"

"Tidak, Daniel...-"

"Kau aku undang masuk ke dalam," kata seorang wanita di sebelah pangeran Lowel dengan surai merah gelap itu sambil tersenyum senang.

"Eh? Ah, saya hanyalah seorang pelayan dari pangeran Lowel. Saya tidaklah pantas berada di sana," kataku hormat.

"Tidak, tentu saja kau pantas. Aku sangat yakin Lowel mengajakmu karena itu," kata wanita itu semangat.

Aku terdiam. Mungkin ada benarnya kata wanita ini. Mungkin ada kaitanya mengenai kekuatanku ini. Tetapi tetap saja aku tak pantas berada di sana, aku hanyalah seorang pelayan.

"Daniel," panggil pangeran Lowel yang membuatku melihatnya.

"Alasan aku memintamu datang karena kekuatanmu, seperti yang kau tau. Apa kau tak percaya padaku?" Tanya pangeran Lowel.

"Tidak! Bukan itu, saya hanyalah seorang pelayan tuan. Saya merasa tidak em...-"

"Pantas?" Tanya Vio.

"Iya, saya merasa tidak pantas."

Wanita bersurai merah itu menghela nafas pasrah. Sepertinya aku telah mengatakan sesuatu dua kali ya?

"Bagaimana kalau kau bertanding?" Tanya wanita tersebut membuatku terbelak kaget.

"Ber-bertanding?! Yang benar saja?!" Tanyaku tak percaya.

"Ada apa?" Tanya wanita itu dengan polosnya.

"Saya belum pernah bertarung," kataku lemas.

"Tenanglah, yang akan menjadi lawanmu adalah Lowel," kata wanita itu gembira sambil menunjuk pangeran Lowel dengan jempolnya, "ia tau caranya memperlakukan cewek," sambungnya.

Ah... dia melemparnya ke pangeran Lowel...
.
.
.
Akhirnya aku diseret menuju suatu tempat yang berbentuk arena pertarungan. Aku dan pangeran Lowel telah diberikan pedang masing-masing. Aku melihat pedang itu tak percaya.

AKU BELUM BELAJAR TEKNIK PEDANG!!! BAHKAN LATIHAN SAAT ITU TERUNDUR KARENA KAMI KEBANYAKAN BERBICARA!!!

Aku merasa kakiku lemas, bahkan untuk mengangkat pedangnya aku tak kuasa. Tiba-tiba aku merasakan serangan dan langsung membuat pelindung. Ternyata itu adalah pangeran Lowel dengan senyum puas. Tanpa sadar aku mengengkat pedang yang di tanganku.

Ah, ternyata aku bisa mengangkatnya...

Pangeran Lowel melompat mundur membuatku dapat bersiap. Saat ia memasang kuda-kudanya, yang kulakukan hanyalah meniru apa yang ia lakukan. Ia berlari maju, begitu juga aku. Saat ia mengarahkan pedangnya ke samping, aku juga mengarahkan ke samping. Begitu pula seterusnya, apa yang ia lakukan juga kulakukan. Tetapi saat ia menunduk untuk menghindar, aku memilih melompat untuk menghindar.

Setelah kakiku menginjak tanah, aku merasa kagum dengan apa yang kulakukan tadi. Yang aku ketahui, aku hanya meniru. Pangeran Lowel menusukkan ujung pedangnya ke tanah lalu bertepuk tangan dengan senyum puasnya. Sedangkan aku terdiam karena bingung.

Tiba-tiba sesuatu menabrakku dari belakang, "selamat! Itu pertandingan yang hebat!" Seru Vio sambil memelukku dari belakang.

"Eh? Tetapi aku baru kali ini memakai pedang. Yang kulakukan sedari tadi hanyalah meniru," ucapku kebingungan.

"Itu tetap hebat loh, tak banyak orang yang bisa meniru Lowel sampai sesempurna itu," kata seorang laki-laki dengan telinga kucing sambil bertepuk tangan.

"Eh oh, terimakasih banyak."

"Jadi sudah diputuskan! Daniel, kau sekarang adalah anggota Conso Fantasy!" Seru wanita bersurai merah gelap itu semangat.

"Eh? EEEH?! Tung-tunggu...-"

"Tidak ada kesalahan di sini," katanya sambil tersenyum senang dan merangkulku.

Dia membaca pikiranku...

"Kami tak melihat status seseorang, di sini hanyalah ada ketua, wakil dan anggotanya," kata wanita itu ceria sambil mulai berjalan.

Aku hanya menghela nafas dan tersenyum pasrah melihat tingkahnya tersebut. "Ngomong-ngomong jika saya boleh ketahui...-"

"Jangan memakai bahasa sopan, pakailah bahasa seperti biasanya," kata wanita tersebut sambil memajukan bibirnya yang membuatnya terlihat imut.

"Baiklah," kataku sambil tersenyum. "Kalau boleh aku tahu, siapa namamu?" Tanyaku sambil terus tersenyum.

"Namaku adalah Ardelia," katanya sambil tersenyum senang.

Ardelia? Kayaknya pernah mendengar di suatu tempat... eh... jangan-jangan...

"Anda... Ratu Ardelia?" Tanyaku hati-hati.

"Iya, kau pasti sudah diberi tahu oleh Lowel bukan?" Tanya Ratu Ardelia dengan senyum lebarnya.

Aku langsung berjalan cepat lalu berbalik dan menunduk, "MAAF AKU TIDAK TAHU!!" Seruku panik.

"Sudahlah sudah, kau tak perlu sepanik itu," kata Ratu Ardelia sambil terkekeh kecil.

Astaga, aku hanya berpikir tidak mau membuat masalah tetapi sepertinya aku sudah membawa masalah besar.
.
.
.
Pendek? Iya :v
Bertele-tele? Iya :v

Kebiasaanku yang kebanyakan percakapan muncul lagi, padahal maunya pakai bahasa yang rada beda dari cerita-cerita lainnya :v

Setelah ini! Aku akan berpikir keras apa yang akan di bahas saat rapat  😂😂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro