Bab 10

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Rasa pening mendera, terasa berat di bagian kepala dan semakin sakit ketika baru membuka mata. Tak hanya itu, pandangan juga buram saat baru mengedarkan penglihatan ke sekitar. Perlu berkedip beberapa kali hingga bisa melihat dengan jernih. Dan saat pandangannya telah cerah sepenuhnya, Nasmi melihat ke sekeliling. Memperhatikan dimana ia berada saat ini. Teringat lagi pada kejadian sebelumnya dimana ia di hajar habis-habisan oleh kelompok geng-nya Daniel, yaitu Johan, Reno, Angga dan Galih. Ia ingat betul bagaimana Johan membius Indri dan membawanya masuk dalam mobil. Tak lupa pula Nasmi ingat saat dirinya juga sama dibiusnya oleh gangster sekolah tersebut.

Nasmi panik, ia memperhatikan dan mendapati Indri yang di ikat kedua tangannya pada tiang sedang terbaring di atas tikar. Ruangan ini adalah ruang kosong, seperti gudang tua dengan tumpukan barang di setiap sisi gudang yang telah tidak terpakai. Terbukti dengan adanya sarang-sarang laba-laba serta kotornya sekitar. Sedangkan Nasmi, kini tidak bisa bergerak akibat dirinya yang di paksa duduk di sebuah kursi dengan kaki dan tangan yang diikat menggunakan tali.

"Lepaskan aku, brengsek!" Nasmi langsung berteriak.

"Oh, jadi kau sudah bangun ya, Nasmi." Suara Angga dari balik punggungnya.

Dan benar saja, Angga segera beranjak menghampiri Nasmi dan berdiri di depannya. Tidak hanya Angga saja, Reno, Johan dan Galih juga berada dalam satu ruangan yang sama dengannya.

"Apa yang kalian rencanakan, sialan?!" Nasmi tak henti-hentinya berkata dengan kasar disertai dengan umpatan melihat ke empat orang di hadapannya ini yang dirasanya sudah sangat kelewatan.

"Boss, dia bertanya tentang rencana kita," seru Galih dengan mata yang menghadap ke pojokan kanan.

Nasmi mengekori tatapan Galih, ia menatap ke arah yang sama dan mendapati Daniel yang duduk di kursi serta menghisap rokoknya. Amarah Nasmi memuncak melihat Daniel yang bertampang songong dan terlihat merendahkannya. Ia hendak memberontak namun ikatan tubuhnya pada kursi terlalu kuat sehingga ia hanya terlihat menggeliat disana. Perilaku Nasmi itu tentunya mengundang gelak tawa dari para musuhnya, tak terkecuali, Daniel.

"Asal kau tau, Nasmi. Aku sangat-sangat mencintai Indri." Daniel mulai bercerita. Hal itu sudah tak membuat Nasmi terkejut karena ia sudah mengetahuinya.

Daripada cinta, bisa itu disebut sebagai obsesi karena ketertarikan Daniel tidak pernah di respon oleh Indri dari dulu.

"Aku sangat mencintainya sampai-sampai aku stress karena di tolak olehnya," lanjut Daniel yang mulai beranjak dari kursinya.

"Kau memang stress dari dulu, Daniel. Bukan karena Indri menolakmu!" tukas Nasmi sebagai tanggapan atas cerita karangan Daniel.

"Aku ingin mendapatkan Indri seutuhnya," kata Daniel tak menggubris sarkas yang diberikan Nasmi padanya.

Tak ingin berhenti bercerita, Daniel melanjutkan, "Tapi sayang, Indri justru menjadi kekasih dari pecundang sepertimu"

"Kaulah yang pecundang, brengsek!" teriak Nasmi.

Bugh!

Nasmi mendapat satu bogem mentah di pipi kirinya.

"Aku tidak terima Indri dimiliki olehmu! Aku tidak terima Indri dimiliki orang lain selain aku!" Daniel berteriak seperti orang kesetanan.

"Karena itu, aku ingin memperlihatkanmu sesuatu hal," tutur Daniel lagi.

"Lepaskan Indri atau kau akan menyesal!" ancaman Nasmi hanya bagaikan angin berlalu.

Daniel sama sekali tidak menggubris apalagi mendengarnya. Ia sudah bulat dengan keputusan dan akan melaksanakan rencananya. Hanya dengan satu isyarat yang ditunjukkan melalui jarinya, Galih anggota gengnya itu langsung mengerti. Ia mengambil ember berisikan air penuh dan langsung menyiram Indri yang masih terbaring pingsan di atas karpet di tengah-tengah ruangan. Indri sontak terkejut, ia terbangun dengan gelagapan dan terbatuk kuat akibat air yang masuk melalui hidung dan mulutnya.

"Sialan!" Nasmi mengumpat, memberontak hingga hampir kursinya terjungkal kalau saja Johan tidak memegangi agar tetap di posisinya.

Selanjutnya tak hanya di situ, Angga kemudian membekap mulut Nasmi dengan lakban sehingga ia tak bisa bersuara sama sekali.

"Kau lihat, Nasmi! Kau tidak berdaya! Lemah! Pengecut! Jadi berhentilah untuk berusaha menyaingi ku dengan menggaet orang yang ku suka!" teriak Daniel di depan wajah Nasmi yang penuh amarah.

"Jika aku tidak bisa memiliki Indri, maka siapapun juga tidak boleh memilikinya!" tegas Daniel dengan penuh penekanan.

Daniel berpaling dari Nasmi kepada Indri. Gadis itu sekarang menjerit dengan tangisan serta teriakan permintaan tolong. Sayangnya tempat ini sangat sepi sehingga tak akan ada yang datang menolongnya. Dan Daniel juga bisa mendengar sumpah serapah Indri terhadapnya karena menjadi dalang di balik rencana ini semua. Daniel tentu saja tak peduli dengan itu semuanya. Daniel sudah tak memiliki belas kasihan seperti hatinya telah beku dan mati rasa. Meskipun Daniel tidak bisa memiliki Indri, setidaknya kali ini ia bisa memiliki tubuhnya meski satu kali saja.

"Ayo, perkosa dia ramai-ramai," kata Daniel mengajak pada keempat rekannya.

Baik Nasmi dan juga Indri sama-sama terkejut dengan ucapan yang dikeluarkan oleh Daniel. Nasmi mati-matian berontak namun gagal. Ia merasa tak berdaya, pengecut seperti yang di katakan Daniel karena tak bisa melindungi pujaan hatinya. Nasmi menangis tanpa suara, mulutnya yang terbekap lakban membuat ia tak bisa berteriak atau mengumpat kesal.

Ingin rasanya ia berlari dan membawa Indri keluar dari tempat terkutuk ini. Namun apa daya, Nasmi kali ini hanya bisa duduk diam dengan air mata pilu menyaksikan kekasihnya yang ketakutan di hampiri oleh lima orang biadab itu.

Indri terus menjerit, meronta-ronta dan tanpa henti berteriak meminta tolong. Tapi usahanya tentu saja gagal. Galih dan Angga berada disisi kanan dan kiri Indri, membuka baju Indri dengan paksa. Sementara Reno dan Johan menelanjangi bagian bawah Indri dan menarik ke dua kakinya ke sisi yang berbeda sehingga Indri berada dalam posisi mengangkang yang sempurna.

Dan disitulah kejadian paling meremukkan hati dalam sejarah hidupnya, Daniel menjadi orang pertama yang merebut keperawanannya secara paksa.

"ARRRGHHH!" Indri berteriak sangat kencang.

Rasa sakit di tubuh bagian bawahnya, rasa sakit di hatinya, rasa hancur hidupnya, dan rasa putus asa ia keluarkan melalui sebuah teriakan. Hilang sudah semangat hidup Indri, remuk sudah hatinya, Daniel benar-benar tega menyetubuhinya. Sedangkan Nasmi, ia menunduk, tak sanggup untuk melihat bagaimana sang kekasih disetubuhi oleh pria lain di depan matanya. Nasmi dan juga Indri menangis sejadi-jadinya. Kebejatan Daniel tidak sampai disana, karena begitu ia selesai dengan permainannya, ia mempersilahkan teman-temannya itu untuk berbuat hal yang sama.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro