Bab 5

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seperti yang telah diucapkan oleh sang Ketua Komite Kedisiplinan, Nasmi harus menemui BK ketika jam kedua tiba. Dan inilah waktunya, baik Nasmi maupun Daniel sama-sama berada di dalam ruang tersebut bersama dengan Bu Yunia sebagai guru konselingnya. Guru konseling seharusnya ada dua dengan Pak Darius namun beliau sedang cuti sehingga Bu Yunia lah yang menangani segala hal. Nasmi dan Daniel sama-sama terdiam di kursi masing-masing yang berada tepat di depan meja Bu Yunia. Bagi mereka berdua, Bu Yunia sedikit terlihat lebih kalem dibandingkan dengan Pak Darius sehingga mereka merasa bahwa semuanya akan berjalan dengan cepat dan lancar.

"Daniel! Ini sudah kesekian kalinya saya melihat keterlibatanmu dengan banyak perkelahian," tutur Bu Yunia sebagai pembuka obrolan.

"Nasmi yang memukul saya lebih dulu, Bu," kata Daniel membuat pria yang duduk di sampingnya itu langsung terlonjak karena tak terima.

"Dia melakukan pelecehan terhadap seseorang, Bu. Saya hanya melakukan pembelaan." Ungkapan penuh emosi dari Nasmi di keluarkan.

"Tidak, Bu. Nasmi hanya beralasan. Nyatanya dia datang dan langsung memukul wajah saya." Daniel kembali berbicara.

Baru saja Bu Yunia hendak berkata sesuatu, namun ia kembali menutup mulutnya tatkala Nasmi tiba-tiba menggebrak meja.

"Saya melakukan itu karena suatu alasan, Bu. Daniel berniat jahat dengan mencoba untuk membully Indri. Saya hanya membela Indri dari perlakuan buruk Daniel terhadapnya." Nasmi meninggikan suaranya untuk memberikan pembelaan.

"Hah? Apa kau bilang?! Jelas-jelas kau hanya mau mengajakku berkelahi kan?!" Daniel yang tak terima disalahkan pun langsung melancarkan ucapan kerasnya pada Nasmi.

"Kau yang berbuat salah tapi sekarang kau yang marah-marah! Akui saja semuanya agar ini cepat selesai!" balas Nasmi beradu mulut.

Daniel masih ngotot, tidak mau kalah dan ia juga memiliki jawaban. "Diam kau bocah! Semua ini karena salahmu jadi kau yang harus bertanggung jawab!"

"Daniel, sialan! Kalau kau tidak mengganggu Indri maka perkelahian itu tidak akan terjadi dan aku tidak akan terlibat dengan konseling ini!"

"Kau yang sialan, Nasmi! Kalau kau tidak mengganggu momen kebersamaan ku dengan Indri, maka kita tidak akan berada disini sekarang!"

"Kau mau mengelak padahal jelas-jelas ini adalah kesalahanmu, Daniel bodoh?!"

"Ini adalah salahmu, Nasmi dungu!"

"Apa kau bilang? Kau mau berkelahi denganku hah?!"

"Siapa takut! Kita selesaikan ini semua dengan adu tinju!"

Begitulah perkelahian panjang keduanya yang mampu membuat seorang guru konseling bernama Yunia Sekarwangi itu geleng kepala dan menghela napas panjangnya. Kekesalan dan emosi Yunia Sekarwangi selaku guru bimbingan memuncak pada dua bocah yang tak ada habisnya berkelahi serta adu mulut tersebut. Lalu ketika Daniel dan Nasmi sudah saling mengepalkan tinju dan siap untuk memukul ....

"SUDAH CUKUP!! HENTIKAN PERKELAHIAN KALIAN SEKARANG JUGA!" Yunia Sekarwangi berteriak sembari menggebrak meja dengan kuat.

Melihat guru konseling mereka telah marah, Daniel dan Nasmi kembali ke posisinya. Duduk dengan manis dan sopan untuk menunggu instruksi selanjutnya.

"Saya sudah mencatat seberapa banyak kalian melakukan kesalahan di dalam lingkungan sekolah." Bu Yunia berkata dengan nada kesalnya.

"Tapi itu kan karena–"

"Diam! Jangan memotong ucapan saya!" kata Bu Yunia memotong ucapan Daniel yang belum selesai. "Apa yang kalian jelaskan tidak lebih dari sekedar alasan. Kalian hanya beralasan untuk membenarkan kesalahan yang kalian perbuat. Daniel sudah berkali-kali masuk ruangan ini karena perkelahian dan masalah yang dibuat dengan banyak siswa lain. Lalu Nasmi, kau juga sudah beberapa kali masuk ke ruang ini karena masalah yang kau buat dengan Daniel"

Tak ada yang protes baik dari Daniel maupun Nasmi. Mereka hanya diam membenarkan setiap perkataan guru konseling itu dengan kepala tertunduk. Pasalnya, apa yang Bu Yunia Sekarwangi katakan itu memang benar adanya. Daniel yang notabenenya sebagai preman sekolah tentu saja akan memiliki banyak perkelahian dengan siswa dari kelas maupun sekolah lain. Sedangkan Nasmi, ia selalu mendapat masalah karena Daniel seorang. Hubungan mereka benar-benar buruk meskipun mereka dulunya berteman akrab. Pertemanan mereka berakhir semenjak mereka beradu paham dan pemikiran yang berbeda. Daniel yang memilih untuk sering bolos dan berbuat onar di sekolah dan Nasmi yang memilih berusaha menjadi siswa teladan. Daniel tentu tak suka dengan perubahan temannya yang dianggapnya sok baik.

Sementara Nasmi juga tak menyukai Daniel yang berubah ke arah yang tidak baik. Bukannya tidak pernah menegur, tetapi Nasmi terlalu lelah berbicara dengan Daniel yang selalu menganggap tegurannya seperti angin berlalu. Terlebih lagi terkadang Nasmi mendapat tonjokan di wajah setiap kali berusaha memberi teguran atas perilaku Daniel. Pria brandal itu terlalu menganggap dirinya benar sehingga menyalahkan orang lain jika ada yang menegur atau komplain terhadap sikap dan apapun yang dirinya lakukan.

Di waktu tertentu, terkadang Daniel sering menghadang Nasmi untuk menghajarnya atau para bawahan Daniel yang selalu memalak uang darinya. Nasmi tentu tidak akan memberi atau melayani Daniel dan kawan-kawannya, itulah yang menyebabkan mereka sering terlibat perkelahian dan tak bisa akur satu sama lain. Orang yang melihat interaksi di antara keduanya menganggap bahwa mereka bermusuhan. Baik Nasmi maupun Daniel tak ada yang menyangkal rumor itu dan justru mengiyakan. Seolah masing-masing diantara mereka telah memberikan label musuh satu sama lain. Selain itu, Nasmi semakin membenci Daniel sejak kejadian dimana Indri hampir saja diperkosa oleh mantan temannya itu.

"Mulai besok, kalian berdua mendapatkan skors. Jangan datang ke sekolah 3 hari!" ucap Bu Yunia dengan penuh penekanan.

"APA?!" Daniel dan Nasmi berseru berbarengan.

"Besok saya ada ujian dan pelajaran penting, Bu" -Nasmi

"Jika saya di skors, bisa-bisa saya tidak naik kelas lagi, Bu" -Daniel

Dan berbagai keluhan dari dua bocah di depannya itu, tak lagi Yunia dengarkan. Ia hanya mengeluarkan surat skorsing dan menuliskan beberapa hal penting di atasnya lalu memberikannya pada Daniel dan Nasmi. Melihat guru konseling itu tak bisa mereka bujuk, Daniel dan Nasmi menerima dengan pasrah. Mereka berpamit lalu keluar dari ruang BK bersamaan. Dan ketika di luar pintu ruang BK, mereka saling membuang muka. Mengambil jalan yang berbeda karena kelas mereka yang juga berbeda. Nasmi kembali ke kelasnya, menjadi murung dan lesu karena hukuman yang diterimanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro