Bab 4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Seperti kegiatannya belakangan ini. Xander kembali memantau gadis yang ia duga sebagai kekasih Alexander itu dari jauh. Sebenarnya sudah beberapa hari ini dia memikirkan haruskah dia menemui gadis itu secara langsung? Atau tidak sama sekali? Sayangnya rasa penasaran yang terlanjur muncul berkat mimpi aneh itu tak mampu memalingkan Xander dari keputusannya.

Bisa dia lihat gadis dengan coat coklat susu itu berjalan di trotoar dengan tas yang dia jinjing dengan satu tangan kecilnya. Tak lama kemudian gadis itu memasuki sebuah toko kue yang Xander tahu adalah milik ibunya. Berdasarkan pengamatannya selama ini dia tahu wanita paruh baya pemilik toko itu adalah ibu gadis yang sedang dia pantau. Setelah gadis itu tak terlihat lagi, barulah Xander turun dari mobilnya dan memasuki toko seperti yang dilakukan para pelanggan lain.

Toko itu tidaklah begitu besar, namun cukup bersih dan nyaman. Tak heran pelanggannya cukup betah belanja kue di sini. Mungkin rasa kuenya juga enak, karena dari pintu masuk saja Xander sudah bisa mencium aroma vanila yang manis. Perlahan tapi pasti, kakinya melangkah mendekati kasir yang dijaga oleh gadis muda itu.

"Permisi," sapa Xander. Gadis di depannya mendadak terdiam menatap wajahnya. Xander tidak mengerti kenapa tatapan itu seolah menyiratkan kerinduan. Apakah dugaannya benar? Bahwa gadis ini kekasihnya Alexander. Oh tidak! Bagaimana jika gadis itu menuntut sesuatu darinya yang kebetulan menempati tubuh manusia. Ayolah, Xander sudah cukup pusing dengan urusannya. Jadi, jangan tambah hal lain lagi seperti pacar dadakan.

Mungkin akan wajar jika tatapan penuh rindu itu ditujukan kepada Alexander yang tubuhnya sedang dipakai olehnya. Tapi ucapan gadis itu selanjutnya membuyarkan semua pemikiran Xander sebelumnya. Sungguh di luar dugaan Xander bahwa gadis itu akan menyebutkan nama asing.

"Shaquille, benarkah ini dirimu?" Tentu saja Xander kebingungan. Siapa Shaquille? Apa gadis ini sedang mengigau? Pasalnya nama itu terdengar aneh di Kanada. Jadi tatapan kerinduan itu bukan untuk Alexander? Kalau begitu gadis ini pasti bukan kekasihnya Alex. Tapi, kenapa ia memimpikan gadis ini? Ah sialan! Semua ini semakin membuatnya pusing saja. Mungkin saja wajahnya kebetulan sama, kenapa Xander harus mau memikirkan hal tidak penting itu.

"Kenapa diam saja?" Xander tersadar dari lamunannya dan buru-buru menggelengkan kepala.

"Maaf Nona, aku tidak mengenal pria bernama seperti yang Anda sebutkan tadi. Namaku Alexander George." Xander pada akhirnya menjelaskan siapa dirinya. Sebelum gadis itu semakin memikirkan sosok pria yang dirindukannya.

"Oh astaga! Aku minta maaf, wajahmu mirip dengannya. A-aku pikir dia sudah kembali," ucap gadis lirih.

"Kalau boleh aku tahu, siapa namamu?"

"Aku Shirenia."

Deg.

Jadi benar, gadis ini yang ada di mimpi Alexander. Tapi jika bukan kekasih, lalu siapa?

"Oh hai Shirenia. Nama yang bagus, kalau begitu aku ingin pesan beberapa kudapan. Bisakah aku mendapatkannya?" Xander tidak ada waktu lagi karena pekerjaan sedang menunggunya. Mungkin dia akan memikirkan hal ini lain kali. Meskipun dia penasaran dengan sosok pria bernama Shaquille itu, tapi dia harus bersabar dulu untuk sekarang.

"Tentu saja, tunggu sebentar, Tuan Alexander."

Xander menunggu dengan sesekali menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan kiri. Masih ada beberapa menit lagi sebelum jam istirahatnya habis.

"Tuan, ini pesanan Anda. Semuanya dua puluh lima dolar," ucap Shirenia dengan senyum yang berusaha profesional. Padahal hatinya sedang kecewa menghadapi kenyataan.

"Oh terima kasih, ini ambil saja kembaliannya. Aku harap kita bisa bertemu lagi, sampai nanti." Setelah mengatakan semua itu Xander terburu-buru pergi dari sana. Dia bahkan tak bisa mendengar dengan jelas jawaban Shirenia. Mungkin di lain waktu dia akan benar-benar bertanya mengenai pria yang dimaksud Shirenia.

***

"Oh kau lagi?" sapa Shirenia saat melihat Xander kembali membeli kue di toko kue ibunya.

"Eum yah, kuenya enak. Jadi aku ingin beli lagi." Dasar bodoh. Xander mengumpat dalam hati atas alasan yang klise itu. Tujuannya kemari adalah mengajak Shirenia bicara berdua. Tapi kenapa hal sederhana itu menjadi begitu sulit untuknya? Ayolah apa susahnya mengatakan apa kau ada waktu, aku ingin berbicara berdua denganmu.

Hell. Xander sudah berusaha mengatakan kalimat itu, jangan salahkan dia saat lidahnya malah berkhianat dan berkata hal lain. Oke percobaan kedua telah gagal. Tenang saja, masih ada percobaan berikutnya.

"Tuan, ini pesanan Anda." Xander tersadar dan segera mengambil pesanannya.

"Bisakah jangan panggil aku tuan?" Jujur saja. Xander merasa sangat tua dengan embel-embel itu.

"Lalu aku harus memanggil dengan apa?" tanya Shirenia.

"Panggil Xander saja. Kurasa itu lebih baik." Dilihatnya Shirenia mengangguk kecil.

"Baiklah, mulai sekarang aku akan memanggilmu Xander." Shirenia tersenyum di akhir kalimatnya. Xander membalas tanpa sadar.

"Kalau begitu aku pergi dulu, sampai jumpa lagi," pamit Xander. Shirenia hanya tersenyum dan melambai kecil.

***

Shirenia hampir saja menjatuhkan ponselnya saat tiba-tiba saja Xander ada di hadapannya dengan cengiran bodoh.

"Astaga, kau membuatku terkejut." Shirenia memprotes dengan wajah mengkerut kesal.

"Maaf aku sengaja," ucap Xander dengan senyum tanpa dosanya.

"Mau pesan apa?" tanya Shirenia tak mau memperpanjang.

"Ya ampun, to the point sekali. Seharusnya kau bertanya kabarku terlebih dahulu." Kini giliran Xander yang memprotes.

"Antrian semakin panjang. Jangan membuat pelanggan ibuku lari," gerutu Shirenia yang membuat Xander gemas. Untuk sejenak sifat gadis itu mirip sekali dengan Shire. Tak dipungkiri dalam hati kecilnya Xander berharap Shirenia adalah reinkarnasi istrinya. Tapi dia tak ingin berekspektasi tinggi atau akhirnya hanya akan menimbulkan rasa kecewa yang dalam.

"Seperti biasa. Kau tau kan favoritku?" tanya Xander sambil berkedip jahil.

"Oh tentu saja. Silahkan tunggu sebentar ya,"

Setelah itu Shirenia memberikan pesanannya dan Xander pun pulang. Entah kemana niat awalnya yang ingin mengajak gadis itu bicara berdua. Xander seakan lupa tujuan utamanya untuk mencari reinkarnasi istrinya, dia sudah terlalu nyaman mengenal Shirenia. Apa jadinya jika kelak, dia bertemu dengan reinkarnasi istrinya? Bukankah rubah hanya mampu mencintai satu pasangan dalam hidupnya? Tapi saat ini Xander sedang dalam wujud manusia. Mungkin dia sudah berhasil menjelma menjadi manusia sesungguhnya.

***

Awalnya Xander memang berniat menghentikan rasa penasarannya mengenai sosok pria yang memiliki wajah sama seperti Alexander. Tapi, belakangan ini dia sering bermimpi bertemu Shirenia yang terasa sangat nyata dan yang membuatnya lebih heran lagi adalah saat gadis itu memanggilnya Shaquille. Maka, hari ini Xander tak bisa membendung rasa penasarannya lagi. Walhasil dia yang sudah mendapatkan nomor ponsel Shirenia pun meminta bertemu dengan gadis itu di cafe tempat pertama kali Xander melihatnya.

"Sudah lama menunggu?" Xander menoleh ke asal suara. Shirenia tampak sangat manis dengan balutan coat merah muda.

"Tidak, duduklah. Ada hal penting yang ingin aku tanyakan." Mendengar nada serius dari ucapan Xander. Shirenia pun segera duduk di hadapan pria itu.

"Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Shirenia yang juga penasaran. Pasalnya baru kali ini Xander terlihat sangat serius dari pada biasanya yang jenaka dan tengil.

"Maaf jika aku mengingatkanmu lagi padanya. Tapi, aku benar-benar penasaran. Siapa Shaquille sebenarnya?"

***

To be continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro