Bab 6

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Xander menatap pemandangan kota yang dipenuhi salju dari jendela ruangan kerjanya. Pikirannya kembali melayang pada saat Shirenia menemukan buku merah usang di kamarnya. Sejak hari itu, Xander tidak bisa tidur karena terus memikirkan kemungkinan bahwa Shirenia adalah reinkarnasi istrinya.

"Kau yakin?" tanya Xander sekali lagi. Shirenia lantas mengangguk mengiyakan.

"Aku yakin sekali, tak ada buku yang seperti ini."

Xander terdiam saat percakapannya dan Shirenia kembali terngiang. Tapi yang selanjutnya terjadi benar-benar di luar dugaan. Xander seperti dibawa ke suatu tempat yang penuh dengan buku. Matanya melihat Shirenia dengan almamater kampus membereskan bukunya ke dalam tas, namun saat hendak pergi salah satu dari buku itu terjatuh. Xander belum sempat memberitahu karena Shirenia tampak buru-buru.

Sejenak kemudian Xander kembali menatap pemandangan kota bersalju di hadapannya. Apa yang barusan terjadi? Apakah dia pernah bertemu dengan Shirenia selain di depan cafe itu?

Tunggu. Mungkinkah itu awal mula bagaimana buku merah itu bisa ada pada Alexander? Benar. Semuanya terasa masuk akal sekarang. Rupanya Shirenia tak pernah kehilangan buku itu, tapi buku itu sengaja beralih untuk melepaskan roh rubah yang tersegel di dalamnya. Alexander adalah wadah untuknya. Itu artinya dia tak salah lagi bahwa Shirenia adalah reinkarnasi Shire.

Bagaikan waktu yang diputar kembali, kilasan awal pertemuan dia dan Shirenia, gadis yang sangat biasa untuk menjadi reinkarnasi Shire. Putri tercantik di dunianya. Tapi, karakter Shirenia mirip sekali dengan Shire. Dari mulai kecerdasan yang dimilikinya, rasa-rasanya tidak mungkin Shirenia bisa menciptakan Shaquille hanya dengan pemikiran manusia biasa. Dan yang lebih penting, buku itu tidak akan jatuh kecuali kepada pemiliknya. Dialah reinkarnasi Shire.

Sepertinya Xander harus menemui Shirenia dan membicarakan hal ini. Tapi bagaimana jika gadis itu tidak percaya dengan apa yang dia katakan? Oh sial! Sejak kapan Xander jadi pengecut begini? Tidak bisa. Besok Xander harus mengatakannya pada Shirenia. Dia yakin gadis itu adalah reinkarnasi istrinya.

Maka dari itu Xander mengambil ponselnya, mengirim pesan yang meminta bertemu dengan Shirenia esok malam. Tak lama kemudian Shirenia membalas dengan persetujuan membuat Xander tersenyum penuh harap, dia berdoa pada Dewi agar penantiannya selama ini segera menemui titik akhir.

***

Waktu berjalan amat lambat sekali hingga akhirnya Xander terbangun dengan lingkaran hitam di matanya. Semalaman dia tak bisa tidur memikirkan bagaimana caranya memberitahu Shirenia. Hari ini dia pun bekerja dengan wajah menyedihkan. Robin sudah menasehatinya berkali-kali untuk tidak begadang, tapi Xander tidak menghiraukannya. Lagipula siapa yang mau begadang? Xander hanya kesulitan memejamkan mata, itu saja. Tapi ceramahnya seolah Xander sering sekali begadang. Ternyata Robin memang tulus menyayangi majikannya. Sayang sekali Alexander telah mati, kalau tidak dia pasti bahagia mendapatkan asisten sebaik Robin.

Setelah bekerja seharian, akhirnya malam pun tiba. Inilah saat-saat paling mendebarkan untuk Xander. Pertama kalinya dalam usia seribu tahun dia mengalami perasaan grogi saat ingin mengungkapkan sesuatu. Padahal dulu saat melamar Shire tak sampai seperti ini. Mungkin karena saat ini, dia terjebak di dalam tubuh manusia yang sangat emosional. Terdengar masuk akal meskipun kecil kemungkinannya. Xander tidak mau memikirkan hal itu.

Kini dia sudah tiba di cafe tempat mereka biasa menghabiskan waktu ketika jalan berdua. Terlihat Shirenia sudah duduk manis menunggunya.

"Apa kau sudah lama?" Shirenia menggeleng kecil.

"Baru saja," sahutnya kemudian.

"Syukurlah. Mau pesan sesuatu dulu?" tanya Xander seraya mendudukkan dirinya di kursi yang berada tepat di hadapan Shirenia.

"Boleh, aku hanya ingin minuman saja." Xander pun segera memanggil pelayan dan memesan dua minuman untuk mereka berdua. Dia juga sedang tidak berselera makan seharian ini. Pikirannya berkecamuk.

"Ada apa? Wajahmu terlihat tidak baik," ucap Shirenia setelah menemukan ada yang aneh dari ekspresi Xander hari ini.

Merasa tertangkap basah, Xander segera menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak ada, aku baik-baik saja. Tapi ada hal yang ingin aku ceritakan padamu."

"Apa?" tanya Shirenia penasaran. Tapi seorang pelayan datang mengantar pesanan mereka dan memotong percakapan mereka sebelumnya.

"Silakan diminum dulu saja, di luar sangat dingin. Kau harus menghangatkan tubuhmu." Shirenia pun mengangguk dan meminum coklat panas itu perlahan. Setidaknya Xander dapat mengulur waktu lebih lama sampai minuman coklat itu habis.

"Xander, kau bilang ingin menceritakan sesuatu. Apa?" Ah sepertinya tidak. Shirenia ternyata lebih penasaran dari yang ia duga.

"Prihal buku itu, aku ingat pernah menemukannya saat kau tak sengaja menjatuhkan buku itu di perpustakaan." Xander memulai ceritanya.

"Jadi benar buku itu adalah buku yang sama?" Xander mengangguk sebagai jawaban.

"Kau tahu, Shirenia? Usiaku sebenarnya sudah lebih dari lima ratus tahun." Shirenia terdiam mencerna informasi baru itu. Lalu tiba-tiba dia tertawa kencang tapi buru-buru menahannya sebisa mungkin.

"Xander, apa kau tidak salah makan hari ini? Apa yang kau bicarakan, usiamu lebih dari lima ratus tahun? Yang benar saja. Jangan membuat lelucon seperti itu dengan wajah serius, itu tidak lucu sama sekali." Meskipun mengatakan tidak lucu, tapi Shirenia berkata sambil tertawa demi mencairkan suasana.

Sayangnya Xander sama sekali tidak tertawa.

"Aku memang tidak sedang bercanda. Asal kau tahu, usiaku sudah mencapai seribu tahun." Xander berkata dengan wajah serius lagi. Shirenia pun akhirnya berhenti dan mulai memasang wajah serius.

"Jangan mengada-ngada, lalu kau ini apa?" tanya Shirenia mencoba untuk sedikit percaya.

"Aku adalah rubah ekor sembilan," ucap Xander pelan, namun cukup untuk hanya didengar oleh Shirenia yang duduk dekat dengannya.

"A-apa?" Shirenia tak tahu lagi harus berkata apa. Lagipula siapa yang bisa langsung percaya saat tiba-tiba seseorang yang baru dikenal beberapa bulan mengatakan hal tak masuk akal. Tapi, bukankah dulu juga Shirenia bertemu dengan Shaquille dengan cara paling tak masuk akal? Mungkin dia bisa percaya bagian Xander adalah rubah. Tapi tidak saat Xander berkata, "Dan kau adalah reinkarnasi istriku, Shire."

Omong kosong macam apa ini?

"Kau pasti sudah gila," ucap Shirenia tanpa filter sama sekali. Dan Xandee cukup tertohok mendengar hal itu.

"Aku memang tidak memiliki bukti apapun saat ini, tapi satu hal yang pasti. Aku tidak pernah bermain-main soal ini. Kau bahkan tidak tahu sudah berapa lama aku menunggu saat ini, terbebas dari segel penyihir itu dan keluar dari buku merah yang kau temukan. Jika mau mengingat Shaquille, dia adalah bagian dari kekuatan rubah yang ada padaku."

Shirenia terpaku di tempatnya. Informasi itu terlalu tiba-tiba dan dia belum siap sama sekali untuk mencerna semuanya sekaligus. Kenapa jadi seperti ini? Sebenarnya situasi macam apa yang dialaminya?

"Kalau begitu, buktikan padaku."

"Aku akan mencoba membuktikannya. Tapi aku juga butuh bantuan darimu, bisakah kau membantuku?" Senyuman yang terbit menjadi jawaban atas permintaan Xander.

***

To be continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro