Chapter 1: Berjumpa masalah.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

___________
Takdir akan membawamu menemuinya kebahagiaan maupun kesedihan.
____________
****

"Gar, tunggu!"

Gadis langsing itu mengejar-ngejar manja cowok di depannya, tetapi si cowok tidak begitu memperdulikan. Dia tetap menatap lurus sambil berjalan.

"Ih, Garry, tungguin aku dong...."

Namun, tak ada perubahan.

Raut wajah si cewek langsung berubah 180° dan kemudian berlari menghadang cowok tadi.

"Kenapa sih, Gar?"

"Lo tanya kenapa? KENAPA! Punya otak tuh dipake. Setelah ketahuan selingkuh dengan Om-om hidung belang, bisa-bisanya lo muncul sesantai ini dihadapan gue!" maki cowok yang bernama Garry tadi.

"Kan udah gue jelasin, kalo itu tuh—"

"Cukup, Salwa Amanda Jaya." Garry merentangkan telapak tangannya di hadapan Salwa. "Gue bener-bener udah MUAK sama lo. Sekarang gue minta lo cabut dari sini."

"Tapi, Gar. Itu tuh nggak seperti yang lo pikirkan."

Garry memutar matanya malas. "Oke, kalo lo nggak mau pergi. Gue yang pergi!"

Setelah mengatakan itu, Garry melanjutkan perjalanannya. Salwa kembali mengejarnya dan memohon-mohon agar Garry mendengarkan ocehan, tidak, lebih tepatnya alasannya berselingkuh.

Sialan nih, cewek! Nggak punya malu sama sekali?

Nggak sengaja Garry berpapasan dengan seorang gadis yang sedang mengobrol dengan temannya. Aha! Gue punya ide.

Tiba-tiba Garry menghampiri gadis itu dan merangkul pundaknya sambil berkata, "Kenalin, ini selingkuhan gue!" Di hadapan Salwa.

What the ...? Nih orang siapa? Batin cewek itu menjerit. Genggaman tangannya sedikit meremas bahu.

"Clara, demi apa?! Lo ... lo pacaran sama Garry?!" Temannya si cewek tadi sangat syok seketika.

"Eh, buk—"

Garry menguatkan genggamannya, si cewek yang bernama Clara itu pun meringis pelan. Dia mencoba menatap wajah Garry, tetapi tatapan tajam yang cowok asing itu keluarkan mengintimidasinya.

Nih orang apa iblis?! Matanya serem banget.

"Hah?! Maksud lo apa, Gar?" tanya Salwa yang seolah tak terima kenyataan barusan.

"Lah, bukannya lo yang ngajarin gue buat selingkuh?"

Nih dua orang ngapain ya Tuhan! Lagi-lagi Clara hanya bisa menjerit di dalam batin. Tubuhnya seolah membeku layaknya es di kutub Utara.

"Clara, jawab dong?! Udah berapa lama hubungan kalian?" Temannya Clara kembali bertanya.

Astaga, nih orang bisa nggak sih jangan nanyain hal kek begituan dulu. Bukannya bantu ngejelasin kalo Clara tuh murid pindahan, malah nanya nggak jelas kayak gini.

"Hm, kami baru kenal sih. Mungkin sekitar 3 sampai 4 hari yang lalu. Benar, kan, Sayang?" tanya Garry ke Clara dengan senyuman manis miliknya.

Hue! Sok akrab banget nih cowok, kampret. Meski di dalam Clara merasa ingin muntah, tetapi di luar dia hanya diam membisu.

"... Ah, maklum lah ya, kita kan pasangan baru, jadi belum terlalu biasa dalam berkomunikasi." Garry melanjutkan perkataannya.

"Nggak bisa!!!" teriak histeris Salwa, suaranya sampai melengking tinggi. "Gue nggak terima di selingkuhi sama gembel kek gini."

Di mata Salwa, Clara itu hanyalah sesosok gembel yang tak sengaja dijadikan alasan oleh Garry untuk putus dengannya.

"Dih, kalo selingkuhan gue gembel, berarti lo budak!" balas Garry menghina balik Salwa.

Tuhan, Clara harus ngapain di situasi kek gini. Di fitnah, dikatain gembel, bapaknya kena mutasi. Cukuplah penderitaan yang tiada hentinya ini.

"Gar ... lo setega itu sama gue? Sama orang yang pernah lo sayangi. Dan lo bisa-bisanya selingkuh dengan dia?!" Salwa menunjuk tajam Clara.

"Lo pikir lo siapa? Ratu? Tidur lo terlalu miring, Salwa. Ngaca!"

Dada Salwa bagai tertusuk duri, kata-kata yang Garry lontarkan barusan benar-benar mengguncang hatinya.

"Jahat!"

Salwa berlari dengan wajah yang berkaca-kaca, tetapi tak ada satupun yang memperdulikannya.

Setelah Salwa pergi, Garry melepas rangkulannya dan berjalan pergi berlalu begitu saja. Seolah kejadian tadi tidak pernah terjadi.

"Tunggu!" teriak Clara, langka Garry pun terhenti. Dia menoleh setengah putaran. Menatap cewek pendek itu dengan mata tajamnya.

"Kenapa lo ngelakuin hal itu ke gue?"

"Hah?" respon Garry dengan nada merendahkan. "Emang lo nggak punya mimpi jadi selingkuhan gue? Udah gue kabulin tuh walau cuma pura-pura. Dah ah, gue mau cabut."

WTF? Kok bisa ada orang aneh kek dia? Clara tak habis pikir. Mimpi jadi selingkuhan katanya? Ppttff, Demi Tuhan semesta alam, Clara nggak bakal pernah sudi!

Keduanya pun jalan berlawanan arah. Clara benar-benar kesal, sungguh! Jika dia tau keadaannya akan jadi aneh kek gini, juga nggak bakal dia lewat lorong kelas ini

"Clara, lo beneran—"

"Dara!" potong Clara agak kasar. "Tolong jangan nanya-nanya dulu ya. Gue pusing loh. Baru hari pertama udah ngalamin kek beginian aja."

Cewek rambut pirang pendek itu hanya tersenyum tipis. "Iya-iya, tapi nanti jelasin ya?" pintanya.

"Jelasin apa?"

"Itu ... itu loh."

"Aneh!"

Clara jalan duluan meninggalkan teman pertamanya yang senyum-senyum sendiri. Untunglah lorong ini sepi, jadi kejadian tadi tidak banyak yang melihat.

***

Clara masuk setelah wali kelas barunya mempersilahkan. Sebuah ruangan kelas yang penuh dengan aneka perhiasan, mulai dari rak buku, bunga gantung, jam dinding lumayan besar hingga mejanya yang terlihat sangat mewah.

"Nak, silahkan perkenalkan dirimu!" perintah gurunya, membuat Clara sedikit terkejut dan tubuhnya mendadak jadi kaku.

"Hallo, teman-teman." Clara menutup matanya agar mulutnya tidak keluh. "Namaku Clara Amelia, aku pindahan murid SMA Negeri 3 Palembang. Salam kenal semuanya!"

Senyap.

Sunyi.

Tak ada respon apapun. Clara perlahan membuka matanya dan terlihat calon teman-teman barunya hanya menatapnya dalam bisu.

"Yah, cukup sampai disini perkenalannya ya, Nak. Sekarang silahkan duduk di bangku urut 2 dari belakang sebelah sudut kanan, dekat jendela."

Clara mengangguk dan perlahan jalan ke kursi kosong yang akan dia tempati selama menjadi murid di sekolah ini.

Sekolah elit yang cukup bergengsi. Clara sama sekali tak mengerti kenapa Ayahnya memindahkannya ke sini. Memang sih, karena teman ayahnya guru di sini. Tapi bukankah hal itu tetap tidak diperbolehkan? Ya sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Clara tak boleh mencelanya.

"Liat tuh, dia duduk bersebelahan sama Primadona Sekolah."

"Oh, dia cewek yang dirumorkan itu ya? Kok bisa sih, pindah ke sini?"

Dan sejumlah bisikan lainnya. Mereka menatap Clara dengan wajah yang tak menyenangkan. Seolah-olah Clara datang ke sini hanya untuk jadi bahan gosipan mereka.

Apa jangan-jangan ... mereka melihat kejadian tadi pagi? Duh, padahal Clara yakin tadi pagi nggak ada orang. Ini kok udah mulai ke sebar aja gosipnya?

"Salam kenal! Panggilan lo Clara, 'kan?" tanya siswa perempuan yang duduk di depannya.

"Iy-iya. Kalau boleh tau, nama lo siapa?" tanya balik Clara. Ini bisa jadi langkah awal dia memulai relasi.

"Indah Patricia. Mohon kerja samanya ke depan, Clara."

Gadis yang bernama Indah itu menyodorkan tangannya, dia hendak berjabat tangan. Clara tanpa ragu menerima huluran tangan itu dan menggenggamnya lembut, disertai dengan sedikit guncangan.

"Oi!" Tiba-tiba cowok yang duduk di samping Clara bersuara. Saat Clara menoleh, dia terkaget....

"Lo kan?!"

***

ATTENSION:
Garry dibacanya Gerri ya. Kenapa tulisannya Garry? Yah, biar keren aja gitu🤭 ups..

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro