Chapter 8: Makanan VIP

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

_____________
Pertengkaran sama sekali tidak menyelesaikan masalah.
______________
***

Clara bersama Garry telah tiba di depan lorong Kantin. Para siswa yang berpapasan dengan keduanya menganga lebar tak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat. Bahkan ada yang saling tabrakan sebab kehilangan fokus.

Nggak mungkin!
Dia selingkuhan itu kan? Kok bisa?
Gue mimpi, 'kan?!

Namun, tak ada respon dari keduanya yang tetap melangkah maju sambil bermesraan tanpa peduli sekitar.

Susah banget sih, ngikutin kakinya. Temponya gak jelas! Keluh Clara dalam hati, ia coba tersenyum ke depan.

Garry membukakan pintu dan mempersilahkan Clara masuk terlebih dahulu, siswa yang barusan mereka lewati segera merapat ke ambang pintu kantin.

Seisi kantin pun dibuat terdiam sesaat setelah mereka menapakkan kaki di sana. Semua mata membulat lebar dan tak berkedip sedikit pun.

Bukannya mengherankan apa yang terjadi, Garry justru mengangkat tangannya, memesan makanan. Penjaga kantin itu mengangguk paham dan segera menyiapkan pesanan Garry.

"Mau duduk dimana sayang?" tanya Garry dengan nada lembut dan menggoda. "Di sana? Hm, tidak. Kalo di sini saja bagaimana? Gue gak mau energimu terbuang banyak."

Sialan! Bisa-bisanya gue malah gugup kek gini.

"Ah, iy-iya. Gue setuju." Clara gelagapan, bahkan ia terlalu sering merapikan rambutnya ke belakang telinga. Sambil tersenyum sesekali.

Garry mengambil tiga lembar tisu, dan meletakkannya di permukaan kursi mereka. Ia menyuruh Clara menempatinya, kemudian Garry duduk tepat di depannya.

10 menit berlalu, lima orang pelayan datang dengan pesanan Garry tadi. Pelayan itu menyajikan makanannya di depan mereka dengan sedikit atraksi tepuk bunga mawar yang menghiasi makanan mereka.

Garry tersenyum lebar. "Mari, kita mulai makannya."

"Ah, iya." Clara perlahan mengambil pisau dan garpu yang pelayan tadi sediakan. Di depannya sudah ada sepotong steak daging dengan kertas emas di atasnya.

***

"Salwa! Salwa!"

Salah seorang dari Gang Salwa CS berlarian menghampiri gadis itu di taman sekolah. Salwa yang sedang bermain ponsel tak begitu menggubris panggilan tadi.

"Gawat banget!" Siswi yang berteriak tadi ngos-ngosan. Ia perlu menarik napas beberapa kali sebelum melanjutkan omongannya. "Garry...."

Barulah Salwa memperhatikannya dan menunggu kalimat selanjutnya. "Garry apa?!" tanya Salwa ketus.

"Garry sama si selingkuhannya itu, lagi makan di kantin."

Salwa terlihat biasa saja, ia tak begitu peduli. "Oh, biarin aja, paling besoknya di putusin."

"Yang ini beda, Salwa. Garry sampe pesan menu VIP loh!"

Salwa beranjak seketika. "Apa?! Lo gak ngarang, 'kan?"

"Ya nggak dong. Lo gak liat gue sampe ngos-ngosan gini!"

Wajah Salwa memerah seketika. Ia bahkan belum pernah di perlakukan seperti itu selama berpacaran dengan Garry. Ini gak bisa dibiarin.

Salwa berlalu pergi begitu saja, terburu-buru. Segera menuju kantin sekolah untuk melihat apa yang baru saja ia dengar. Salwa tak akan percaya hal itu jika tidak dilihat dari mata kepalanya sendiri.

Sesampainya ia di lorong kantin, terlihat banyak siswi yang berkumpul di depan pintu masuk. Perasaan Salwa semakin memanas. Ia menerobos masuk ke dalam kerumunan dan tak segan untuk mendorong siswi yang menghalanginya. Ia pun berhasil masuk ke dalam kantin, dan disuguhkan dengan pemandangan romantis antara Garry dan Clara.

Ia hanya bisa terdiam membisu. Tangannya mengepal erat. Tubuhnya bergetar kecil, matanya mulai berkaca-kaca tetapi ia tahan. Salwa tidak boleh terlihat cengeng di depan semua siswa, itu hanya akan menghancurkan reputasinya.

"Salwa?" panggil Garry yang menyadari kehadiran gadis itu. Ia meletakan alat makannya dan berdiri, berjalan ke arah gadis berambut cokelat panjang itu.

"Garry ... Garry, lo-"

"Iya? Gue kenapa?"

"Ini nggak lucu, Gar."

Ujung bibir Garry mulai terangkat sedikit. "Gue nggak lagi bercanda, Salwa. Gimana perasaan lo sekarang setelah melihat pemandangan yang seindah ini?"

"Lo bener-bener jahat, Gar! Lo ngelakuin semua ini demi buat gue cemburu, 'kan?!"

Wajah Garry menjadi datar seketika. "Ais, ternyata lo terlalu bodoh untuk mengerti semua ini."

"Permisi," kata seseorang, ia melewati gerombolan siswa itu dengan santai dan rupanya itu adalah Indah. Dia baru saja kembali dari perpustakaan.

"Eh?" Mata Indah tak berkedip saat melihat pemandangan di depannya. Salwa yang tersedu-sedu dekat Garry ditambah makanan VIP Clara. Butuh waktu cukup lama sampai Indah memahami situasinya.

"Indah," kata Clara yang meninggalkan mejanya dan berjalan ke arah temannya itu. "Udah balik dari perpustakaan?"

Indah mengangguk. "Iya nih, tapi ini ada apa ya? Kok rame banget?"

"Gue lagi makan sama Pacar gue," potong Garry yang menggenggam paksa tangan Clara. "Cuma udah gak mood, gegara ada perusak."

Garry menyindirnya, dan Salwa tau hal itu. Namun, saat ini dia tak bisa berbuat apa-apa. Semuanya terlalu tiba-tiba. Salwa terpojok.

"Ohh," balas Indah panjang. "Ya udah, kalian gak lanjut makan?"

"Jam istirahat dah mau habis, bakal kami lanjutkan lain kali." Garry menjawabnya dengan cepat lalu membelai lekukan rahang Clara. "Gue anter ke kelas ya, demi keamananmu."

Clara hendak bicara tetapi kalah cepat dengan jari telunjuk Garry yang sudah menempel di tengah bibirnya. Garry juga menggeleng dan Clara hanya diam, tak memberontak sedikitpun.

Garry mulai melangkah keluar, gerombolan siswa pun membubarkan diri dan membuka jalan untuk Garry serta Clara.

"Gimana?" tanya Indah saat keduanya telah berlalu cukup jauh. "Enak dipermalukan di depan semua siswa?"

"Diem lo, Indah! Mood gue lagi buruk, jangan coba-coba lo usik, atau nggak!"

"Atau apa?!" Indah memotong cepat, nadanya tak kalah tinggi dengan Salwa. "Sadar diri dong, Salwa. Garry tuh udah gak tertarik lagi sama lo."

Salwa tersenyum lebar di tengah tangis diamnya. "Gak sadar diri lo, Indah? Lo itu cuma pengecut sampah yang bahkan gak berani ngungkapin perasaan lo sendiri."

Indah mendekat dengan cepat dan menarik kerah seragam Salwa kasar. Mata keduanya beradu pandang. Sama-sama tajam.

"Lo! .... Gak berhak buat nilai gue dari sudut pandang rendah itu. Gue kasih tau, kita ada di level yang berbeda, Salwa! Dan lo harus tau perbedaan itu! PAHAM LO!"

Indah melepasnya dengan kasar pula, Salwa yang sedikit terpental ke belakang pun hanya diam.

Indah berdecak sambil merapikan rambut serta seragamnya yang kusut. Setelah itu dia pun pergi dari kantin itu, meninggalkan Salwa yang masih diam membisu dengan tatapan menunduk.

Semua murid yang menyaksikan pertengkaran antara Salwa dan Indah pun berbisik-bisik dan memandang rendah Salwa yang saat itu hanya diam. Hingga akhirnya teman CS nya datang dan menanyakan keadaannya, tetapi Salwa tetap diam. Gang Salwa pun membawanya pergi dari sana. Tak begitu memperdulikan siswa yang terlihat menghindari mereka.

"Lo harus kuat, Salwa! Jangan jadi cengeng kayak gini. Ini bukan Salwa yang kita kenal."

***

Lagi-lagi ada pertengkaran antara Salwa dan Indah.

Ke depannya bakal ada pertengkaran lagi, coba tebak siapa?
A. Clara dan Salwa.
B. Indah dan Clara.
C. Larry dan Garry.

Coba tebak ya, makasih udah berpartisipasi dalam Challenge kali ini❤️❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro