Chapter 22 : Ramalan Hermione

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

Keesokan harinya, Hermione bangun sangat awal dan telah bersiap untuk pergi ke Kantor professor Mcgonagall. Ia menatap pintu kamar Draco yang masih tertutup rapat. Sepertinya pemilik kamar masih berada di alam mimpi.

Hermione segera keluar dari Asrama Ketua Murid, tanpa menunggu Draco Malfoy sang patner bangun. Biasanya ia selalu bersama Draco keluar saat Asrama, kecuali ketika mereka bertengkar seperti kemarin.

Tapi hari ini berbeda, Hermione dan professor Mcgonagall sedang melakukan misi rahasia.

...................

Professor Mcgonagall berdiri menunggu Hermione di depan perapiannya. Rencananya, mereka akan pergi menggunakan perapian miliknya. Ya, tidak mungkin mereka menggunakan perapian Ketua Murid karena memiliki resiko akan dicurigai oleh satu orang.

Professor Mcgonagall juga sudah membuat janji untuk datang sangat pagi agar tidak dicurigai siapapun. Ia berharap cemas agar Hermione tidak dicurigai siapapun ke sini. Tapi tidak mungkin jika ada siswa lain yang bangun sangat awal di jam seperti ini menurut Mcgonagall.

Hermione datang dan membuat professor Mcgonagall lega. Mereka pun mulai memasuki perapian. "Kementrian!" api hijau mengiringi kepergian mereka.

...................

Keduanya sampai dengan selamat di Kementrian. Suasannya sangatlah sepi, itu karena mereka datang terlalu pagi. Professor Mcgonagall dan Hermione segera pergi ke kementrian bagian Departemen Misteri untuk membaca Ramalan Hermione.

Professor Mcgonagall menekan lift di tingkat 9.

"Apa tidak ada yang akan curiga, nek?" tanya Hermione.

"Tidak akan, Mione. Orang-orang masih tidur dan kita akan kembali saat para siswa dan professor sedang sarapan. Tenang saja!" Hermione mengangguk mendengar penjelasan professor Mcgonagall.

Lift yang mereka tumpangi berhenti, keduanya keluar dan sudah berada di Departemen Misteri. Mereka disambut oleh Mr. Thompson yang merupakan ketua dari Departemen Misteri.

"Selamat datang, professor Mcgonagall dan Ms. Granger!" seru Mr. Thompson.

"Terima kasih telah menyambut kami, Mr. Thompson. Karena suratku, anda harus ke Kementrian pagi sekali hari ini." ucap professor Mcgonagall.

Mr. Thompson tertawa. "Tidak masalah professor Mcgonagall. Saya tidak keberatan, lagipula saya harus menjalankan tugas saya...." Mr. Thompson menatap Hermione. "...lebih dari itu, saya juga terkejut ketika mendengar Mr. Firenze memasukan ramalan Ms. Granger...itu membuat kami semua sangat terkejut!" professor Mcgonagall tersenyum mendengar ucapan Mr. Thompson.

"Karena anda sangat terkejut, bisakah kita langsung mengetahui isi ramalannya?"

"Ouh! Baiklah. Lewat sini!" perintah Mr. Thompson yang memimpin perjalanan mereka menuju Hall Of Prophecy, ruangan tempat bola-bola ramalan disimpan.

Akhirnya mereka masuk ke ruangan yang berisi banyak bola ramalan. Hermione mengingat kejadian beberapa tahun yang silam, di mana Dumbledore Army vs Death Eaters bertarung di sini. Sangat mengerikan! Mereka kalah dan sangat beruntung tidak di avada oleh para Death Eaters. Dari mulai hari itu juga, Hermione sangat mengagumi Luna. Gadis itu yang menolong mereka menaiki Thestral dan dia adalah anggota Dumbledore terakhir yang dikalahkan oleh Death Eaters. Hermione benar-benar kagum dengan Luna dan tidak ingin menganggap dia aneh lagi seperti yang lain. Ya, semenjak saat itu orang-orang tidak lagi menganggap Luna aneh.

"Hermione!" panggilan Minerva membuat gadis itu sadar. "Jangan melamun!" Hermione mengangguk.

"Ini dia ramalannya!" seruan Mr. Thompson membuat kedua perempuan itu menoleh. Pria itu membawa bola ramalan ke depan Hermione dan professor Mcgonagall.

"Hanya kau yang boleh membukanya Ms. Granger, karena kau pemilik ramalan ini!"

"Apakah ini ilegal?" tanya Hermione pada Mr. Thompson yang menyerahkan bola ramalan itu padanya. Ia masih ingat peraturan bahwa bola ramalan tidak boleh dilihat.

"Kali ini legal karena Kingsley sendiri yang mengizinkannya." ucap professor Mcgonagall.

Hermione mulai mengambil bola itu. Secara ajaib, ramalan yang tersimpan pun terlihat.

"Sang gadis terpilih, dengan darah penyihir paling agung yang pernah ada. Dia akan menghancurkan kebangkitan sang kegelapan dan pengikutnya. Di masa depan, musuh dari masa lalu akan datang. Di balik semua itu, kegelapan sejati telah menyelimuti dunia sihir. Bersiaplah untuk menghadapi kegelapan yang sesungguhnya!"

"Apa maksud ramalan ini?!" seru Hermione.

"Panjang sekali ramalannya." gumam professor Mcgonagall.

"Nenek!" tegur Hermione yang mendengar gumaman professor yang terdengar seperti bercanda.

"Sebaiknya kalian segera memecahkan ramalan ini. Aku merasa musuh kita akan segera datang!" ucap Mr. Thompson, Hermione pun memberikan bola ramalan itu pada Mr. Thompson.

"Baiklah, Mr. Thompson. Terima kasih atas waktunya, kami akan pergi." Mr. Thompson mengangguk. Professor Mcgonagall dan Hermione segera pergi meninggalkan tempat itu.

"Kuharap anda akan menjadi juru penyelamat kami, Ms. Granger." gumam Mr. Thompson.

....................

Draco berjalan di Koridor menuju Great Hall. Ia bangun terlambat dan mendapati Hermione sudah pergi, gadis itu tidak menunggu dirinya membuat dia jengkel.

Setelah memasuki Great Hall, ia langsung duduk di depan Blaise Zabini.

"Ada apa dengan wajahmu itu, Drake?" tanya Pansy.

"Iya. Wajahmu itu sudah seperti wajah Theo saat masuk ke sini tadi," celetuk Blaise yang langsung ditatapi tajam oleh Theo.

Draco tidak menjawab pertanyaan teman-temannya. Ia menoleh ke meja Gryffindor.

"Potter!" serunya memanggil Harry yang tengah bercanda dengan Ginny.

Harry pun menoleh, begitu juga Gryffindor yang lainnya. "Ada apa, Malfoy?"

"Ke mana...Hermione?" tanyanya membuat Harry dan teman-temannya memandangnya aneh.

"Bloody Hell! Bukankah kau yang selalu bersamanya di setiap pagi? Mengapa kau justru bertanya pada kami?" ucap Ron.

Draco mengangkat bahunya. "Dia tidak ada di Asrama saat aku bangun. Kukira dia meninggalkanku karena ingin bertemu dengan kalian?"

"Kami belum bertemu dengan Hermione hari ini?" ucap Ginny.

"Ini aneh?" ucap Parvati yang duduk di sebelah Seamus. Walaupun kumpul dengan teman-temannya, ia tetap tidak mau berdekatan dengan Dean dan Ron.

"Lalu, ke mana Hermione sekarang?" Pansy ikut mengeluarkan pendapatnya saat mendengar obrolan yang lain.

Pintu Great Hall terbuka, dan menampilkan sosok Kepala Sekolah mereka dan sosok gadis yang mereka cari tadi.

Hermione berjalan di belakang professor Mcgonagall, ia heran mengapa banyak orang menatap dirinya. Apa dia telah membuat kesalahan? Atau ada yang melihat dirinya pergi ke Kantor Kepala Sekolah?

Ketika ia sampai di meja teman-temannya, ia segera meminta tempat duduk di tengah-tengah Ron dan Harry.

"Ke mana saja kau, Mione?" tanya Harry. Belum sempat Hermione menjawab pertanyaan Harry, Draco langsung memotongnya.

"Ke mana kau Hermione Granger? Kau bahkan meninggalkanku di Asrama!" ucap Draco dari meja Slytherin.

"Maafkan aku teman-teman, ada hal yang sangat penting yang harus kubicarakan berdua dengan professor Mcgonagall." jawab Hermione yang menjawab seluruh pertanyaan dalam benak semua teman-temannya.

"Baiklah, tolong perhatian semuanya!" ucap professor Mcgonagall membuat semua perhatian beralih padanya.

"Aku memiliki pengumuman yang sangat penting. Sebentar lagi, natal akan tiba di Hogwarts. Oleh karena itu, kedua Ketua Murid segera pergi ke ruanganku setelah pelajaran pertama selesai. Kita bertiga akan membahas pesta natal tahun ini. Hanya itu saja, selamat sarapan semuanya!"

Bersambung.
.
.
.
.
.

Hai guyss^^

Jangan lupa vote dan komen.

Btw, author sudah siapin flashback Daphne yang nyerang Astoria, tapi dicegah oleh Hermione. Menurut kalian, flashback ini enaknya ditaroh di chapter mana?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro