Chapter 39 : Ajakan Pesta Dansa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

Setelah Hermione makan siang, dia, Draco dan beberapa prefeek berjalan menuju Ruangan yang akan menjadi tempat diselenggarakannya Pesta Natal.

"Kira-kira tema yang kita siapkan apakah akan bagus?" tanya Ginny sambil menggoyangkan kertas yang berada di tangannya.

"Entahlah," jawab Padma yang masih mengantuk.

"Jangan khawatir! Kali ini tema kita pasti akan mendapat banyak pujian lebih dari tema pesta sebelumnya." ucap Ernest yang berjalan di samping kanan Hermione, sementara Padma bergeser karena Ernest sedikit mendorongnya ke samping.

Semua orang menatap Ernest yang gesit berjalan berdampingan dengan Hermione.

Di sisi lain, Draco yang melihat dengan jelas bahwa pemuda Mcmillan itu memang sengaja mendekati Hermione. Dia yang berjalan di samping Theo dan Daphne segera berjalan maju mendekati dua orang yang menjadi tatapan.

"Ya! Pastinya tema kita akan mendapat pujian, Mcmillan!" Draco memblokir dan berdiri di antara Ernest dan Hermione. Ia mendorong bahu Ernest dari samping agar lelaki Hufflepuff itu tidak mendekat pada Hermione.

Nasib sial bagi Padma yang ikut terdorong tubuh Ernest dari samping. Dia yang dalam kondisi mengantuk menoleh dan melihat kedua pemuda beda Asrama memperebutkan Hermione.

'Ck! Bisa tidak kalau kalian bertengkar karena percintaan tak usah menyakiti orang lain?' serunya dalam batin.

Pada akhirnya, Ernest dan Draco saling menatap tajam dan berjalan beriringan hingga masuk ke dalam Ruangan.

Professor Mcgonagall yang sudah berada di sana menoleh melihat kedatangan cucunya dan teman-temannya.

"Kalian sudah datang? Kalau begitu kita akan segera mendekorasi Ruangan ini!" ucapnya ceria sambil menyatukan kedua tangannya di depan dada.

Hermione hanya tersenyum miris melihat Neneknya bersikap bahagia tanpa sadar bahwa kedua orang yang berada di samping kanannya tengah perang dingin.

Hermione juga melihat beberapa professor juga berada di sana.

Gadis itu tersenyum. "Ayo kita dekorasi Ruangannya!" serunya penuh semangat. Para prefeek perempuan juga ikut semangat melihat Hermione, kecuali Padma yang terpaksa bersorak karena masih mengantuk.

Mereka mulai berbagi tugas dan mengrias Ruangan. Tema pesta yang telah mereka siapkan adalah 'Hutan Musim Dingin Yang Bertebaran Kunang-kunang'

Ruangan diubah menjadi putih dan muncul salju-salju dari sihir.

Hermione mengucapkan mantra dan muncullah kunang-kunang.

Draco melafalkan mantra agar menghembuskan angin musim dingin menambah kesan tema pesta mereka.

Di saat mereka sedang mendekorasi Ruangan, seorang pemuda masuk dan mendekati Hermione yang tengah memegangi tongkatnya.

"Hermione Granger!" panggil orang itu. Gadis yang dipanggil terkejut dan menoleh mendapati pemuda Scamander yang sangat akrab dengannya.

"Astaga, Rolf! Kau membuatku kaget!" seru Hermione. Beberapa teman Hermione menoleh pada mereka termasuk Draco.

"Maafkan aku. Mione," Rolf tampak tidak enak pada Hermione. Tapi Hermione tertawa melihat wajah Rolf yang lucu baginya.

Draco yang melihat interaksi mereka dari kejauhan merasa kesal. Theo yang berdiri di dekatnya mengejeknya. "Wajahmu kenapa Drake? Cemburu ya?" sambil melirik Rolf dan Hermione.

"Berisik!" serunya pada Theo yang sudah tertawa. Ia menatap tajam Rolf dan Hermione yang sedang berbincang.

"Jadi pasangan dansamu?"

"Iya. Kau mau kan, Mione?" Rolf menatap Hermione penuh harap. Gadis itu bimbang karena dia memang belum menentukan pasangan dansanya.

'Kenapa harus punya pasangan dansa, sih!'

"Bagaimana?" Hermione menatap Rolf dengan ragu. "Maaf Rolf. Aku harus memikirkannya lagi, karena banyak orang yang memintaku untuk menjadi pasangannya selain dirimu." Hermione berharap Rolf paham dengan penjelasannya. Namun ada satu hal yang mengganjal batinnya.

Draco dan Theo yang mendengar percakapan mereka. "Kau kalah start, Drake...ternyata banyak yang mengajak Mione. Sebaiknya kau cepat-cepat mengajak Hermione dan memaksanya untuk memilihmu," saran Theo yang menepuk-nepuk bahu Draco.

Draco menepis tangan Theo. "Dasar bodoh! Mana bisa aku memaksanya!"

"Baiklah, aku akan menunggu jawabanmu." ucap Rolf sambil senyum membuat Hermione merasa bersalah menolak pemuda baik hati tersebut.

"Tunggu! Kenapa kau mengajaku, Rolf? Kenapa kau tidak mengajak Luna?" tanya gadis itu. Rolf tersenyum miris.

"Luna telah diajak Longbottom, Mione." Hermione yang mendengar itu terkejut dan langsung menoleh pada Neville yang sibuk melafalkan mantra-mantra sesuai arahan professor Mcgonagall yang berdiri di sampingnya.

"Memangnya Luna setuju?" Rolf mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban atas pertanyaan Hermione.

"Aku tidak tahu," Hermione menghela nafas lelah menghadapi sahabatnya itu.

"Coba ajak dulu Luna. Aku tidak yakin Luna akan berangkat bersama Neville karena Luna hanya menganggap Neville temannya sama seperti Ron dan Harry. Dia tahu bahwa Neville menyukainya, tapi dia pernah bilang padaku bahwa dia lebih suka bersahabat dengan Neville. Karena dia menyukai seseorang sekarang," Rolf yang semulanya menunduk mulai mengangkat kepalanya.

"Siapa?" Hermione tersenyum.

"Pemuda yang selalu menjadi teman mengobrolnya tentang Nargle," mata Rolf terbuka lebar lalu dia tersenyum.

"Makasih, Mione. Kalau begitu, aku pergi dulu!" Hermione mengangguk dan Rolf pun pergi dari hadapan Hermione.

Tapi gadis itu langsung menatap sendu pada Neville yang fokus pada pekerjaannya. Dia tidak tega pada Neville yang memang menyukai Luna, tapi mau bagaimana lagi? Luna dan Rolf sendiri ternyata saling menyukai.

...................

Di kelas sejarah, Mione terlihat bosan sambil memangku dagunya dengan tangan kanannya. Tumben sekali ia merasa bosan, karena dia biasanya adalah murid yang paling semangat mendengar penjelasan guru dibandingkan murid yang lain.

"Seperti itulah! Ada pertanyaan?" ucap professor Binns yang masih tampak ceria menjelaskan pelajaran, tanpa peka bahwa murid-muridnya sudah terlihat seperti zombie saking bosannya dengan penjelasannya.

"Tidak ada, professor!" jawab seorang pemuda yang duduk bersama Hermione. Gadis itu menoleh pada pemuda tampan Slytherin yang duduk bersamanya. Pemuda itu satu-satunya yang masih sadar di kelas professor Binns, pemuda yang membuat Hermione terkesima dengan sifat pendiam dan kecerdasannya dalam kelas.

"Baiklah kalau begitu, kelas hari ini selesai!" ucap professor Binns yang membuat semua muridnya sadar dan bersorak heboh. Satu-satunya professor yang berwujud hantu itu menggelengkan kepalanya.

Saat semua murid sudah keluar, tersisa Hermione yang sedang membereskan peralatannya. Draco yang berdiri di dekatnya menunggu Hermione.

"Ayo, Mione!" ucap Draco.

"Ayo!" mereka berjalan beriringan keluar kelas sejarah.

Namun...

"Granger, tunggu!" panggil seseorang yang berdiri di depan kelas sejarah, tampaknya pemuda itu menunggu Hermione keluar.

Draco menatap tajam pemuda itu. Ia memegang tangan sebelah kanan Hermione dan seakan mengisyaratkan kalau dia bersama dengan Hermione.

"Ada apa, Felton?" tanya Hermione, walaupun dia sedikit kaget dengan tingkah Draco yang memegangi tangan kanannya.

"Aku hanya ingin bertanya, apakah kau mau menjadi pasangan pesta dansaku?" tanya Thomas Felton dengan wajah datarnya.

Hermione terkejut mendengar pertanyaan itu. Walaupun dia sudah mendengar pertanyaan yang sama akhir-akhir ini. Tapi jika pertanyaan itu berasal dari mulut lelaki dingin yang tidak akrab denganmu dan sulit didekatin serta tidak berteman dengan siapa-siapa itu pasti membuat syok!

Sementara Draco melototi Felton terang-terangan tanpa rasa takut.

'Pemuda ini terang-terangan berniat menjadi musuhku, ya?!!!!' begitulah batin putra dari Lucius Malfoy.

Dan Thomas Felton bukan tidak sadar dirinya dipelototi oleh Draco, tapi ia lebih tidak peduli dan lebih memperdulikan gadis yang berdiri di depannya itu.

"Bagaimana?"

"Felton, aku..."

"Hermione tidak bisa menerima ajakanmu!" jawab tegas Draco yang masih menatap tajam Thomas Felton.

Kali ini Thomas menatap Draco yang dia acuhkan tadi. "Memangnya kenapa?"

"Karena Hermione akan menjadi pasanganku!" kali ini Hermione yang menatap Draco dan terkejut.

"Pasanganmu?" Thomas menatap datar Draco.

"Ya! Karena kami adalah pasangan Ketua Murid. Jadi, kau sebaiknya pergi sekarang!" Felton pun menatap masam Draco lalu pergi.

Hermione melepaskan tangannya yang digenggam oleh Draco.

"Apa maksudnya tadi!" tanyanya kesal.

Draco menyeringai pada Hermione. "Kau harus menjadikanku pasanganmu, Mione! Jika tidak, aku akan melakukan sesuatu pada para penggemarmu itu." setelah mengatakan itu, Draco meninggalkan Hermione seorang diri yang sedang syok.

"Dasar Draco Malfoy gila!" umpat Hermione.

Bersambung.
.
.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro