Chapter 42 : Malaikat Lovegood

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

Professor Mcgonagall yang sedang memperhatikan persiapan Pesta merasa ada yang aneh. Ia seperti meninggalkan sesuatu? Setelah itu ia mengingat-ingat dan melihat sekelilingnya. "Hmmm?? Apa kulupakan?"

Beberapa detik berpikir, ia baru teringat sambil menepuk keningnya. "Astaga! Ke mana perginya kedua anak itu!"

Wanita yang merupakan Kepala Sekolah Hogwarts saat ini segera bergegas mencari Draco dan Hermione, kedua orang yang menghilang dan seharusnya membantunya mengecek kebutuhan Pesta Natal yang kurang. Tidak lupa juga dia membalas salam beberapa Murid yang memberi salam padanya.

.........

Di sisi lain, terlihat Harry dan Ginny sampai ke Aula Pesta. "Wah! Ruangan ini sangat luar biasa! Hermione, kamu dan yang lainnya sudah bekerja dengan sangat keras. Ginny!" puji Harry sambil menatap takjub Ruangan yang mereka datangi ini.

"Mione dan Draco yang paling bekerja keras akan pesta ini...sementara kami hanya membantu sedikit dan hanya diberi arahan oleh mereka," jawab Ginny. Mendengar itu, Harry mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Tapi...ke mana teman-teman kita? Apa mereka belum datang?" tanya Harry yang celingak celinguk mencari keberadaan Ron dan yang lainnya.

"Entahlah?" Ginny mengangkat kedua bahunya, sedetik kemudian matanya langsung tertuju pada dua penyihir yang memiliki dua warna rambut asing di matanya. "Bukankah itu Malfoy dan Hermione?" Harry yang mendengar itu langsung menoleh ke arah yang ditunjukkan Ginny.

Terlihat sepasang Ketua Murid sedang berdiri berdua di sudut Ruangan, mereka tampaknya sedang memperdebatkan sesuatu.

"Kita ke sana!" tunjuk Ginny pada kedua orang itu.

"Baiklah, ayo!" jawab Harry.

Harry dan Ginny sudah mendekat pada Draco dan Hermione. Tapi mereka heran ketika mendengar nama mereka disebut-sebut oleh kedua Ketua Murid itu.

"Dengar ya, Draco! Harry itu...." sedangkan si empunya nama terkejut karena namanya jadi topik pembicaraan.

"Aku kenapa?" Harry yang tidak tahu-menahu apa yang terjadi pada mereka pun bertanya dengan polosnya.

Mendengar suara yang tak asing di telinga mereka membuat keduanya menoleh. Mereka melihat Harry dan Ginny berdiri berdampingan dengan pakaian pesta mereka, keduanya menatap mereka dengan heran.

"Harry? Ginny?" ucap Hermione yang terkejut melihat kedua sahabatnya berada di depannya. Ditambah tadi dia dan Draco tengah berdebat tentang sahabat-sahabatnya dan pastinya Harry tadi juga mendengar namanya tadi baru saja terlontar dari mulutnya langsung.

"Aku kenapa, Mione?" tanya Harry?

"Tadi kalian membicarakan apa?" Ginny ikut bertanya.

Draco dan Hermione kelabakan tidak bisa menjawab kedua pertanyaan itu. Tidak mungkin kan pembicaraan tadi mereka katakan pada pasangan itu. Draco tidak mungkin mengatakan kecurigaannya tentang teman-teman Hermione, mereka berdua juga tidak tahu tentang masalah Hermione.

Tapi pembicaraan mereka terhenti karena teriakan professor Mcgonagall.

"HEI! KALIAN BERDUA!!! KENAPA KALIAN MENINGGALKANKU SENDIRI!!! KITA PUNYA BANYAK TUGAS, AYO IKUT AKU KEDUA KETUA MURID!!!

Professor Mcgonagall datang dengan suara yang menggelagar membuat gendang telinga siapa saja pecah. Semua orang menutup telinga mereka karena suara bak petir yang menggelegar.

Tanpa memberikan waktu untuk menjawab Kepala Sekolah pertama Hogwarts itu menarik paksa tangan kedua Ketua Murid itu mengikuti jalannya.

Ketiganya meninggalkan Ginny, Harry dan siswa-siswi yang bengong dengan kelakuan Kepala Sekolah mereka itu.

Hermione menoleh ke arah Ginny dan Harry yang sudah jauh darinya.

"Sampai jumpa nanti, Ginny! Harry!"  serunya sambil melambaikan tangan. Walaupun dalam hatinya merasa tidak enak karena tidak bisa menjawab pertanyaan mereka dan menyembunyikan masalahnya.

"Astaga! Gendang telingaku nyaris pecah!" seru Harry yang baru sadar. Beberapa murid di dekatnya juga mengeluhkan hal yang sama.

"Telingamu baik-baik saja, kan Ginny?" tanya Harry pada Ginny yang pandangannya masih terpaku pada Hermione yang telah jauh.

"Sepertinya ada yang Mione sembunyikan dari kita, Harry?" ucap Ginny sambil menatap Harry. Harry yang mendengar itu juga ikut menatap Hermione yang terlihat dimarahi professor Mcgonagall bersama Draco Malfoy.

..........

Tiga puluh menit telah berlalu, terlihat Rolf Scamander tengah berdiri di dekat tangga. Ia seperti sedang menunggu seseorang.

"Hei! Rolf! Kau sedang apa di sini?" tanya Ernest yang hari ini berpasangan bersama Susan.

"Oh, hai Ernest! Susan! Aku sedang menunggu Luna,"

Mendengar jawaban Rolf, Ernest dan Susan membeku beberapa detik kemudian tertawa. "Kamu berpasangan bersama Lovegood? Hahahaha!"

"Tentu saja, kemarin aku mengajak Luna untuk jadi pasanganku. Lalu Luna menyetujuinya," jelas Rolf yang bingung melihat kedua temannya tertawa.

"Kenapa kau mengajak Lovegood, Rolf!" mendengar itu, Rolf sedikit tersinggung.

"Memangnya kenapa jika aku mengajak Luna?" Rolf mulai kesal dengan kedua temannya yang entah tertawa karena apa.

Ernest dan Susan berhenti tertawa dan terpaku pada seseorang yang sedang menuruni tangga.

"Demi celana dalam merlin." ucap Ernest tanpa sadar dengan mata terpaku.

"Kau kenapa Ernie?" tanya Rolf. Susan yang masih bisa sadar segera membalikkan tubuh Rolf.

"Lihat itu!" kini Rolf juga ikut terpaku pada seseorang yang tengah menuruni tangga.

Luna Lovegood terlihat sangat cantik dengan gaun ungu cerahnya yang indah, ditambah rambutnya yang dihiasi oleh sebuah mahkota menjadikannya sosok malaikat sekaligus ratu.

Semua orang yang berada di ruangan itu, entah pemuda atau gadis terpesona akan kecantikan Luna. Bahkan mulut Seamus menganga lebar, sehingga wine yang minum tumpah mengotori jas abu²nya.

Ketika Luna sudah sampai di ujung tangga, Rolf reflek menyodorkan tangannya pada Luna. "Kamu cantik sekali, Luna!" ucap Rolf dengan senyuman lebar.

Luna Lovegood yang mendengar itu tersipu malu. "Kamu hari ini juga tampan, Rolf!" mereka berdua saling menatap seakan dunia hanya milik mereka. Ernest dan Susan cuman numpang.

Di satu sisi, Neville menatap sedih Luna dari jarak jauh. Padahal dia ingin sekali berpasangan dengan Luna, akan tetapi Luna justruk menolak karena bilang sedang menunggu ajakan dari laki-laki yang dia sukai.....Neville semakin sedih ketika tahu bahwa gadis yang dia impikan ternyata telah memiliki seseorang di hatinya. Hari ini ia berpasangan dengan Astoria, karena dia kasihan gadis itu tidak memiliki pasangan. Sebenarnya, ia bisa saja mengajak adik kelas Gryffindor. Akan tetapi, setelah tahu Astoria dijauhi semua orang...dengan Gantleman, Neville mengajak Astoria untuk menjadi pasangannya hari ini.

Astoria yang melihat Neville tampak kecewa sambil memandangi Luna dan Rolf pun ikut sedih. Dia menepuk bahu pasangan dansanya itu. "Bersabarlah Neville,"

Neville menoleh dan tersenyum pada Astoria. "Terima kasih. Astoria,"

"Mohon perhatiannya anak-anak!" seru professor Mcgonagall yang sudah berdiri di tengah Pesta. Didampingi oleh Draco dan Hermione selaku Ketua Murid Hogwarts.

"Terima kasih karena telah hadir dalam pesta natal hari ini. Semoga kalian dapat menikmati acara yang telah saya, para professor, kedua ketua murid dan para prefeek siapkan ini. Dan yang paling penting adalah...pesta dansa untuk para pasangan!" mendengar kata pesta dansa, para murid Howgarts langsung berteriak terutama para gadis yang tidak sabar untuk berdansa dengan pujaan.hati mereka.

"Baiklah! Baiklah! Sebelum waktu free kalian, kita harus melewati serangkaian acara natal kali ini. Pertama, akan saya selaku kepala sekolah buka dengan ucapan terima kasih kepada para professor yang telah membantu acara ini...." para professor berpandangan tersenyum. "...tidak lupa juga dengan kerja keras para prefeek yang telah menyiapkan acara ini dengan sihir mereka..." para prefeek dari semua asrama pun bersorak heboh, terlihat Ginny yang memegang tangan Harry serta Theo dan Daphne yang saling bertos ria. "...dan tidak lupa juga untuk kedua ketua murid hebat kita yang memimpin para prefeek dan ikut mencari segala persiapan acara ini!" semua orang bertepuk tangan untuk Draco dan Hermione. Kedua ketua murid itu saling bertatapan dan tersenyum, tidak lupa mereka juga bertos ria.

"Kita lanjut ke acara selanjutnya..."

Di satu sisi, Rolf dan Luna berdiri bersebelahan melihat professor Mcgonagall menjelaskan beberapa hal. Rolf menatap Luna dan tersenyum. "Kau sangat cantik." bisikan pada telinga Luna. Luna yang dibisiki oleh Rolf pun menutup telinganya.

"Rolf! Luna malu jika Rolf terus mengatakan hal itu!" seru Luna.

Entah kenapa, Luna terlihat sangat menggemaskan di mata Rolf. "Rolf akan terus mengatakan Luna cantik karena itu memang kenyataannya." Rolf menggoda Luna.

"Luna sangat cantik!" Luna tersipu, tapi ia terus menatap ke depan sambil menahan tawa.

"Luna cantik seperti malaikat!"

"Malaikat Lovegood."

Bersambung.
.
.
.
.
.

Pakaian para tokoh utama hari ini (tokoh utama sesuai judul chapter:v)

Luna

Rolf

Hermione

Draco

Ginevra

Harry

Astoria

Neville

Daphne

Theo

Pansy

Blaise

Parvati

Ronald

Btw sambungan baju pestanya di chapter selanjutnya ya:v

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro