Chapter 45 : Tom-Emma VS Draco-Hermione

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

Di Hutan Kematian itu terlihat banyak mantra melayang dari empat tongkat yang sedang beradu.

Pertarungan antar dua kubu itu dimulai dengan sangat sengit. Masing-masing dari mereka mempertahankan diri mereka dan juga mencoba melindungi rekan mereka.

Emma melempar mantra berwarna kuning ke arah Hermione, tapi di sekeliling gadis Gryffindor itu terpancar cahaya putih. Emma berdecih karena Hermione berhasil memasang perisai tepat waktu, padahal itu kesempatannya karena Hermione tadi lengah.

Di sisi lain, kedua pria yang sama-sama berasal dari Asrama Slytherin juga bertarung mantra seperti Emma dan Hermione.

Tapi pertarungan mereka cukup brutal karena tak ada satupun dari mereka berhenti melempar mantra. Setelah mantra satu dilemparkan, maka mereka akan kembali melempar mantra lain tanpa jeda sedikitpun. Bahkan jarak mereka sangat dekat bila dikatakan pertarungan jarak jauh. Mereka hanya berbeda enam langkah remaja perempuan. Jarak yang sangat dekat.

(Bahkan Author gak bisa bayangin kalau jadi salah satu dari mereka, auto gak dapet latihan gila kek Draco dijamin Author bakalan matiಥ‿ಥ mirip-mirip Bellatrix lah kalau ngelempar mantra)

Terkadang salah seorang dari mereka maju, maka yang satunya akan mundur agar tidak terkena mantra membabi buta sang lawan.

Draco melihat celah karena Tom tampak lambat melempar mantra, dengan cepat Draco melempar mantra membabi buta dan berjalan maju ke arah Tom. Hal itu membuat pemuda Felton itu terpojok dan berjalan mundur agar tidak terkena mantra Draco Malfoy.

Tapi keadaan berbalik, justru sekarang Draco lengah membuat Tom berhasil membuat lawannya itu berjalan mundur sepertinya tadi.

"Sial!" umpat Draco dalam batin.

Matanya terbelalak saat dia melihat Tom melempar mantra pada Hermione yang berada cukup jauh dari mereka. Seketika pemuda itu langsung melempar mantra pelindung dan meledakkan mantra milik Tom. Tapi ledakan mantra itu tidak dapat didengar oleh Hermione yang sibuk bertarung dengan Emma.

Kini mata dingin Draco Malfoy terarah pada Tom Felton, mata itu menatap tajam sang pemuda seperti akan mengulitinya hidup-hidup.

Tom tersenyum sinis melihat Draco yang melemparkan tatapan membunuh padanya. "Kenapa?" tanyanya tanpa beban.

Mendengar itu membuat emosi Draco sampai ke ubun-ubun. Dia melirik sekilas pada Emma yang tengah bertarung dengan Hermione-nya.

'Baiklah. Ini dia pembalasanku.'

Dengan cepat pemuda itu melemparkan mantra berwarna hijau gelap pada Emma.

Kali ini Tom terbelalak melihat Draco melempar mantra pada kekasihnya. Dengan cepat pemuda itu melempar mantra untuk memblokir mantra Draco. Mantra itu berhasil menghancurkan mantra membunuh milik Draco.

Sekarang pemuda itu menatap tajam Draco Malfoy yang juga tersenyum sinis padanya.

"Kenapa kau bilang? Tadi kau hampir saja membunuh Mione-ku, jadi...aku hanya ingin membalasnya." Draco mengedipkan bahunya tanpa beban dan tersenyum sinis.

Detik itu juga, kedua pemuda itu kembali bertarung mantra dengan brutal.

Kembali pada Hermione dan Emma.

"Ayo, Mione sayang. Menyerahlah, maka kau akan kubunuh dengan lembut."

"Maaf saja, Emma. Tapi aku tidak berniat menyerah dan dibunuh olehmu. Oke?" senyum Hermione.

"Kau telah ditinggalkan oleh Oliver Wood. Kau telah ditipu selama ini oleh keluargamu yang mengatakan kau adalah orang yang sedikit unik, padahal kau adalah penyihir..." Hermione terdiam mendengar itu.

"...dan sekarang, apa kau sadar bahwa selama ini kau ditipu oleh Professor Mcgonagall yang menyembunyikan kebenaran tentang siapa dirimu dan keluargamu?" masih belum ada jawaban. Emma sedang melihat Hermione yang lengah.

"Tidak!" Emma terkejut. Dia gagal melafalkan mantra membunuh pada Hermione.

"Apa?"

"Yang kau katakan itu tidak benar! Aku memang telah berpisah dengan Oliver, tapi aku masih memiliki orang-orang yang kusayang termasuk keluarga dan sahabat-sahabatku. Keluargaku mungkin tahu aku penyihir, tapi mereka menyembunyikannya untuk kebaikanku sendiri dan Professor Mcgonagall menyembunyikan identitasku juga untuk kebaikanku."

"Hermione!" sebuah teriakan yang terdengar asing membuat Hermione menoleh, begitu juga dengan Emma.

Di sana terlihat Harry, Ginny, Ron dan Padma yang berlari ke arahnya. Harry adalah orang yang meneriakkan namanya tadi.

"Apa!" Emma yang melihat mereka terkejut. Dia menoleh pada Tom yang juga terkejut melihat kedatangan teman-teman Hermione.

"Bagaimana mereka bisa ke sini? Bukankah kau bilang sudah membekukan mereka?"

"Aku sudah membekukan mereka tadi. Aku-" penjelasan Tom terhenti karena dia baru menyadari sesuatu. Pemuda Felton itu menoleh pada Draco yang menatap sinis dirinya.

"Ini pasti ulahmu!" bentak Tom. Draco langsung tertawa ketika dituduh.

"Memang benar, kok."

Tom langsung melempar mantra pembeku pada keempat teman Hermione. Walau dia yakin, mantra itu tidak akan bertahan lama. Pemuda itu langsung mengeluarkan mantranya dalam jumlah besar pada Draco.

Draco yang tahu itu juga bersiap. Mantra biru muda itu bertabrakan dengan mantra putih milik Draco.

Emma juga ikut mengeluarkan mantra besar berwarna kuning cantik seperti rambutnya, Hermione seketika juga ikut melafalkan mantra yang berwarna merah pada Emma.

Keempat mantra itu beradu dan membuat pusaran puting beliung kecil di sekitar mereka.

Setelah lama mereka saling mempertahankan, akhirnya mereka berempat masing-masing terhempas ke belakang karena ledakan sihir mereka sendiri.

Draco merasakan kepala pusing dan dia menatap sekitar. Ketika menoleh ke kanan, ia mendapati Hermione yang terlentang beberapa meter darinya. Walaupun pusing, Draco berdiri dan mendekati Hermione.

Dia memeriksa Hermione yang sudah sadar dan gadis itu tidak terluka sedikit pun. Mungkin karena ledakan mantra kepalanya menjadi sakit sama sepertinya.

Kepala pirangnya menoleh ke depan di mana Tom membantu Emma berdiri. Pemuda Felton itu menoleh ke arahnya.

"Kali kita impas. Tapi lain kali aku akan membunuh kalian!" ucapnya. Setelah itu, dia memeluk Emma yang masih lemas. Sebelum pergi, Draco melihat Tom sedang mengucapkan beberapa kalimat.

Keduanya pergi, karena Draco juga tidak dapat menahan mereka karena sedang mengurus Hermione yang lemas. Tiba-tiba saja, di dekat mereka muncul sebuah mahkluk besar hitam yang belum pernah Draco lihat sebelumnya.

"Apa itu?" gumamnya.

Makhluk itu menoleh padanya dan Hermione. Draco merasakan bahaya ketika melihat makhluk itu mendekat padanya dan Hermione.

"Astaga, Hermione! Ayo cepat sadar! Kita harus segera pergi!" Draco bersyukur dalam batin ketika Hermione sudah sadar. Dia dengan segera memanggil sapu terbangnya dan membawa gadis itu bersamanya menjauhi makhluk itu.

Tapi...saat akan pergi menjauh, Draco baru sadar kalau Harry dan yang lainnya masih ada di situ. Bahkan makhluk itu berjalan mendekati keempat penyihir itu.

Draco yang memeluk Hermione di depannya melesatkan sapu terbang ke arah Harry dan yang lainnya.

"Itu Harry, Ron, Ginny dan Padma! Sedang apa mereka!?" tanya Hermione. Bahkan dia melihat satu makhluk besar aneh mendekat pada keempat sahabatnya itu.

"Nanti saja aku menjawabnya, Mione. Sekarang kita harus menyelamatkan mereka," Hermione mengangguk.

Draco melempar mantra pada keempat penyihir itu agar mereka bisa terbebas lebih cepat dari mantra Tom.

Tapi tampaknya perbuatan Draco salah besar.

Padma yang pertama kali sadar ketika ada makhluk besar menyeramkan mendekat ke arah mereka.

"KYAAAAA!!!!!" jeritnya sambil memeluk lengan Ron.

"BLOODY HELL! APA ITU!"

"HARRY!" seru Ginny yang menggoyangkan lengan Harry agar pemuda itu sadar dari terkejutnya. Pemuda Potter itu tampak membeku dengan sorot terkejut ketika melihat makhluk itu.

Hermione langsung mencubit lengan kanan Draco yang masih mengulurkan tongkat ke depan.

"Aw!"

"Apa kau bodoh?! Kenapa kau lebih dulu mencairkan mereka daripada menghancurkan monster itu?" seru Hermione membuat Draco ketakutan.

"Maaf. Mione,"

Hermione hanya menghela nafas kasar. Gadis itu dengan cepat melempar mantra pada makhluk itu, seketika itu juga makhluk itu menghilang diikuti asap hitam.

Makhluk itu adalah salah satu makhluk legendaris milik klan Kirk. Hermione diajarkan Hekate dan leluhurnya yang lain untuk mengalahkan monster-monster milik keturunan Medeia.

Angin menerbangkan helaian rambutnya. Di atas sapu terbang bersama Draco, Hermione baru menyadari bahwa dirinya harus segera menemui para leluhurnya di Yunani.

"Ayo kita turun." Hermione hanya mengangguk pada Draco yang duduk di belakangnya.

Bersambung.
.
.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro