Chapter 53 : Memori Draco (Tahun Keenam)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

Di satu memori, terlihat Draco memeluk Hermione sambil mengajak gadis itu untuk pergi kencan dengannya.

"Kamu mau, kan kencan denganku hari ini?"

Jawaban Hermione🤭👇


Draco mengambil buku baca Hermione dan disembunyikan di pinggangnya agar tidak bisa diambil oleh Hermione.

Draco akan mengembalikan buku itu asalkan gadis itu menciumnya.

Hermione yang berpakaian merah dengan syal Slytherin yang dililitkan Draco untuknya segera mencium Kekasih gelapnya itu.

"I Will Protect You!" ucap Draco di sela-sela ciumannya.

"I Will Protect You?" ucap Hermione mengikuti Draco.

Memori kembali berganti.

"Kisah cinta yang amat luar biasa, Mione." komentar Ron.

Entah pemuda Weasley itu mengejek atau hanya berkomentar biasa karena Hermione tidak melihat wajahnya dan fokus pada Memori.


Tempat yang mereka pijak adalah Malfoy Manor.

Ron dan Harry yang masih merasa ngeri dengan tempat itu mendekatkan diri mereka pada Hermione yang berdiri di tengah-tengah mereka.

"Kenapa kita berada di tempat ini?" protes Ron. Namun mereka terdiam ketika mendengar suara teriakan.

Terlihat Draco yang menjerit kesakitan karena dilempari mantra oleh Bellatrix.

"Ayo, Draco! Bangun! Lawan aku! Cepat!"

Di dekat keduanya berdirilah Lucius dan Narcissa yang menyaksikan anaknya yang dilempar mantra oleh Bellatrix.

"Ayo, Draco! Bagaimana kau bisa menjadi Pelahap maut yang hebat dan menjalankan misi Dark Lord dengan baik jika melawanku saja kau tidak bisa!"

Draco menatap Bellatrix dengan wajah menantang. Dia bangkit dan mengarahkan tongkatnya pada Bellatrix.

Memori kembali berubah. Di Ruangan dengan nuansa hitam, terlihat Draco dengan sekujur luka di tubuhnya sedang diobati oleh Narcissa.

Pemuda itu menahan sakit di atas kasurnya.

"Ada lagi yang sakit, Drakie?" tanya Narcissa dengan penuh kasih sayang. Draco menggelengkan kepalanya. "Semuanya sudah diobati oleh Mother,"

Narcissa menahan tangis menatap wajah pucat Putra kesayangannya. "Maafkan Mother, seharusnya Mother menahan Fathermu agar tidak memasukkanmu ke dalam kegelapan ini.

Draco bergeleng dan menghapus air mata Narcissa yang jatuh ke pipinya. "Mother tidak salah, jadi Mother tidak perlu meminta maaf."

"Kita tidak memiliki pilihan lain, Mother. Keselamatan keluarga kita bergantung pada misiku ini. Jadi aku harus segera menyelesaikan misi ini dengan baik."

kedua orang yang berbagi satu darah itu berpelukan.

Melihat memori yang mengharukan itu, tanpa sadar membuat ketiga orang yang menyaksikan ikut meneteskan air mata. Tapi ketika mereka sadar meneteskan air mata, secepat itu juga ketiganya menghapus air mata mereka.

Memori berubah. Di mana terlihat Draco dan Narcissa sedang mengobrol di sofa single.

*Abaikan teksnya*

"Apa yang mau kau katakan, Draco?"

"Aku mau bilang kalau aku sedang jatuh cinta, Mother."

"Benarkah?" tanya antusias Narcissa membuat Draco mengangguk.

"Sebutkan namanya?"

"Granger, Hermione Granger." nama yang disebutkan Draco membuat Narcissa terdiam.

"Miss. Granger!" Draco mengangguk.

"Apa dia juga mencintaimu?" tanya Narcissa berusaha tetap tenang. Walau dirinya khawatir karena Putranya jatuh cinta bukan dengan penyihir darah murni.

"Aku tidak tahu, karena dia lebih mementingkan nilai dibandingkan apapun. Tapi selama kami menjalin hubungan, dia sangat amat baik dan selalu memperlakukanku dengan lembut. Mother," jelas Draco.

"Apa dia mendekatimu karena kamu adalah Malfoy? Apa dia mengincar kekayaanmu?" Draco menggelengkan kepalanya.

"Tidak, Mother! Aku yang lebih dulu mendekatinya, terlebih lagi aku sudah menyukainya dari tahun pertama. Dia hanya menatapku sebagai Draco, bukan sebagai Malfoy." Narcissa tersenyum mendengar penjelasan Draco.

"Mother akan selalu mendukung apapun demi kebahagiaanmu." ucapnya sambil mengusap satu pipi Draco.

"Tapi...aku sudah menjadi Pelahap maut, Mother. Apa Hermione akan bisa menerimaku?" tanya Draco sambil menunjukkan lengannya yang sudah dicap Pelahap Maut.

Narcissa memeluk Draco lalu menangis.

Hermione tanpa sadar menangis setelah melihat memori itu. Harry pun merangkul sahabatnya itu dan membawa wajah gadis itu menuju bahunya. Ron sendiri mengusap kepala Hermione dengan pelan.

Memori kembali berganti.

"Apa kita sudah memasuki tahun keenam?" tanya Ron sambil melihat di sekitar mereka yang merupakan King Cross.

"Sepertinya," jawab Harry yang memperhatikan murid-murid Slytherin mengambil koper mereka karena mereka telah sampai di Hogwarts.

Terlihat Draco di tahun keenam yang masih belum keluar dari King Cross memperhatikan Hermione dari luar kaca. Draco pun berkhayalkan sesuatu yang cukup gila.

Pikiran mesum Draco itu muncul di pikiran Ron, Harry dan Hermione.

"Aw! Si Ferret ini mesum juga!" seru Ron. Hermione menarik dirinya dari Harry dan mengusap jejak air mata di wajahnya.

Memori berubah, di mana Draco dan Hermione di tahun kedua sedang duduk bersama di Perpustakaan.

"Kenapa kau mendiamiku, Draco!" tanya Hermione pada Draco yang sibuk membaca buku pilihannya.

"Apa kau punya masalah? Kau bisa bercerita padaku," tapi tampaknya bujukan Hermione gagal. Pemuda itu tidak bergeming dari posisinya.

Hermione merasa dirinya mengantuk. Tapi Draco tiba-tiba saja bertanya.

"Kenapa kau bisa mencintaiku?"

Sebelum benar-benar menutup mata. Hermione menjawab.

Draco terkejut mendengar jawaban itu. Tapi begitu berbalik, dia mendapati Hermione yang sudah tertidur.

*Maklumin aja baju Mione beda ya😭*

Memori kembali berubah, terlihat Draco yang sedang berdebat dengan Hermione.

"Kenapa kau menjauhiku? Kenapa kau selalu menghilang dari mataku? Katakan!" tapi Draco hanya diam tidak menjawab pertanyaan Hermione, dia justru membuang mukanya dari Hermione.

Melihat sikap Draco ini, Hermione muak. "Apa kau sudah tidak memiliki perasaan lagi padaku? Apa benar? Kau sudah tidak menganggapku?" pertanyaan itu membuat Draco langsung menoleh pada Hermione.

"Bukan seperti itu....argggg!" pemuda itu langsung membuka gulungan lengannya dan memperlihatkan tanda cap sebagai Pelahap Maut.

Hermione sangat terkejut melihat tanda itu. Dia menoleh dan memperhatikan sekitar takutnya ada yang memperhatikan mereka.

"Apa ini?" mata Hermione mengarah pada lengan Draco. Dia mengeluarkan tongkatnya dan ujung tongkat itu dia arahkan pada Draco.

"Tanda Pelahap Maut," ucap Draco singkat. "Aku sekarang menjadi Pelahap Maut menggantikan Father, Mione."

Hermione terlihat sangat syok dan menggelengkan kepalanya tidak bisa menerima hal yang terjadi di depan matanya. Bahkan tongkat yang dia pegang pun jatuh saking syoknya.

"Tidak mungkin."

"Ini mungkin, Granger. Dan aku sudah memutuskan apa yang selanjutnya terjadi pada kita,"

"Apa?"

"Kita akhiri di sini saja hubungan kita. Karena aku tahu bahwa setelah aku menjadi Pelahap Maut, maka kita tidak bisa bersama di masa depan."

Hermione meneteskan air matanya. Draco membuang mukanya karena tidak bisa melihat Hermione menangis, karena hal itu sangat ia benci sama seperti melihat Mothernya menangis. Pemuda itu mengeluarkan tongkatnya dan di arahkan pada Hermione.

"Draco!"

"Obliviate!"

Hermione terbelalak melihat dirinya di obliviate oleh Draco. Ron dan Harry juga sangat terkejut dengan kejadian yang mereka lihat itu.

Inilah yang mereka berdua debatkan sejak tadi. Jadi Draco sendiri yang menghapus ingatan Hermione. Wah! Kurang ajar!

Memori berubah. Kini terlihat Draco berjalan menaiki anak tunggu untuk menuju Menatap Astronomi.

Entah mengapa, pemuda itu ingin ke sana sekedar untuk menghibur diri. Ditambah lagi dia sangat merindukan Hermione yang telah dia hapus ingatannya.

Tapi begitu dia sudah berada di Menara Astronomi, justru dia melihat sang belahan jiwanya berdiri di depannya bersama professor Mcgonagall.

Mereka berdua menoleh padanya. "Oh, Mr. Malfoy? Sedang apa kau di sini?" tanya Minerva pada Draco.

"Ah, aku hanya ingin mencari udara segar saja. Professor,"

Mcgonagall heran. "Untuk apa kau mencari udara segar di sini? Yang ada kau kedinginan, Mr. Malfoy!" Draco hanya tertawa mendengar nasehat professor Mcgonagall.

"Lalu anda dan Granger..." Draco menatap ke arah Hermione. "...sedang apa di sini?" tanyanya sekedar basa basi.

"Kami sedang menjalankan perintah Professor Dumbledore yang berpesan untuk kurangi perlindungan di sini. Kami tidak tahu mengapa dia memberikan perintah seperti itu," jelas Professor Mcgonagall.

"Ouh." jawab Draco. Dia beberapa kali melirik pada Hermione.

Hermione sendiri sadar bahwa Draco Malfoy terus-menerus menatap ke arahnya. Tapi dia tidak tahu kenapa pemuda itu bertingkah seperti itu.

"Aku mengingat memori ini." ucap Hermione sebelum memori berganti.

Memori berganti tempat. Terlihat penjaga Hogwarts menangkap basah Draco dan mempermalukan pemuda itu di depan semua orang.

Hal itu disaksikan langsung oleh Harry dan teman-temannya, termasuk Hermione.

Draco mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Hermione. Pemuda itu ingin sekali memeluk Hermione dan menumpahkan segala kefrustasiannya serta berlindung dalam pelukan gadis itu dari semua orang yang jahat padanya.

Ketiga orang yang menyaksikan memori Draco hanya bisa terdiam ketika melihat pemuda itu hancur secara batin. Hermione sendiri seakan tahu bagaimana perasaan pemuda itu. Hatinya juga sama hancurnya dengan pemuda itu.

"Aku tak menyangka dia sebegitunya mencintaimu Hermione," Ron memberikan komentar dengan wajah yang tampak sendu.

"Dan setelah aku melihat memori-memori Malfoy..." Harry terdiam cukup lama.

"Draco Malfoy ternyata anak yang tidak memiliki pilihan dalam kehidupannya." Ron mengangguk menyetujui ucapan Harry.

Hermione menghapus air matanya yang turun ke pipinya.

Memori kembali berubah.

Ron dan Harry terbelalak melihat memori kali ini.

"Hermione!" seru Ron membuat gadis yang sedang menundukkan kepalanya itu mengangkat kepalanya.

"Ada apa?" mata Hermione terbelalak ketika melihat memorinya yang sedang berhadapan dengan Bellatrix.

Draco melihat sendiri bagaimana Hermione disiksa oleh Bellatrix. Pemuda itu bahkan dapat merasakan rasa sakit disetiap jeritan milik belahan jiwanya. Hatinya teriris terus-menerus melihat air mata gadis itu yang jatuh ke lantai.

Akhirnya pemuda itu mengalihkan tatapannya karena sudah tidak kuat melihat gadis yang ia cintai itu tersiksa.

Memori berubah dan ini adalah memori terakhir dari botol memori Draco.

Di kasurnya, Draco menangis sambil memeluk Narcissa.

"Mother! Bagaimana keadaan Hermione di luar sana? Apa dia selamat? Apa dia sehat? Dia tidak kekurangan apapun, bukan?" tanya Draco bertubi-tubi sambil terisak.

Narcissa juga ikut menangis melihat Draco hancur.

"Mother!"

"Tenang, sayang! Ms. Granger pasti selamat karena dia bersama kedua sahabatnya,"

"Aku pengecut, Mother! Seharusnya aku melindunginya dari Bibi! Tapi yang kulakukan hanyalah terdiam!"

"Mother! Hatiku teriris! Batinku tersiksa! Aku ingin menghapus ingatanku Mother!" Narcissa terkejut mendengar itu.

"Apa maksudmu Draco!"

"Aku ingin melupakan rasa sakit ini, tapi aku tidak ingin melupakan Hermione."

"Jangan bilang kau ingin mengobliviate dirimu!"

Draco mengambil sebuah botol kecil yang tersimpan di laci dekat kasurnya.

Hermione, Harry dan Ron perlahan keluar dari Memori setelah Draco mengeluarkan tongkatnya. Pemuda itu benar-benar nekat melakukan apapun yang dia inginkan.

Ketiganya keluar dari Pansieve Professor Mcgonagall dan kembali berdiri di lantai Ruangan Professor yang merupakan Nenek sepupu dari Hermione tersebut.

Bersambung.
.
.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro