Chapter 56 : Masalah Baru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

Dengan masih menghabiskan waktu berdua, Hermione dan Draco berjalan bersama menikmati salju di depan Manor. Hermione bahkan membawa buku yang tadi ia pinjam di Malfoy Manor.

Draco yang berjalan di samping Hermione menoleh pada kalung yang melingkar di leher kekasihnya itu.

"Kalung apa itu?" Hermione berhenti berjalan, begitu juga Draco.

Dia mengangkat kalung yang terpasang di lehernya. "Ini? Ini adalah Time Turner," Hermione memperlihatkan kalung itu dengan jelas pada Draco.

Mata Draco terbelalak. "Time turner?! Bagaimana bisa kau memiliki benda keramat ini, Hermione?" tanya Draco sambil mengambil Time Turner dari tangan Hermione.

Pemuda itu ingin melihat dengan jelas benda keramat itu, tapi itu membuat Hermione semakin maju ke arahnya. Tidak masalah, dia sangat suka kekasihnya mendekat padanya.

"Nenek Minerva memberikannya padaku sebagai hadiah. Tapi dengan syarat, aku tidak boleh sembarangan memakainya. Hanya benar-benar dalam keadaan sulit saja aku boleh menggunakannya." jelas Hermione. Tapi dia kesal dengan Draco yang terus memperhatikan kalung miliknya, bukan dirinya!

Hermione memberikan kalung itu pada Draco dan berjalan lebih dulu. "Sudah! Ayo kita masuk. Aku kedinginan!"

Draco mengerjabkan kedua matanya dengan lucu. Perlu sekian menit untuk pemuda itu mengerti bahwa kekasihnya jengkel karena tidak diperhatikan.

Pemuda Malfoy itu tersenyum dan segera menyusul sang kekasih.

Dia menahan bahu kekasihnya, membuat Hermione terkejut. Tangan kanannya memegangi kepala Hermione dan dia langsung memberikan kecupan lembut pada kepala kekasih tercintanya.

..................

"Akhirnya ritual kita selesai juga!" seru wanita itu. Tom dan Emma hanya bisa terdiam karena kehabisan tenaga.

Ketiganya sudah berhenti mengalirkan sihir mereka pada pohon itu.

Seketika itu juga, kaki mereka merasakan adanya gempa. Bersamaan dengan itu, terdapat sosok yang keluar dari dalam tanah di depan pohon besar itu.

Gaun hitam pekat.

Kuku-kuku panjang dengan cat berwarna hitam.

Rambut hitam keriting.

Sosok itu membuka mata kelamnya dan bertatapan dengan ketiga orang yang telah menghidupkannya dar kematian.

Wanita yang berdiri di antara Tom dan Emma tersenyum sinis melihat mahakarya-nya itu.

...................

"Sebentar lagi natal sudah habis," ucap Draco sambil berjalan memegang dua cangkir cokelat panas. Dia berjalan mendekati Hermione yang tengah membaca buku dan bersandar pada Sofa.

Pemuda itu duduk di atas sofa dengan Hermione yang langsung menyandarkan kepalanya pada kaki kekasihnya. Draco mengeluarkan tongkatnya dan merapalkan mantra untuk menaruh cokelat Hermione di sampingnya. Tidak lupa juga tongkatnya mengeluarkan cahaya untuk menerangi bacaan Hermione.

Hermione tersenyum. "Terima kasih."

Tidak jauh dari mereka, terlihat juga kucing kesayangan Hermione tengah tidur dengan salah satu sendal yang dipakai oleh Draco.

Hermione memang membawa kucingnya itu pada saat pertama kali datang ke Malfoy Manor, namun dia mengecilkan ukuran kucingnya itu agar mudah dibawa. Dan Draco sendiri berusaha mengikhlaskan sendalnya dimiliki oleh kucing milik kekasihnya itu.

Di tengah suasana nyaman itu, suara Hermione memecah keheningan.

"Draco!" panggilnya.

"Hmm?" jawab Draco sambil meneguk cokelat panasnya.

"Firasatku tiba-tiba saja buruk?"

Draco menatap pada Hermione yang kini sudah mendongakkan kepalanya pada Draco.

"Selamat beberapa hari ini, perasaanku sangat senang karena kita menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama. Tapi...baru saja beberapa menit yang lalu, perasaanku tiba-tiba saja menjadi buruk. Seperti...akan terjadi sesuatu yang buruk kedepannya?" Draco mengelus kepala Hermione yang menempel di kakinya.

"Sudah. Tidak apa-apa, Mione. Jika terjadi sesuatu yang buruk di depan sana. Percayalah! Kita akan hadapi bersama-sama." Hermione mengangguk mendengar kata-kata menenangkan dari Draco.

...................

Hari ini, Draco dan Hermione kembali ke Hogwarts. Mereka kembali karena izin untuk libur telah habis. Narcissa menangis kencang melepas keduanya ketika berangkat ke Hogwarts tadi.

Saat sudah menginjakkan kaki di Perapian Ketua Murid. Hermione menundukkan kepalanya dan mengusap air matanya yang ingin jatuh. Dia sedih karena berpisah dengan Narcissa.

Draco yang mengerti dengan Hermione segera memeluk kekasihnya itu dari samping. "Mother akan baik-baik saja, Mione. Kau jangan sedih!"

Setelah membereskan pakaian mereka, mereka akhirnya keluar Asrama dan berjalan-jalan di sekitar Taman Hogwarts.

Keduanya mengobrol dan tertawa bersama menikmati waktu.

Akan tetapi, Professor Mcgonagall datang mendekat pada mereka.

"Ah, kalian sudah datang?"

"Professor!" sapa Draco dan Hermione.

"Baguslah! Aku memang sedang mencari-cari kalian. Sekarang juga kalian ikut aku!"

Draco dan Hermione saling bertatapan ketika mendapatkan perintah itu dari professor Mcgonagall. Mereka berdua berbicara dari batin seakan ingin mengatakan 'Ada apa dengan professor Mcgonagall?' 'Rasanya kita tidak berbuat salah sehingga harus dihukum?' 'Tapi apa kita berbuat salah sebelum berangkat liburan ke Malfoy Manor?' seperti itulah obrolan dari mata keduanya. Namun keduanya segera berjalan menyusul Professor Mcgonagall.

...................

Mereka berdua bingung mengapa Professor Mcgonagall membawa mereka menuju Hospital Wings.

Padahal tidak ada yang sakit di antara mereka?

"Kenapa anda membawa kami ke sini, Professor Mcgonagall?" tanya Draco.

"Nanti aku jelaskan, Mr. Draco." jawab professor Mcgonagall sambil membuka pintu Hospital Wings.

Di dalam sana sudah terdapat Astoria, Daphne, Milicent, dan tentu saja Poppy Pomfrey.

"Ada apa ini? Kenapa kalian juga ada di sini?" tanya Hermione penuh keheranan. Di depan matanya, terlihat Astoria yang wajahnya sangat pucat terbaring di kasur Ruangan itu dengan didampingi oleh Daphne dan Milicent. Dia menoleh pada wanita yang masih satu darah dengannya.

"Apa Nenek bisa menjelaskan padaku sekarang?"

Professor Mcgonagall menggelengkan kepalanya. "Belum saatnya. Tunggu Ms. Parkinson dan yang lainnya.

'Apa? Untuk apa menunggu mereka?' bertepatan dengan batin Hermione, Pansy dan yang lainnya (Theo, Blaise, Goyle, dan Pike) pun memasuki Hospital Wings.

"Professor Mcgonagall! Kami telah hadir di sini. Jadi, apa yang ingin anda katakan pada kami?" tanya sopan Blaise yang tampaknya belum menyadari kehadiran Draco dan yang lainnya.

Pansy menoleh pada Draco dan Hermione. Gadis itu terkejut melihat keduanya ada di sini, ditambah lagi dengan Daphne dan Milicent serta Astoria yang terbaring pucat di atas kasur Hospital Wings.

"Kalian juga ada di sini?" tanya Pansy penuh keheranan sambil menatap kelima orang itu.

"Karena semua orang yang terkait telah berkumpul di sini, Ms. Grengrass segera katakan apa yang ingin anda katakan!" perintah professor Mcgonagall pada salah satu atau kedua gadis itu.

Astoria yang tampak lemah memegangi tangan Daphne membuat kedua bersaudari itu saling bertatapan. Daphne dapat melihat dari matanya, Astoria tampak khawatir.

Daphne tersenyum sambil mengusap tangan Astoria sebelum menoleh pada teman-temannya.

"Maaf sudah membuat kalian datang ke sini. Tapi, ada satu hal yang harus aku katakan tentang Astoria pada kalian...agar kalian bisa mengetahuinya dan bisa membantuku,"

"Apa itu?" -Pansy.

"Astoria kenapa?" -Theo.

"Bantu apa?" -Hermione.

Walaupun ada sedikit ketidaksukaan melihat Theo yang khawatir pada Astoria, tapi Daphne langsung menepis itu karena ada hal yang lebih penting dibandingkan perasaan.

"Astoria hamil."

Perlu sekian menit untuk orang-orang itu dapat mencerna dua kata yang keluar dari mulut Daphne.

"Apa? Hamil?" walaupun Draco yang pertama kali mengeluarkan suara, tapi dia termasuk yang belum mengerti.

"APA! KAU HAMIL?" Pansy menatap syok pada Astoria yang kini menutup matanya menggunakan tangan. Di sisi lain, Hermione amat sangat syok sampai menutup mulutnya dengan tangan kanannya, sementara tangan yang lain berpegangan pada Draco agar tubuhnya masih tetap berdiri.

"WHAT THE HELL!"

"BLOODY HELL!"

Kini giliran Blaise dan Pike yang tampak histeris.

"Demi celana dalam Merlin!" seru Goyle.

Daphne dan Milicent yang lebih tahu dulu Astoria hamil hanya bisa menenangkan Astoria yang sedang menahan tangisnya.

"Bagaimana dia bisa hamil?" tanya Pike. Blaise memukul kepala temannya itu.

"Dasar bego! Tentu aja dia bisa hamil, dia kan cewek!" Blaise sangat kesal dengan pertanyaan itu.

"Bukan itu maksudku, Blaise! Maksudnya, Astoria one night stand dengan siapa sampai bisa hamil?"

Hermione kesal dengan pertanyaan Pike dan dengan cepat menendang kaki Pike yang memang sedang berdiri di sampingnya. Lalu gadis itu berjalan mendekati Astoria, Pansy pun ikut menyusul. Meninggalkan Blaise dan Goyle yang tidak tahu suasana justru menertawakan Pike, yang kini sedang jongkok sambil mengusap kakinya yang habis ditendang oleh Hermione.

Sementara Draco dan Theo hanya diam saja di tempatnya berdiri.

Hermione dan Pansy sekarang sudah berdiri di dekat Daphne dan Astoria. Secara perlahan, gadis itu membuka tangan Astoria yang menutupi wajah gadis itu.

Melihat wajah manis itu bersimbah air mata, Hermione segera memeluknya.

Detik itu juga, tangisan Astoria pecah dalam pelukan Hermione. Sementara Daphne dan Milicent tengah dipeluk oleh Pansy.

Professor Mcgonagall yang melihat itu ikut meneteskan air mata, namun dia langsung mengusapnya.

Tangisan Astoria mampu menghentikan tawa Blaise dan Goyle. Suara tangisan menyedihkan itu membuat Theo yang mendengar juga ikut merasakan sakit.

"Daphne!" panggil Theo. Gadis yang dalam pelukan Pansy itu menoleh pada pemuda Nott yang tampaknya tengah menahan amarahnya.

"Jika dia benar-benar hamil, maka siapa yang menghamilinya?"

Bersambung.
.
.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro