Chapter 26 : First Love Never Die

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

Saat makan di Great Hall keesokkan harinya, Daphne menatap jengkel Astoria yang sedang bercanda dengan Theo dan Blaise. Ya, memang dari mereka hanya beberapa saja yang telah memaafkan Astoria.

Tapi tidak untuk Draco yang sama sekali tidak menganggap Astoria di pertemannya, begitupula dengan Pike, Pansy, Milicent dan Daphne sendiri.

Draco menatap Hermione yang sedang bercanda dengan Ginny. Pansy menyeringai melihat Draco memandang tanpa kedip kepada Hermione Granger. Lalu Blaise memanggil Draco.

"Drake!" panggil Blaise yang diacuhkan oleh Draco.

"DRAKE!" bentak Blaise kencang membuat seluruh penghuni Great Hall menatapnya antara bingung, marah, kesal dan terganggu. Beberapa professor juga menatapnya.

Pemuda berkulit hitam itu memberikan senyuman khas gigi putihnya pada orang-orang yang mempelototinya termasuk beberapa professor.

"Kenapa kau memanggilku sampai teriak begitu! Idiot!" desis rendah Draco tapi Blaise mendengar nada mencekam di setiap katanya.

"Aku hanya memanggilmu Drake untuk mengajakmu bicara! Tapi kau sibuk memerhatikan Granger!" Blaise mengatakannya dengan histeris sehingga beberapa orang masih bisa mendengar seruannya untuk Draco. Draco melototi Blaise karena seruannya memancing perhatian banyak orang lagi.

Pike yang duduk di samping Blaise ingin menyelamatkan nyawa temannya itu dengan langsung menyumpal mulut pemuda itu dengan makanan, sedangkan Draco masih setia menatap tajam pemuda menyebalkan itu.

Tapi, ia merasakan tepukkan Pansy di pundaknya. "Drake!" Draco menoleh pada sahabat masa kecilnya itu. Pansy memberikan isyarat untuk menoleh ke belakang. Tanpa banyak bertanya, Draco berbalik dan bertemu pandang dengan Hermione yang juga menatapnya-atau lebih tepatnya menatap Blaise yang sangat berisik. Bukan hanya Hermione, tapi juga teman-temannya menatap meja Slytherin.

Pandangan Draco dan Hermione bertemu untuk beberapa menit sebelum Headmaster, Professor Mcgonagall menghentikannya dengan mengumumkan sesuatu.

"Tolong, perhatian kalian sebentar!" ucap Mcgonagall meminta perhatian para murid. Beberapa murid meninggalkan makanan mereka untuk mendengarkan pengumuman Kepala Sekolah mereka.

Hermione yang terlebih dahulu memutuskan dan menatap Mcgonagall. Sedangkan Draco masih menatap Hermione sebelum Blaise menegurnya dengan keras kembali.

"Drake! Professor Mcgonagall mengumumkan sesuatu! Sebaiknya kau lihat!" Draco mengetatkan rahangnya mendengar seruan Blaise padanya yang membuatnya malu. Pemuda pirang itu melayangkan tatapan tajam yang membuat Blaise merinding sebelum perhatiannya di alihkan pada Mcgonagall.

"Aku di sini akan mengumumkan sesuatu," Mcgonagall tersenyum misterius pada beberapa murid yang tidak sabar menunggu pengumuman darinya.

"Beberapa minggu lagi adalah piala Quidditch, aku harap para pemain Quidditch beserta kaptennya di setiap Asrama siap!" beberapa murid berteriak heboh terutama para pemain Quidditch di tiap Asrama.

"Sudah itu saja pengumumannya, silahkan makannya dilanjutkan." Mcgonagall langsung duduk di mejanya dan melanjutkan acara makannya bersama professor lain.

"Bagaimana dengan Hermione?" tanya Hagrid yang berada di sebelah kiri professor Slughorn. Dia dan Mcgonagall di pisahkan oleh Slughorn yang duduk di tengah-tengah mereka.

"Sebaiknya kita kumpul di ruanganku dan aku akan memanggil Hermione ke ruanganku." jawaban Mcgonagall membuat Hagrid dan professor lainnya mengangguk mengerti.

Mcgonagall mengawasi Hermione yang sedang bergurau dengan teman-teman Asramanya.

Di meja Gryffindor, Harry dan beberapa anggota Quidditch yang duduk di dekatnya berdiskusikan Quidditch.

"Mulai hari ini, kita akan berlatih Quidditch dengan keras. Besok bangun dini hari!"

"Bloody Hell! Dini hari? Maksudmu kita harus bangun saat matahari masih bersembunyi di malam? Kau gila Harry!" Ron berseru keras. Pasalnya pemuda itu paling anti bangun dini hari apalagi di rumahnya. Tentu saja dia kaget karena mendengarkan pernyataan Harry tadi.

Harry hanya menatap datar temannya itu. "Lalu kita harus latihan kapan? Asrama lain pasti memakai lapangan untuk mereka berlatih. Cara ini aku lakukan agar kita tidak bertengkar dengan Asrama lain seperti beberapa tahun yang lalu," pikiran Harry menerawang kejadian tahun kedua dimana Gryffindor dan Slytherin berkelahi dan berujung saling lempar ejekkan hingga si Malfoy mengatai Hermione.

"Sebaiknya kita membuat sistem seperti-" Harry melihat Hermione yang juga menatapnya.

"Oliver Wood," Harry memandang geli Hermione yang memerah. Mereka semua tersenyum geli melihat Hermione yang tampak malu dengan nama mantan kapten Quidditch itu.

Ron melihat reaksi Hermione memutarkan bola matanya. Dia memandang Harry. "Baiklah-baiklah aku akan berusaha bangun dini hari,"

"Kalau kau tidak mau minta ganti saja pada Ginny, Ron?" usul Neville yang melihat wajah pasrah Ron. Pemuda bersurai merah itu langsung menatap tajam pemuda Longbottom itu.

"Aku tidak mau! Sudah cukup aku jadi Prefeek tahun kelima. Astaga! Berat sekali tugas prefeek, apalagi tahun ini ketua muridnya Hermione dan Malfoy. Oh No! Aku tidak ingin emosi memandang Malfoy ataupun melihat pertengkaran Malfoy dan Hermione!" jelas Ron yang tampak ketakutan saat Hermione memandangnya tajam. Ia memberikan dua jari telunjuk dan tengahnya berbentuk peace pada Princess Gryffindor itu.

"Kenapa Ginny tidak masuk Quidditch? Dia tidak mau jadi Chaser lagi?" tanya Parvati di sebelah Dean.

"Aku hanya berhenti sebentar Parvati, kalau Chaser mereka kurang satu maka aku akan ikut kembali. Lagipula aku menjadi Prefeek juga karena di tunjuk Mcgonagall." jelas Ginny membuat Parvati menganggukkan kepala.

"Lalu kenapa Hermione tampak merona mendengar nama Oliver?" muka Hermione memerah. Ginny terkikik.

"Dia menyukai Oliver saat tahun ketiga. Bahkan saat aku kencan dengan Mione, dia malah membahas Oliver. Padahal itu kencan pertama dan terakhir yang kulakukan dengan Hermione," jawab Ron yang membuatnya dipukul Hermione menggunakan buku. Tepat di kepalanya.

Buk. "Aduh! Sakit Mione!" keluhnya sembari memegangi kepalanya.

"Dasar mulut besar!" seru Hermione. Tapi dia langsung merona ditatap geli oleh teman-temannya.

"Oliver Wood, ya?" goda Parvati. Parvati adalah orang yang suka menggoda teman-temannya.

"Ehem. Oliver Wood," goda Neville. Hermione tahu bahwa Neville membalasnya karena dia pernah Hermione goda dengan Luna.

"Ehem," Harry mendehem pada Hermione. Gadis itu sebaiknya memberikan pelajaran pada pemuda berkacamata itu, karena telah membeberkan rahasianya kepada yang lain.

"Kata yang cocok menggambarkan Hermione kepada Oliver itu adalah First Love Never Die!" ucapan Ginny semakin membuat wajah Hermione merona. Dia jadi ingat ciuman yang Oliver berikan padanya saat tahun ketiga.

Sehari sebelum hari kelulusan Oliver. Pemuda itu memeluk Hermione walaupun usia terpaut tiga tahun. Muka Hermione semakin memerah mengingat kejadian itu.

Sikap Hermione tidak lepas dari Draco yang selalu menatapnya. Tanpa sadar, pemuda pirang plantina itu membengkokkan sendok yang dia pegang. Daphne dan Astoria yang ketakutan melihat itu serempak memeluk satu lengan Theo yang duduk di antara mereka berdua. Sedangkan Theo menatap masing-masing tangannya yang di pegang oleh Astoria dan Daphne.

Pansy dan Blaise menatap Draco dengan sorot khawatir.

"Drake!" panggil Pansy saat Draco sudah melanjutkan makanannya tanpa menoleh pada Hermione.

"Apa setelah kelas pertama kita kau bisa ikut bersamaku dan Blaise?"

"Hmm." Draco menjawabnya dengan gumaman tidak jelas. Tapi bagi Pansy dan Blaise itu pertanda Iya.

Bersambung
.
.
.
.
.

Hai Readers^^

Maaf ya lama, soalnya Author lagi panik tugas kwkwk.

Catatan :

Ron itu jadi Prefek tahun kelima. Tapi tahun ketujuh ini Prefeknya di ganti sama Mcgonagall.

Ada yang kepo si Mione beneran dipeluk sama Oliver? Tunggu chapter selanjutnya ya.

Jangan lupa vote dan komen

Tag :

Annisa_Angelista cindychintya_ Author15_L Momor50 syarifa__ springinseoul aulzalia

Maaf yang kena tag.

Salam hangat dan penuh cinta❤

Tiara Feltson.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro