Keriuhan suara siswa yang tengah istirahat tidak mampu mengaburkan konsentrasi sekumpulan anak yang sedang push rank. Mereka heboh sendiri dengan menyuruh timnya melakukan berbagai penyelamatan pada benteng mereka.

      “Woi, bantuin gua di keroyok ini.” Seru seorang laki-laki yang lengan bajunya tergulung.

      “Mampus nggak ada yang bantuin.” Ledek seorang lagi yang duduk di meja.

      “Santuy, Brar, tahan bentar lagi, kita menang.” Sahut-menyahut terus terjadi, kelas yang kosong tidak mereka pedulikan, keroncong di perut pun mereka tahan sampai di antara mereka telah mencapai kemenangan.

      “Noob, ah, parah!” Gerutu seorang laki-laki berwajah campuran Rusia.

      “Arion, udah belum?” Seorang gadis merengek sebab perutnya yang sudah tidak dapat ditahan lagi.

      Pemuda yang namanya disebut hanya terkekeh malu, ia nyaris lupa di sisinya ada seorang gadis yang hanya membelikannya sebuah minuman untuknya dan teman-temannya tanpa membeli makanan. Yang artinya, gadis itu juga telah keroncongan cukup lama, sementara ia tahu gadis itu belum sempat sarapan.

      Arion terkekeh. “Maaf, ya. Ya udah, yuk, ke kantin.”

      “Beruntung banget lu, Bro, punya cewek mau nungguin sampe kelar push rank, beliin kita minuman lagi.” Arion membusungkan dada penuh kesombongan, lalu memboyong kekasihnya membeli sejumlah makanan yang akan mereka makan di taman sekolah, di tempat biasanya.

      Tontonan mereka ketika duduk di taman masih sama, air mancur buatan dengan plang bertuliskan 5S di tengahnya.

      “Antara aku sama air mancur, siapa yang paling bikin kamu tenang?” Arion usil bertanya.

      “Air mancurlah.” Gesa terkekeh.

      “Ya udah, aku bakal bikinin kamu air mancur mini dengan wajah aku sebagai penghasil airnya.”

      “Serem dong.”

      “Kok serem?"

      “Wajah kamu yang kamu jadiin hiasannya, bukan foto atau patung, ‘kan ngeri tiap malam diperhatiin mulu sama kamu.”

      “Ya bagus dong, biar kamu nggak selingkuh.”

      Gesa mencubit hidung mancung Arion. “Aku mau selingkuh sama siapa, sih? Emangnya kamu pikir gampang nemuin pangeran negeri angin kayak kamu.”

      “Kok negeri angin”

      “’kan tugas angin memberikan kesejukan buat manusia,” Ia sedot minuman yang dibelinya di kantin dan sempat melamun sesaat. “Udah ah, gombal mulu, entar kalau jatuh sakit.”

      “Aku yang bakal nolongin.”

      Baru juga senyumnya merekah, kebahagiaan Gesa kembali menciut membaca pesan yang baru saja masuk ke dalam HPnya. Diam-diam tanpa sepengetahuan Arion, mata Gesa menyorotkan sebuah kebencian yang mendalam. Cengkramannya pada benda mati di tangannya begitu kuat.

»»»»»