Lucky || Kim Min Seok (Xiumin)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Musim dingin baru saja berlalu. Digantikan dengan musim semi yang kau sukai. Di musim seperti ini, pasti tak lama lagi akan banyak sekali tumbuhan juga bunga-bunga yang akan mekar dan menampakkan kecantikannya masing-masing. Ya, sama hal nya dengan bunga-bunga itu, hatimu juga sedang mekar karena bahagia akan bertemu dengan Xiumin--namjachingumu yang sangat imut dan menggemaskan itu.

Di sini, di sebuah kafe yang terletak di ujung persimpangan jalan dekat rumahmu, kau menapakkan kakimu memasuki tempat itu.

Bunyi lonceng yang berdering menandakan adanya pengunjung, terdengar jelas oleh telingamu. Kau melihat keadaan sekitar yang ternyata cukup ramai.

Kau memilih duduk di meja dekat tembok. Selain dirasa nyaman, kau juga menyukai tempat itu karena dekat dengan sebuah tempat yang biasa dipakai untuk bernyanyi. Tempat dimana ada sebuah band atau solo yang sedia bernyanyi untuk memikat pengunjung dan menyenangkan mereka.

Kau menyukainya.

Lagu yang mengalun dari band itu membuatmu tak bosan selagi menunggu Xiumin datang.

Mereka tampil begitu hebat dan keren. Tak salah jika mereka bisa mendapat bayaran yang lebih dari biasanya. Tapi kau tak cukup peduli. Hanya takjub. Itu saja. Yang kau pedulikan saat ini hanya menunggu Xiumin. Menunggu pemuda itu datang menemuimu.

Sudah sekitar lima belas menit kau duduk tanpa memesan apapun. Kau mulai jenuh meski band itu tetap tampil tanpa lelah untuk menghibur para pengunjung. Ada setidaknya 5 lagu yang sudah mereka nyanyikan. Dan kau ... masih menunggu pria itu. Xiumin.

"Apa anda yakin tak ingin memesan sesuatu?"

Sang pelayan menghampirimu dan memastikan apakah kau ingin memesan atau tidak. Tapi kau tetap menolak secara halus. Menunggu Xiumin datang terlebih dahulu baru kalian memesan bersama-sama.

"Aku masih ingin menunggunya. Terima kasih."

Sang pelayan perempuan itu mengangguk. Kemudian kembali ke belakang bar.

Kau mulai cemas dan khawatir.

Mungkinkah dia lupa dengan jadwalnya?

Kau berpikir cukup keras. Seolah berdebat dengan dirimu sendiri.

Pengunjung pun mulai sepi. Mereka meninggalkan kafe ini dengan berbagai ekspresi. Band yang tadi tampil juga sedang beristirahat.

Hanya ada kesunyian yang menyelimuti.

Kau cemberut. Merasa sia-sia datang ke sini. Merasa bahwa Xiumin hanya mengerjaimu karena memang itu kebiasaanya.

Sang pelayang hendak menghampirimu lagi, namun ia melangkah mundur dan pergi ketika kau memutuskan untuk tetap menunggu Xiumin selama lima menit lagi.

Jika dalam lima menit namja itu belum datang juga, kau akan betul-betul pergi dari Kafe ini dan akan mendiamkan Xiumin untuk beberapa waktu.

"Sial! Dia juga tidak mengangkat telponnya." Kau menggerutu sendiri. Merutuki segala situasi dengan kesal.

Tiba-tiba listrik padam seketika.

Janrang sekali sebuah Kafe di Seoul mengalami mati listrik. Biasanya sebuah tempat seperti ini selalu menyiapkan solusi bila terjadi hal seperti ini.

Keadaan tampak gelap. Ditambah hari mulai malam. Dan Kafe ini juga terbilang Kafe dengan interior yang memiliki kesan dark namun elegan. Sukses membuat penglihatanmu kabur.

Rasanya orang-orang yang tersisa di Kafe ini mencoba untuk keluar. Terdengar dari langkah mereka yang tergesa-gesa. Hanya kau saja yang tetap diam dalam posisimu sambil pasrah dan menunggu lampu untuk menyala kembali.

Setelah hampir satu menit terlewati, suara langkah itu mulai tak terdengar. Sepertinya mereka telah keluar meninggalkan Kafe. Kemudian sebuah lampu berwarna oranye menyala menyoroti panggung kecil tempat para band tadi bernyanyi. Menampilkan sesosok yang amat kau kenali. Berdiri menghadap microphone sambil memegang sebuah gitar akustik.

Ia tersenyum.

Membuat dirimu berhenti bernapas untuk sesaat.

Dengan serentak, lilin-lilin yang berdiri membentuk jalan dari panggung menuju mejamu mulai menyala. Berpendar terang dalam gelapnya Kafe yang sukses membuat keadaan tampak romantis.

"Ekhem ...."

Xiumin berdeham kecil. Mencoba mengetes mic agar berfungsi dengan baik.

"Maaf membuatmu menunggu."

Suaranya terdengar penuh makna. Memenuhi Kafe yang hening dalam kegelapan.

Kau diam membeku. Masih mencerna rencana laki-laki itu.

"Tersenyumlah, chagiya. Aku mencitaimu."

Begitu mendengar ucapannya lagi, kau menurut. Membuat sebuah kurva di bibirmu. Tersenyum penuh ketulusan.

Xiumin benar-benar tidak bisa ditebak. Meski caranya ini sangatlah mainstream dan tampak seperti dalam film atau novel-novel yang sering kau baca.

"So lucky to have you ... so lucky to be your love ... I am. Hmm ...."

Suaranya terdengar memenuhi Kafe. Membuatmu terkesima dengan nyanyian dan suara merdunya.

Di balik meja bar, samar-samar kau melihat beberapa orang pelayan juga para anggota band yang asik menyaksikan kalian berdua. Mereka tampak tersenyum bak menonton sebuah acara romantis. Mungkin mereka juga yang tiba-tiba meletakkan lilin-lilin ini dan menyiapkan segala rencana Xiumin.

Xiumin masih terus bernyanyi. Matanya terpaku padamu. Hingga kalian saling beradu pandang. Membuat bunga di hatimu ini berkembang dan mekar dengan sempurna. Ditambah alunan musik dari gitar akustiknya, Xiumin benar-benar menghipnotismu seolah seperti sihir yang tak memiliki penangkal.

Pipimu rasanya panas. Jantungmu berdetak lebih cepat. Rasanya kau benar-benar blushing saat itu juga.

"Kemarilah."

Xiumin berhenti bernyanyi. Wajahnya masih menampilkan senyum yang tak akan pernah pudar. Ia mengarahkan tangannya padamu. Seolah-olah berusaha menggapaimu.

"Mendekatlah padaku."

Lagi, kau masih terdiam di tempatmu. Kakimu rasanya lemas. Namun kau mencoba bangkit. Hingga tanpa menunggu aba-aba lagi, kau mulai berjalan mendekat dengan sedikit gemetar.

Senyum Xiumin semakin merekah ketika melihat kau menghampirinya,ia juga berjalan mendekat dengan wajah yang cerah ceria. Gitar yang masih tersampir di bahunya juga tak ia pedulikan. Langkah pelannya kemudian dipercepat menjadi sebuah lari.

Hingga akhirnya ia sampai di depanmu dan kemudian berjongkok secara tiba-tiba sampai membuatmu terlonjak kaget.

Ia mengeluarkan sebuah kotak kecil berbahan beludru berwarna merah. Lilin-lilin yang menerangi jalan, yang berada di sisi kanan dan kiri kalian, mulai habis dan cahayanya semakin redup.

Namun dengan minimnya cahaya itu, wajah Xiumin malah terlihat semakin tampan. Membuat auranya muncul dan sukses membuat atmosfer terasa hangat.

Tanpa berkata apapun, Xiumin membuka kotak beludru itu dan mengarahkannya padamu.

Tepat di dalam kotak itu, terlihat sebuah cincin berlian kecil berkilau indah yang membuatmu takjub sekaligus terharu.

"Aku siap menjadi pemimpinmu."

Suaranya sedikit gugup. Meski tersamarkan dengan senyumnya yang tetap merekah.

Kau makin tak bisa tenang. Terus merasa deg-degan dan tak bisa mengontrol detak jantungmu.

"Kau ini sedang apa?" tanyamu sambil diiringi kekehan, mencoba menyamarkan rasa salah tingkah itu. Hingga membuat Xiumin semakin gugup dan mengeluarkan keringat di sekitar pelipisnya karena mendengar reaksimu yang diluar dugaannya.

Kau ingin tertawa, namun dalam hati, kau sangat bahagia.

"A-aku sedang melamarmu," katanya kemudian dengan gugup namun tetap menampilakan sebuah kepercayaan diri yang samar.

"Maukah kau menikah denganku?"

Ia melanjutkan kalimatnya. Namun Kali ini terdengar dengan penuh keyakinan dan keberanian.

Kau tersenyum. Kemudian mengangguk bahagia.

"Tentu," ujarmu yang langsung menghambur dalam pelukannya ketika Xiumin berdiri.

Suara riuh tepuk tangan terdengar menggema di Kafe. Ternyata berasal dari para pelayan dan juga anggota band yang sedari tadi menyaksikan momen bahagia kalian dari balik meja bar.

Ada yang bersiul, memberi selamat, serta tepuk tangan kencang yang meramaikan keadaan.

Senyum merekah tak luntur dari wajahmu.

Akhirnya ... setelah penantian yang cukup lama, Xiumin akhirnya berani untuk melanjutkan hubungan kalian ke jenjang yang lebih serius. Untuk bisa menua bersama dan hidup saling berdampingan dan saling melengkapi.

"Aku mencintaimu," bisik Xiumin tepat di telingamu ketika kalian masih saling memeluk satu sama lain.

"Aku lebih mencintaimu," balasmu sambil terkikik geli.

Tiba-tiba keadaan kembali gelap. Ternyata lilin-lilin yang menerangi ruangan telah padam dan membuat kegelapan kembali menyelimuti.

"Tenanglah, mereka akan menyalakan lampunya lagi," kata Xiumin hingga membuatmu tertawa.

[]

-fin

<<>>

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1438 H

Mohon maafkan diriku ini apabila punya salah sama kalian ya, para readers-ku :*

Terima kasih juga karena telah setia membaca imagine-ku ini :') #LapIngus

Love love buat kalian ♥♥

-elferis






Next imagine : Suho

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro