위험 Pt.2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

—Lee Soo-jung—

Sudah sejam berlalu, dan aku masih belum mendapatkan apa-apa. Ultimatum yang dikirimkan Louise membuatku semakin risih dengan setiap detik yang berlalu.

Mengapa dari semua yang kumiliki ia harus memilih Jung-kook?

Tatapan mataku terus tertanam di layar monitorku. Sebuah titik merah muncul di dada Jung-kook, awalnya kupikir itu hanya glitch dari monitorku. Tetapi ketika monitor di sampingku menampilkan hal yang sama, emosiku langsung meluap-luap.

Unbelievable!

Si serigala tua itu berencana untuk menembak Jung-kook ditengah-tengah konser? Not on my watch!

Tanpa berpikir dua kali, aku langsung beranjak turun dari kursiku dan menaiki lift turun. Untungnya Sebastian telah memberikanku rompi anti-peluru untuk melindungi diriku. Sambil menyusuri keramaian, aku berusaha untuk mengira-ngira jarak sang penembak jitu. Jika disesuaikan dengan pengalamanku selama bekerja sebagai detektif, ia pasti menembak dari sisi barat atau utara. Karena biasanya sisi-sisi tersebut merupakan bagian gedung yang terbuka. Tatapanku terlintas pada sebuah sosok yang berjalan diatas atap gedung sebelah. Tiba-tiba, jam tanganku bergetar dan menampilkan wajah Soo-yeon.

"Jungs, the sniper!" teriaknya panik.

"I saw him, cover me so that I can jump to the tower!"

"Got it!" jawab Soo-yeon sebelum mengakhiri panggilan.

Tidak lama kemudian, asap tebal mulai menutupi venue konser. Untungnya, jeda antar performance selalu gelap gulita.

Inilah kesempatanku!

Perlahan-lahan ku melompat dari lantai ke lantai menggunakan tali yang kukaitkan dari pinggangku ke pegangan balcony. Setelah sampai diatas, diam-diam kutunggu dia dari belakang tembok. Ia berjalan melewatiku dengan santai tanpa menyadari kehadiranku. Ketika ia menoleh, aku menghabisinya dalam satu pukulan. Sambil merapikan dan memasukan kembali barang-barangnya ke dalam tasnya, ku hubungi Soo-yeon untuk mengirim bala bantuan.

"Soo-yeon a, send the team to Arc Hotel's rooftop!"

Dengan itu misiku selesai. Untuk sekarang Jung-kook aman.

"Going somewhere?"

Suaranya membuatku membeku di tempat dalam sekejap. Perlahan-lahan ku putar tubuhku dan menemukan sang penembak bayaran tersebut mengarahkan pistol ke kepalaku.

Untungnya, tim bala bantuanku telah sampai dan langsung mengepungnya dalam sekejap.

"You must consider yourself lucky, you're dealing with the Ice Queen herself, and you delayed ten minutes of your death!" kuucapkan dengan senyuman licik.

Alih-alih menyerah, sang penembak jitu tiba-tiba menembakan pelurunya ke pinggangku. Tentu saja, timku tidak hanya berdiri diam. Mereka langsung menembaknya bersamaan. Darah mengucur dengan cepat dari luka pinggangku. Kucoba tahan sekuat mungkin sambil perlahan-lahan melepaskan baju anti peluruku.

"It was a thirty-five caliber gun. The suit wasn't able to withstand such high caliber!" ucap salah satu anggota tim bala bantuanku sambil membantuku memasang perban pada luka di pinggangku.

Mendengar ucapannya, ku hanya bisa mencoba menahan sakitnya sekuat tenaga sebelum akhirnya jatuh pingsan dengan darah yang terus mengucur di pinggangku.

🌵🌵🌵

"Are you alright?" tanya salah satu anggota tim bala bantuan Soo-jung. Meskipun kondisinya parah, mereka memutuskan untuk membawanya ke dalam klinik khusus miliknya. Dengan begitu, riwayat lukanya kali ini tidak akan diketahui oleh orang lain diluar pasukan khususnya.

"Thanks, oh shit! That stings!" ucap Soo-jung yang berusaha beranjak dari kasurnya. Seluruh timnya langsung memberikannya hormat dengan menundukan kepala mereka. Soo-jung merasa lega, hanya mereka lah yang bisa ia percaya selain Soo-yeon.

"I'll treat you guys for a meal next time! And I'll transfer the money tonight! I owe you guys a lot," ucap Soo-jung ceria.

Setelah mengganti bajunya, tim keamananya langsung mengantarnya kembali ke hotelnya. Ia disambut oleh Soo-yeon dan sekretaris pribadinya di lobby hotelnya.

"Are you alright?" tanya Soo-yeon khawatir.

"I'm fine! Bryan, you can go back to the States now!" ucap Soo-jung yang langsung mengusir sekretarisnya dengan nada menyindir.

"Alright boss!" jawab sang sekretaris sebelum menyerahkan kunci mobil dan iPad Soo-jung kepadanya. Tanpa harus disuruh dua kali, ia langsung pergi meninggalkan Soo-jung dan Soo-yeon di lobby hotel itu.

"Let's go girl!" ucap Soo-yeon ceria sambil menemani Soo-jung memasuki kamarnya. Ditengah jalan, mereka disambut oleh para member Bangtan yang penuh dengan padangan bertanya-tanya melihat Soo-jung berada di Korea.

"Istirahatlah!" ucap Tae-hyung kepada Soo-jung sebelum menarik rombongannya pergi ke manajernya.

"Eonni, I have to go with them. Sorry!" bisik Soo-yeon sambil berlari mengikuti rombongan Bangtan kearah lobby. Sejujurnya, Soo-jung juga tidak keberatan ditinggal Soo-yeon, asalkan adiknya senang, ia juga senang.

Perlahan-lahan, ia berjalan kembali ke kamarnya ketika ponselnya berbunyi. . .

"Eonni! I left my wallet in Bangtan's room. Can you please help me get it?"

"Of course, room number?"

"It's 1020!" jawab Soo-yeon sebelum mengakhiri panggilan. Seperti biasa, Soo-yeon yang careless selalu melupakan satu dua hal. Soo-jung hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berjalan kearah kamar Bangtan.

"Untungnya kali ini hanya dompet, jika seandainya kopernya ketinggalan, aku juga tidak heran sejujurnya." gumam Soo-jung yang sudah berada di depan pintu kamar Bangtan. Ia melihat pintunya terbuka sedikit dan langsung memasuki kamarnya. Disitulah ia melihat. . .

Celana dalam wanita, long dress hitam, stilettos hitam, dan clutch seorang wanita berserak-serakan dimana-mana. Ia benar-benar ingin membakar kamar hotel Bangtan saat ini juga. Ia berjalan maju dan melihat Jung-kook yang setengah telanjang dengan seorang wanita lain di sampingnya. Mata Soo-jung melebar karena ia juga mengetahui identitas sang wanita yang tidur dengan Jung-kook.

"Kang Ra Yeon? Why am I not surprised? Bersiap-siaplah untuk menggulung tikar perusahaan kalian! Jangan harap bahwa kalian bisa mendapat pinjaman setelah aku menarik modalku dari perusahaan kalian!" teriak Soo-jung dengan tangannya yang ia kepalkan di sampingnya. Ia benar-benar sudah tidak tahan dengan Jung-kook, mungkin inilah batasannya. Ia bahkan tertembak peluru hanya untuk menyelamatkan Jung-kook, dan akhirnya juga Jung-kook tetap memilih wanita lain.

"Paling tidak, aku memiliki sesuatu yang kau tidak punya. Sesuatu yang tidak bisa didapatkan dengan statusmu sebagai wanita terkaya di Amerika!" jawab Kang Ra-yeon kembali. Sedangkan Jung-kook di sebelahnya hanya bisa diam membeku. Kali ini ia tidak minum, tetapi entah kenapa lagi-lagi ia melakukan perbuatan bodoh di depan Soo-jung.

"What did you say?" balas Soo-jung dengan nada dingin. Ia mengambil ponselnya dari tasnya dan menghubungi seseorang.

"Good evening Mr. Clinton, I would like to buy all assets owned by the Kang Taek-jun, and don't forget to include their private properties, cars, and even their own freaking company!" teriak Soo-jung keras-keras sebelum mengakhiri panggilannya.

Ra-yeon yang berdiri di depannya langsung memucat dan turun dari kasur itu untuk memunguti pakaiannya. Tanpa berbicara panjang lebar, ia langsung kabur dari hadapan Soo-jung, meninggalkan Soo-jung yang berdarah dingin dengan Jung-kook sendirian di dalam kamar hotelnya.

"Soo-jung a, aku tidak bermaksud—"

"Don't talk to me, I'm here for my sister's wallet," jawab Soo-jung sebelum mengambil sebuah dompet di kamar sebelah. Ia meninggalkan Jung-kook sendiri tanpa mengucapkan apapun dan membanting pintu kamarnya dengan kesal.

"Jeon Jung-kook, aku membencimu!" sentak Soo-jung dengan air mata yang berlinangan sambil berjalan kearah lobby, dimana ia disambut oleh para member Bangtan lainnya dan Soo-yeon dengan pandangan bertanya-tanya.

"Jungs, are you alright?"

—End of Chapter Seven : 위험—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro