Who Is Riku?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Cahaya iris crimsonnya yang indah nampak memudar. Kini binar yang selalu menampilkan kesan ceria terlihat hampa dan penuh kekosongan. Ia menatap kosong ke arah lantai dengan menundukkan kepalanya. "Aku mengerti. Maaf telah melanggar perintahmu," ujarnya.

"Perasaan tidak diperlukan sama sekali. Kau hanya perlu terus maju dan meraih tempat tertinggi"

Mengangguk sekali sebagai jawaban, dengan tatapan mata yang masih diarahkan ke bawah, si manik crimson melangkahkan kaki ke luar tak lupa membawa tas berukuran cukup besar. Tanpa sadar ia mengepalkan erat telapak tangannya. 'Menyebalkan'

Terus melangkah, menapaki setiap jalanan dengan pandangan mata yang masih sama seperti sebelumnya. Senyuman khas miliknya tidak terukir saat ini. Merasa bingung harus memasang ekspresi seperti apa untuk hari ini, ia melamun selama perjalanan. Dia dimarahi dan dihukum namun ia sama sekali tidak merasakan apapun, tepatnya ia sudah terbiasa. Tuntutan tidak menunjukkan ekspresi cukup menekannya selama ini.

Sementara seseorang berjalan sedikit cepat untuk menyusulnya. Kebetulan ia secara tidak sengaja berpapasan dengannya. Ia mengikutinya dari belakang hingga jarak semakin dipersingkat. Dapat ia lihat raut wajah si surai merah yang berbeda dari biasanya. Sangat aneh hingga membuatnya khawatir. "Nanase-san," panggilnya.

"..."

Tidak ada jawaban dari orang yang dipanggil membuatnya merasa sedikit kesal karena diabaikan begitu saja. Bersamaan dengan memegang pergelangan tangan untuk menghentikan langkah kaki si surai merah, kali ini ia memanggilnya cukup keras, "Riku!--"

*deg

Usahanya berhasil membuat si surai merah tersadar dari lamunan dan sontak berhenti di tempat. Ia mendapat tatapan terkejut dari seseorang yang baru saja dipanggilnya 'Riku'. Tidak-- bahkan dirinya sendiri juga terkejut dengan mulutnya yang asal menyebut nama depan orang itu tanpa izin.

Manik crimsonnya melebar dengan semburat merah tipis yang terlukiskan di kedua pipinya. "Te-Tenn-san? Barusan memanggil nama depanku..?!"

"Keceplosan!" balasnya sedikit panik.

"Tolong panggil saja seperti tadi! Kumohon!" pintanya yang tidak mampu menyembunyikan senyum lebar yang tadi secara otomatis terukir di wajahnya. Ia juga memasang puppy eyesnya.

Membuang kepala ke samping untuk menghindari jurus andalan si surai merah itu, Tenn membatuk sekali, lalu membalas, "Ekhem. Te-terserah kau saja"

"Benarkah?! Asik!" pekiknya girang.

Sementara Tenn hanya menghela nafas kecil ketika melihat Riku tersenyum manis dan berjalan seperti anak kecil yang baru saja dibelikan mainan. 'Tadi dia menatap hal sekitar dengan pandangan kosong tapi sekarang dia kembali berlagak seperti anak kecil'

"Oh iya, mulai hari ini kita akan tinggal di asrama kan ya. Aku menantikannya!" ucap Riku tidak sabaran.

"Ya. Memang apa yang menarik dari tinggal di asrama?" balas Tenn bertanya.

Memasang pose berpikir sembari tetap melanjutkan langkah kakinya, Riku berdehem panjang. "Hemmmmmm..... Bisa tinggal bersama, bisa sering ketemu, bisa makan bareng dan masih banyak lagi. Ah!--" jelasnya memutus perkataannya yang masih belum selesai. Ia menoleh pada Tenn yang berjalan di sebelahnya dengan menampilkan senyum lebar. "Aku bisa selalu bertemu dengan Tenn-san"

Sedikit membelalakkan mata, iris amaranth pink itu sontak menatap lekat pada lawan bicaranya. Merapatkan bibirnya sesaat, ia pun membuka mulut, "Kenapa kau senang sekali bertemu denganku?"

Sedikit menyipitkan kedua matanya, Riku memasang senyum yang terkandung beberapa kesan di dalamnya. Pada akhirnya ia memberikan jawaban, "Karena Tenn-san berhasil menarik perhatianku. Rasanya seluruh kesepianku akhirnya berkurang. Habisnya... Aku itu..." Ia memotong kalimatnya. Senyuman berkesan sendu kini terlihat jelas. 'Tidak diinginkan'

'Aku hanya manusia yang tidak diperbolehkan untuk melakukan sesuatu dengan bebas layaknya boneka. Tidak berhak merasakan segala bentuk emosi'

"Oh begitu...," balasnya. Tanpa sadar ia merasa sedih atau mungkin marah? Perasaan yang tidak dapat ia jelaskan dengan kata-kata. "Kesepian ya..."

"Tapi! Sejak aku bertemu dengan teman-teman dan bertemu Tenn-san, rasanya aku tidak kesepian lagi. Aku juga belajar banyak hal," lanjutnya.

"Baguslah..."

⋘ 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑡𝑎... ⋙

.

↺1%

.

↺18%

.

↺35%

.

↺67%

.

↺99%

.

⋘ 𝑃𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒 𝑤𝑎𝑖𝑡... ⋙

.

.

.

𝐍𝐨𝐰 𝐥𝐨𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠. . .

.

███▒▒▒▒▒▒▒

.

█████▒▒▒▒▒

.

███████▒▒▒

.

██████████

.

ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ!

.

.

.

.

.

╔⏤⏤⏤╝❀╚⏤⏤⏤╗

IN ANOTHER LIFE
By : MonMonicaF

╚⏤⏤⏤╗❀╔⏤⏤⏤╝

.
.

"Senangnya senpai ini berada satu lantai dengan para kouhai yang imut-imut!" girang seorang siswa kelas 12 dengan surainya yang seperti zebra.

Menghela nafas kasar, si mata empat menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangnya. "Sialnya kamarku selantai..."

"Oh, ada apa Yamato-kun?" Yuki memandang Yamato dengan menampilkan senyum yang terlihat mencurigakan. "Senpai yang baik ini akan memberikan pelajaran yang baik"

"Jan ngadi-ngadi yang ada malah gue diganggu muluh. Dih kenapa nasib gue gini amat," omelnya hanya bisa pasrah.

"Hey Mikki... Tolonglah... So-chan kesurupan," rengek si surai biru muda menarik tangan Mitsuki dan menuding pada lelaki bersurai putih keunguan yang sedang memandang pintu kamar bertuliskan nama 'Tsunashi Ryunosuke'. Dia bahkan tersenyum lebar saking terpesonanya.

"Ha...haha... Sogo memang fans berat Tsunashi-san," balas Mitsuki hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah lelaki itu.

"Ouh... Bedroomnya sempit sekali desu," gerutu si pirang dengan mempoutkan bibirnya.

"Jangan cerewet Rokuya-san!" tegur siswa lainnya yang dijuluki perfeksionis baik dulu maupun sekarang.

"Rame banget di sini. Si setan itu aja udah nyusahin apalagi anak-anak yang berisik ini," ujarnya merasa tertekan.

"Su-sudahlah Gaku... Berbicara seperti itu tidak baik loh," balasnya menasehati si surai uban itu. Sementara ada satu pasang mata yang menatapnya dengan tatapan berbinar-binar. Kira-kira siapa? Ya benar! Itu jelas adalah Sogo.

"Hm?" Ketika menolehkan kepala, si penyuka pudding ini menangkap sosok kedua orang yang berjalan menuju arah mereka. "Rikkun dan Tenten," ucapnya dengan nada malas.

Mendengar ucapannya, seluruh atensi sontak teralihkan pada arah yang dituju oleh Tamaki. Sebagian ada yang melongo terkejut sedangkan beberapa orang lainnya menatap biasa saja.

Tersenyum miring, Yuki yang pertama membuka suara, "Oh? Ya.. Sebagai senpai yang baik aku akan menyapa kalian berdua"

"Kyaaa! Aku jadi tidak sabar!" girang Momo melompat riang di tempatnya lantas tanpa permisi langsung menyergap kedua orang itu dengan pelukan. "Senangnya ada Tenn dan Riku!"

"Momo-san lepaskan," ucap Tenn bernada dingin. Seperti yang kalian tau, dia ini tsundere. Malu-malu tapi aslinya seneng. Ya gitu deh. Cape ama orang tsundere tapi tsunderenya bikin imut!

Sementara Riku hanya menanggapi dengan kekehan kecil. "Hehe.. Ohayou Momo-san," sapanya yang masih dipeluk oleh senpainya satu itu.

"Tenn memang kesurupan ya? Atau jangan-jangan dia bukan Tenn setan yang kita kenal?" ucap Gaku bertanya pada Ryuu yang ada di dekatnya. Menurut author seharusnya Gaku tidak mengatakannya keras-keras karena Tenn tentu mendengarnya. Author khawatir Gaku tidak selamat.

Bagai bilah pedang yang tajam, iris amaranth pinknya sontak dilirikkan pada si surai uban. Auranya yang seperti malaikat mendadak berubah menjadi seram. "Gaku... nanti aku akan mengajarimu, ya," ujarnya tersenyum.

Bergidik ngeri Momo melepaskan Tenn begitu saja dan beralih menyembunyikan diri di belakang si surai merah. "Tenn memang menyeramkan"

"Kita yang ada di sini tau persis sifat asli si pangeran dan malaikat idaman para gadis," ucap Yamato yang merasa kelangsungan hidupnya mungkin akan terancam berkat adanya si setan berkedok tenshi.

"Bagaimana caramu bergaul dengan setan itu? Etto.. Nanase Riku?" tanya Gaku terheran-heran.

Riku memiringkan kepalanya bingung. "Setan?"

"Jangan menodai kepolosannya, Yaotome-san!" tegur Iori yang tidak ingin kepolosan Riku tercemar oleh si uban.

"Aku tidak mencemarinya! Aku hanya bertanya kenapa dia bisa mengambil hati si setan berdarah dingin!" sangkal Gaku.

"Abaikan saja orang tua itu" Tenn--

"Setan itu maksutnya si Tenn-kun" Yuki--

"Oh..." Riku ber-oh-ria sembari memandang Tenn dengan tatapan polosnya. "Kenapa Tenn-san dipanggil setan?"

"Karena si uban itu sukanya ngadi-ngadi. Anggap saja dia tidak ada," balas Tenn melirik tajam pada Gaku.

"Omong-omong--" Momo menyela percakapan yang mungkin akan berujung pada perdebatan. Menjeda perkataannya membuat seluruh orang di sana mengalihkan atensi kepadanya, menuntut kalimat selanjutnya. "Kurasa Riku lebih pendek dari yang dulu? Berapa umurmu saat ini?" tanya Momo hanya penasaran saja. Tenang, dia cuman penasaran dan tidak memiliki maksut lain, tehehe.

"Semakin bertambah umur orang itu akan semakin tinggi bukan pendek, Momo-san," ujar Iori memasang wajah datar. Kek gini -_-

"Ey! Aku sudah tau! Jangan berpikir bahwa senpai ini bodoh dong, aku ini pintar!!" balas Momo tidak terima ketika Iori memandangnya seperti orang yang bodoh. "Hanya saja Riku terlihat lebih kecil dari waktu itu, kupikir karena umurnya," ucap Momo. Jujur saja dia ingin mengode yang lain. Niatnya membantu mengembalikan ingatan yang terlupakan.

"Umurku 16 tahun Momo-san," jawabnya pada pertanyaan Momo sebelumnya. Ia memiringkan kepala tidak mengerti. "Kenapa dengan ukuran tubuhku? Emm... Apa hanya aku saja atau senpai memang agak aneh?" tanya Riku.

Tertohok sedikit berkat pertanyaan Riku yang terlontar begitu saja membuat Yuki membuang mukanya ke arah lain. 'Eh! dia cukup peka terhadap perilaku kami yang jelas mencurigakan--'

'Mau bagaimana lagi... Kami juga yang memberi kode secara terang-terangan,' batin Momo meneguk air liurnya. Entah kenapa ia merasa sedikit terkejut? Mengetahui Riku yang ternyata cukup peka.

"Aku setuju dengan Riku. Kalian kedua senpai tiba-tiba mendekati kami. Apakah kalian ada maksut tertentu? Perkataan kalian juga selalu aneh, seakan kalian kalian pernah bertemu kami sebelumnya," sahut Iori menatap penuh kewaspadaan dan kecurigaan di saat yang bersamaan.

Melipat tangan di depan dada, Momo menampilkan senyun miring di wajahnya. "Benar! Kami mendekati kalian karena alasan tertentu ^^"

Sudah satu server dengan partnernya, Yuki pun ikut menyunggingkan senyum dan mengambil suara, "Dari dulu sampai sekarang senpai yang baik ini akan menjaga kalian para kouhai"

'Mencurigakannya memang parah banget' Yamato--

Mengubah raut wajahnya yang sekarang, Momo merengek pada Yuki dengan bibir yang cemberut. "Yukiiii! Apa memang sesulit ini membuat kouhai kita ingat? Ini menyedihkan hiks"

"Memang sih saat kita pertama melihatnya entah apa yang jadi pemicu, pada akhirnya ingatan masa lalu kembali secara serempak," jelas Yuki memasang pose berpikir, mencoba mengingat pertemuan pertama mereka dengan si tokoh utama. 'Dunia ini begitu penuh misteri'

Menampilkan senyum dengan kesan yang berbeda, Yuki melangkahkan kaki mendekati si surai merah yang menatapnya bingung.

"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Mitsuki menghalanginya untuk mendekat dengan memandangnya penuh kecurigaan.

Memegang pergelangan tangan Mitsuki, Riku menatap ke arahnya dengan binar yang sungguh dipenuhi ketulusan. "Tenanglah Mitsuki. Yuki-san tidak memiliki maksut jahat padaku, aku yakin"

Dengan senyum yang masih sama, Yuki menaruh satu tangannya di atas pucuk kepala Riku dan mengusapnya pelan. "Yang perlu kau tau... kami-- Re:vale akan berada di pihakmu"

"Dan kali ini tidak akan kami biarkan hal buruk kembali terjadi. Kau bisa bergantung pada kami Riku!" lanjut Momo tersenyum tulus padanya.

'Rasanya aku pernah mendengarnya... Re:vale...' Si surai merah menatap kedua senpainya secara bergantian. Meskipun ia tau mereka nampak begitu mencurigakan. Entah kenapa ia merasa lega, opininya tetap yakin jika Yuki dan Momo adalah orang yang baik. Senyum manis terukir di wajahnya dengan tulus. "Iya! Terima kasih Yuki-san, Momo-san"

"Jika Riku mempercayai kalian maka kami juga akan percaya karena Riku tidak pernah salah," sahut Nagi membuka suara.

"Apa di mata Nanase-san setiap orang yang ditemui adalah orang baik?" sindir Iori memicingkan matanya pada si surai merah.

Sementara Riku sendiri hanya menanggapi dengan kekehan kecil. Di saat yang lain tidak fokus kepadanya, ia sekilas melirikkan mata ke arah lain dengan raut wajahnya yang berubah menjadi tanpa ekspresi. 'Yah... Kurasa bermain-main dengan mereka tidak masalah'

--!

Tercekat akibat tersadar satu pasang mata menatapnya dengan tajam, Riku sontak mengalihkan atensinya pada seseorang yang menatapnya itu. Dengan natural ia melengkungkan bibir ke atas bersamaan dengan memiringkan kepalanya. "Kenapa kau menatapku seperti itu, Tenn-san? Apa ada yang salah?"

'Anak ini...' Tenn membalas dengan gelengan kecil dan ikut memasang senyum kecil di wajahnya. "Sebenarnya mana sisi dirinya yang asli ya..."

"Kau ngomong apaan sih bocah?" Gaku--

"Tidak. Aku hanya melantur saja" Tenn--

~~

"Sepertinya anak satu ini tidak akan mematuhi perintahku begitu saja. Maka dari itu-- Aku akan menempatkanmu di sana untuk mengawasinya dan laporkan padaku setiap hal yang ia lakukan"

'Ck, emang aku babumu apa?! Memang apa keuntungannya buatku. Sial'

"Ya"

"Baguslah. Aku memerlukannya, jadi aku tidak ingin anak itu sampai rusak"

"..."

'Kurasa dia sudah rusak. Seharusnya kau memperlakukan bonekamu dengan baik'

~~

Pintu kamar telah ditutup dengan rapat setelah ia berpamitan pada teman-temannya. Ia berdiri membelakangi pintu dengan menyandarkan punggungnya. Senyuman yang indah itu berangsur menghilang. Ia menatap tangannya sendiri lantas mengepalkannya erat. 'Sejak aku tau seperti apa rasa senang dan sedih, semakin sering juga aku menunjukkan perasaanku'

"Hari itu..." Ia merapatkan bibirnya dengan pandangan mata yang menatap ubin lantai yang dipijaknya. Ia sedang menerawang kejadian yang sudah berlalu di masa lalu.

"Siapa yang memberiku bunga waktu itu?"

( pinterest )

'Entahlah. Siapapun itu aku juga tidak peduli,' benaknya. Pandangan matanya menjadi melembut dengan senyum yang terukir dengan kesan tulus di sana. Satu tangan ia taruh menuju dadanya dan kepala ia dongakkan. "Tapi... Terima kasih"

Ia mengingat momen itu tapi sayangnya hanya beberapa serpihan saja yang dia ingat. Wajah anak yang sepantaran dengannya yang memberikan bunga itu nampak samar-samar di ingatannya.

Lelaki ini memasang pose berpikir dan bermonolog di dalam kamarnya, "Ah... apa ya namanya? Reto-- Retrio--"

Ia menjitakkan jarinya begitu berhasil mengeja dengan benar. 'Amnesia retrogade'

( Noted : info diambil dri gugel :D )
Pada kondisi ini, penderita tidak bisa mengingat informasi atau kejadian di masa lalu. Gangguan ini bisa dimulai dengan kehilangan ingatan yang baru terbentuk, kemudian berlanjut dengan kehilangan ingatan yang lebih lama, seperti ingatan masa kecil.

Membuang nafas kasar, pemuda ini beranjak dari tempatnya menuju ke tempat tidur. Dia merebahkan tubuhnya di atas kasur. 'Riku itu sebenarnya siapa?' Detik demi detik perlahan merenggut kesadarannya. Rasa kantuk yang begitu besar membuatnya tak mampu untuk membuka matanya.

'Kalau niatnya ngasih mimpi ya harusnya yang jelas dong, jangan setengah-setangah...'

Kelopak matanya menutup dengan sempurna, menyembunyikan permata crimson yang begitu cantik. Kesadarannya pun terenggut ke dalam alam mimpi.

.
.
.

- To be continued -


Sebenarnya udh ngedraft beberapa chapter di note-- tapi males copas ke wp :"v

Aku mau nabung chapter dulu--
Sekalian ngelunasin utang² book

Jangan lupa tinggalkan jejak ya~

Jaa, mattane~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro