20. Pesta Minum Teh Irsiabella Ravelsa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Aku tahu, sangat egois jika memohon memintamu memilihku, tapi bolehkah aku hanya berharap?" 

***

"Baiklah, semua yang diundang telah berkumpul." Dayward memutuskan untuk membuka suara, setelah Rayward--si Adik Penasehatnya--memberikan bisikan kepada kakaknya. "Kita semua di sini adalah teman, jadi tidak perlu bersikap formal, saat tidak ada orang tua kita. Oke?"

Yang lain tertawa dengan pembuka Dayward. Stella telah memperhatikan sekitarnya sedaritadi. Pesta minum teh yang digelar putra-putra Marquess ini diadakan di taman yang ada di rumah kaca, belum dikategorikan besar. Malah, pesta itu diperuntukan hanya untuk anak-anak remaja seusia mereka . Total orang yang diundang pun kurang dari lima belas anak bangsawan--mengingat Dayward bilang kalau semuanya telah datang. 

Oh, dan seperti yang telah dibicarakan dari suratnya, hari ini semua orang yang datang menggunakan pakaian berwarna biru muda. Dresscode. Klasik, Stella hanya bertanya dan akhirnya Dayward terpaksa mengatakan bahwa itu adalah dresscode.

Mendadak, Stella merasa lebih dominan. Hebat sekali, seorang anak Viscount yang saat ini bukan siapa-siapa, bisa membuat pengaruh di pesta yang digelar bangsawaan yang lebih tinggi dibandingkannya. 

Sekarang, cara Stella untuk mengetahui yang mana Dayward dan Rayward hanya dengan melihat inisial yang ada di pakaian mereka. Oh, dan sepertinya, sekarang Stella mulai bisa membedakannya dengan cara melihat perlakuan salah satu orang itu. Dayward lebih menunjukkan antusiasnya terang-terangan terhadap Irsiabella, sedangkan Rayward selalu menatap apapun waspada dan berhati-hati. 

Kini, pandangan Stella beralih ke depan, ada Svencer Dalton. Stella memang sengaja memilih duduk di sana, karena akan lebih mudah jika dia duduk di dekat seseorang yang ada di dekatnya. Selain itu, Stella telah menyamakan posisinya dengan Svencer. Orangtua mereka sama-sama berstatus Viscount. Barangkali ada penempatan tempat duduk berdasarkan status, jadi Stella harus menjamin dia tidak salah mengambil tempat duduk. 

"Apa?" Bibir Svencer berceletuk tanpa suara. Sepertinya Svencer memang sangat terintimidasi dengan mata emas Irsiabella. Stella hanya menatapnya, baru kurang dari tiga detik dan dia sudah tidak tenang. 

Stella hanya membalasnya dengan senyuman. Seketika itu juga, Stella sadar bahwa orang-orang di sekitarnya mulai memperhatikan ke arahnya. Ayolah, apakah Stella tidak boleh tersenyum? 

Para pelayan yang berjaga di belakang Dayward mulai berjalan mengitari setiap kursi dan menuangkan teh ke cangkir. Baru satu cangkir yang terisi, Stella bisa langsung mencium aroma bunga melati. 

Dengan kening yang sedikit mengerut, Stella langsung menoleh ke arah Dayward. Dayward juga menatapnya balik dan membalas tatapan herannya dengan senyuman. 

Seharusnya, ketika Stella tahu Dayward bersedia menjadikan warna biru muda sebagai dresscode, Stella tidak sembarangan menjawab pertanyaan Dayward ketika menanyakan teh favoritnya. Stella menjawab teh melati dan teh krisan, karena hanya itu teh yang pernah dicobanya. Itu teh yang cukup umum di dunia ini, ataupun di dunia Stella yang dulu. 

Sebenarnya, acara pesta minum teh ini untuk semuanya atau hanya untuk Irsiabella? 

Rayward mempersilakan semuanya untuk meminum teh, begitu semua cangkir telah terisi. Mengingat etika minum teh, Stella berusaha menegaknya tanpa suara. Setelah meminumnya pun, Stella masih berpendapat bahwa semua rasa teh sama saja. 

"Musim semi tahun ini datang lebih cepat. Aku senang, kita bisa menggelar acara ini sepekan lebih cepat dari rencana," ucap Dayward. 

"Itu awal yang bagus untuk tahun ini," sambung seorang gadis yang duduk di samping Stella. 

Stella hanya melirik sedikit. Sedaritadi, duduk di sini bersama gadis itu, membuat Stella terus merasa familier. Sepertinya Stella kenal gadis itu, tapi sepertinya juga tidak. Sebab, gadis itu bahkan tidak membalas sapaannya tadi. 

"Itu benar, Nona Veilor." 

Ah, ini dia Violene Veilor yang menjadi 'kebanggaan' Countess Veilor, pikir Stella sembari menyesap pelan kembali tehnya. 

Mereka berganti topik terus menerus, awalnya berbicara tentang akhir musim dingin yang berakhir cepat karena matahari tahun ini diperkirakan akan lebih besar dan hangat--pertanda baik di Negeri Terevias--lalu berlanjut ke destinasi terbaik untuk piknik di musim semi, sampai ke parfum yang sedang populer di kala itu. 

Pembicaraan yang membosankan. Stella meratapi cangkir tehnya yang kini telah kosong. Minumannya enak, rasa melatinya yang manis menutup rasa teh yang pahit. Masalahnya, Stella tahu dia tidak akan mendapat cangkir kedua untuk minuman yang sama, dia harus menunggu teh berikutnya. 

Svencer yang duduk di depannya pun hanya terlihat menyimak, sampai akhirnya mereka tak sengaja berkontak mata. Stella, seperti biasa, langsung melempar senyuman manis secara refleks. Svencer langsung memutar bola mata, mengalihkan pandangan lain dengan cara terkesal yang bisa ditunjukannya. 

"Sven, kau menyukai tehmu?" tegur Dayward ketika menyadari bahwa teh yang ada di cangkir Svencer baru diminum sedikit. 

"Tehnya terlalu manis," balas Svencer. 

"Oh iya, aku lupa kau tidak terlalu suka gula," balas Dayward, yang tiba-tiba menatap ke arah Stella. "Tapi tehmu hanya satu sendok gula, mungkin kau merasa terlalu manis karena ada banyak Nona manis yang duduk di depanmu. Bukan begitu, Nona Ravelsa?" 

Stella yang terkejut pun, masih mempertahankan senyumannya, tapi tidak membalas apa-apa. Dayward memang mereferensikan Nona manis untuk semua gadis di sini, tetapi apakah perlu menekankan 'yang duduk di depanmu'? Tolong, jangan membuatku menjadi pusat perhatian

"Jangan menyamakan gadis-gadis dengan gula. Itu kurang ..." Svencer berusaha mencari kata-kata yang baik. "...terpelajar."

"Biar kuperjelas, itu adalah pujian," ucap Rayward. Stella familier dengan kata-kata itu. 

Violene yang duduk di sampingnya pun kini menoleh ke arahnya. Mungkin hanya perasaan Stella, tapi sedaritadi gadis itu bahkan enggan menatap ke arahnya seterang-terangan itu. 

"Ya, Nona Ravelsa memang manis sekali," pujinya. 

Nah, ini dia orang yang selalu ingin berbaur dengan setiap percakapan yang ada

Stella tersenyum, "Ah, tidak, Nona Veilor terlalu memuji. Nona jauh lebih manis."

Ya, bohong sih. Irsiabella jauuh lebih cantik dan manis, sambung Stella dalam hati. 

"Setelah kuingat-ingat, ini kedua kalinya kau keluar dari rumah Ravelsa, kan? Mengapa kau baru menunjukkan diri di depan publik?" tanya Violene. 

Sifatnya tidak beda jauh dengan ibunya. "Sebenarnya, kesehatanku baru mulai membaik, jadi aku sudah diizinkan mendatangi acara-acara." 

"Oh, begitu. Viscount Ravelsa tidak pernah membicarakannya, jadi banyak rumor-rumor aneh yang mengatakan kalau Viscount Ravelsa mengurungmu." Violene tertawa pelan. "Tentu saja itu rumor terburuk yang pernah kudengar. Viscount Ravelsa adalah pria yang baik, tidak mungkin dia melakukan hal itu." 

Kepala Stella mulai mendidih. Apakah Violene pikir kalimat terakhirnya mampu membuat perasaannya lebih baik? Keterlaluan sekali membicarakan hal buruk tentang orangtua mereka di depan anaknya. 

Di sini, Stella hanya berdiri untuk perasaan Irsiabella. Regdar memang bukan ayahnya, tetapi perkataan Violene jelas tidak dapat diterima. 

"Viscount Regdar adalah pria yang sangat baik. Aku tidak percaya ada yang mempercayai rumor aneh seperti itu," ucap Dayward.

"Nona Veilor, pembicaraan seperti ini kurang terpelajar," ucap Svencer menatap datar ke Violene. 

Violene langsung menatap ke arah Stella dengan tatapan bersalah. "Eh? Maafkan aku, Nona Ravelsa, aku tidak bermaksud...."

Stella hanya tersenyum, "Tidak masalah. Ayahku memang pria yang sangat baik. Terima kasih, Tuan Muda Whistler." 

"Sama-sama, Nona Ravelsa," balas Dayward sambil tersenyum. 

"Teh keduanya," ucap Rayward kepada pelayan. 

Stella bisa merasakan tatapan intens dari orang-orang di sekitarnya, terutama dari Violene. Stella sebenarnya tidak ingin Dayward seterang-terangan itu terhadapnya, tapi jika itu membuat Violene kesal, maka Stella tidak akan keberatan sama sekali. 

Kau kira akan mudah mendapatkan maaf setelah membicarakan hal buruk tentang Regdar? Stella bergumam dalam hati, sembari menyicip makanan manis yang ada di piringnya. 

Teh kedua tertuang dan kali ini aroma Chrysanthemum Tea yang lembut menguar dari cangkir pertama. Stella tidak bisa berhenti terkejut. Dayward pasti sudah gila karena lagi-lagi menghidangkan teh krisan yang ada di opsi kesukaannya. Ini terlalu terang-terangan! 

"Teh hari ini enak, tapi agak berbeda dari biasanya. Tuan Muda Whistler bukankah biasanya menyukai rasa teh yang pekat?" tanya salah satu gadis bangsawan yang duduk paling dekat dengan Rayward.

"Kakakku yang memilih dua teh ini untuk membawa suasana baru musim semi, aku tetap memilih teh pekat untuk teh ketiga," balas Rayward, melirik Stella sedetik, lalu kembali menatap balik ke gadis bangsawan yang baru saja bertanya. "Nona Liberty sangat perhatian sekali." 

Gadis dari keluarga Liberty tampak salah tingkah, tetapi Stella malah merasa seperti tengah ditodong tekanan. Rayward pasti tahu darimana Dayward mendapat inspirasi untuk kedua teh tersebut. 

"Silakan diminum tehnya." 

Tekanan dari Rayward dan Violene harus diabaikanya. Segera, Stella mengangkat cangkirnya dan menyesap teh tanpa suara. 

***TBC***

13 Desember 2020

Paus' Note

Huhuhuhu, maaf baru update ....

Padahal udah mulai masuk bagian seru, kenapa sih malah ngaret?

Aku pengin nulis lagi hari ini, tapi tergantung nih ada laptop atau enggak nanti. Soalnya ini aku ngetiknya dari siang jam 11 tadi.

Penginnya sih kelarin satu chapter lagi dan update lagi sih, soalnya hihihihi.

Dan karena author note ini ketiknya dari hp, jadi dipastikan agak susah berbacot ria, jadi singkat saja yaaaa.

Sudah masuk chapter 20 dooong. Tetetetetet.

Lappyouall

Cindyana H / PrythaLize

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro