52. Keraguan Irsiabella Ravelsa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Tolong maafkan keegoisanku, Ayah."

***

Stella masih dikerubungi kebingungan setelah perkenalan formal yang baru saja dilakukan oleh Wolverioz. Pemuda itu telah kembali berdiri ke posisi semula, lalu seolah mengerti betul dengan keheranan Stella, pemuda itu kembali bersuara.

"Kenapa?"

"Aku tahu ini pertanyaan yang tidak pantas, tapi ... apakah kau seorang bangsawan?" tanya Stella.

"Apa hanya bangsawan yang boleh melakukan itu?" Wolverioz malah bertanya balik.

Setelah Stella memikirkannya kembali, pertanyaan itu memang tergolong cukup kasar.

Sebenarnya, tidak ada aturan tertulis bahwa perkenalan formal hanya bisa dilakukan oleh bangsawan. Memang, pada umumnya orang-orang biasa tidak menggunakan perkenalan formal untuk saling memperkenalkan diri. Namun dalam beberapa kasus, mereka melakukannya dengan formal di depan bangsawan hanya untuk menjaga etika kesopanan.

Untuk kasus Wolverioz, Stella tahu bahwa pemuda itu tidak melakukannya dengan alasan itu. Orang sopan beretika tidak akan mungkin mendatangi balkon kamar seorang gadis bangsawan di bawah umur sepertinya.

"Aku bukan seorang bangsawan," jawabnya pada akhirnya. "Aku melakukannya karena di pertemuan pertama kita dulu, kau mengajarkanku cara melakukan perkenalan formal."

... Teleportasi pertama Irsiabella, di umur berapa Irsiabella mampu melakukannya?

"Kapan?"

"Hampir tiga tahun yang lalu," jawab Wolverioz.

Saat ini umur Irsiabella adalah empat belas tahun. Irsiabella pasti benar-benar hebat sampai mampu menggunakan teleportasi di umur sebelia itu.

"Berarti, aku mengunjungimu hampir selama tiga tahun?"

Wolverioz mengangguk kecil.

Tiga tahun sudah lebih dari cukup untuk mengenal karakteristik seseorang, kan? Itu artinya pemuda di depannya ini bisa jadi adalah satu-satunya yang paling mengenal Irsiabella.

Meski harus menghadapi kenyataan seberat apapun, Stella harus mencari tahu lebih banyak lagi. Semakin banyak informasi yang bisa dikumpulkannya, semakin besar peluangnya untuk mengantisipasi akhir yang buruk bagi Putri Felinette.

"Berapa umurmu sekarang?" Stella bertanya.

"Enam belas," jawabnya.

Putri Felinette akan terbunuh di usia sembilan belas tahun, ketika Wolverioz berumur dua puluh satu tahun. Stella punya waktu lima tahun untuk menghentikan aksi pemuda di depannya. Namun, tentu itu tidak perlu, jika seandainya terkaannya tepat.

Jika memang Irsiabella yang memintanya untuk membunuh Putri Felinette, itu artinya Stella sedang mengendalikan nasib sang putri. Semua alur cerita yang terjadi di The Fake Princess ada dalam genggaman tangannya.

Namun, alasan apa yang membuat Wolverioz sampai berani membunuh anggota kerajaan? Apakah memang semata-mata karena Irsiabella yang memintanya?

Mengapa pembunuhan itu harus dilakukan satu malam sebelum keputusan kuil diumumkan?

Banyak hal yang ingin Stella tanyakan tentang alur The Fake Princess, tapi tidak ada seorangpun yang menyadari alur asli selain dirinya sendiri.

... baiklah, aku harus memulai dari mana?

"Tadi kau bilang pertemuan kita terjadi di dalam lemari?" Stella berusaha untuk terlihat tidak tahu apapun, meskipun sebenarnya dia sudah beberapa kali datang ke tempat itu.

Lagipula, Stella saat ini adalah Irsiabella yang amnesia. Tanpa harus berpura-pura melupakan semuanya, Stella memang sebenarnya tidak tahu apapun. Saat ini yang Stella lakukan adalah mengetahui informasi sekecil apapun tentang Irsiabella.

"Kau selalu muncul dari lemari tiap mengunjungiku," jawab Wolverioz singkat.

"Mengunjungi kediamanmu?" pancing Stella.

Wolverioz terdiam selama beberapa saat, lalu mengoreksi dengan pelan, "Kurungan."

"Kurungan?" Stella mengulang perkataannya dengan kebingungan.

"Iya, aku terkurung di sana," jawab Wolverioz.

"Mengapa kau terkurung?" tanya Stella lagi.

"Entahlah."

"Jadi, kau terkurung tanpa tahu alasannya?"

Wolverioz menatap manik mata Irsiabella selama beberapa saat, lalu menjawab, "Mungkin kau bisa menebak alasannya dengan benar."

Stella langsung menemukan hal yang mungkin menjadi penyebabnya. "Karena matamu merah?"

Tampak enggan menjawab pertanyaan yang satu itu, Wolverioz mengalihkan topik, "... Jadi, apa kau tidak takut?"

Jika Stella harus jujur, tentu saja dia sangat takut. Orang ini yang akan membunuh Putri Felinette lima tahun mendatang, tetapi Stella sama sekali tidak merasa bahwa Wolverioz akan melakukan sesuatu yang membahayakan nyawanya.

Tentu saja Stella tidak bisa memastikannya seratus persen, tapi Stella tidak pernah melepaskan pandangannya dari pemuda itu dan dia tidak pernah sedikitpun terlihat seperti akan mengeluarkan pedangnya.

"Mengapa aku harus takut? Kalau kau macam-macam, aku bisa menyihirmu," jawab Stella memaksakan keberaniannya.

Sekilas, Stella bisa melihat raut wajahnya agak meremehkan. Kepalanya mulai panas karenanya, rasanya Stella mampu mengeluarkan sihir dari manik emas Irsiabella untuk membakar jubah itu.

Setelah dipikir-pikir, Wolverioz tahu tentang kekuatan hebat Irsiabella dan berani datang ke kediaman Ravelsa, di kamar Irsiabella dan dia juga tahu bahwa saat ini Irsiabella tidak memiliki ikatan memori dengannya sama sekali.  Stella mulai yakin, Wolverioz sama sekali tidak takut dengan kekuatan Irsiabella.

Manik ruby milik Wolverioz membuat Stella semakin yakin bahwa pemuda itu memang mengetahui banyak hal tentang Irsiabella.

"Aku tidak akan melukaimu," ucapnya.

Dan apakah dia pikir Stella akan langsung mempercayainya begitu saja?

"Jadi ..., apa kau tahu mengapa aku bisa berteleportasi ke sana?" Stella mengalihkan topik.

Stella ingat, Irsiabella merujuk tempat Wolverioz berada dengan kata 'di sana'. Tertulis di salah satu buku Irsiabella, buku yang membuatnya pernah merasakan pengalaman adrenalin di kamar kosong dengan penjaga, tempat

Wolverioz terdiam selama beberapa saat, lalu akhirnya mengeluarkan sebuah kantong berwarna hitam yang familier. Setelah Stella mencoba mengingat-ingat lagi, itu adalah kantong yang sengaja dijatuhkan oleh Wolverioz ketika Stella bertemu dengannya di butik tempat membuat gaun pestanya.

"Apa ini?" tanya Stella.

"Buka saja," ucapnya sambil menyerahkan kantong hitam itu kepadanya.

Awalnya, Stella agak ragu karena mengambil barang pemberian orang lain yang tidak dikenal memang bukan ide yang bagus. Namun setelah mempertimbangkan banyak hal dalam waktu singkat, akhirnya diterimanya kantong hitam itu dari tangannya. Lagi-lagi Stella memperhatikan tangan Wolverioz yang banyak luka lecet akibat sering memainkan pedang.

"Kau bisa berpedang?" Stella bertanya sebelum membuka bungkusan itu.

"Aku tidak terkejut kalau kau terus bertanya sebelum aku bisa menjawab pertanyaanmu yang sebelumnya. Keingintahuanmu memang besar," ucapnya yang terdengar seperti teguran agar Stella bertanya satu persatu.

"Atau kau bisa langsung bercerita."

"Kau tidak akan percaya," ujarnya.

Stella pura-pura sibuk dengan tali yang mengikat kantong hitam itu, lalu akhirnya menariknya dan berhasil membuka kantong itu. Isinya biji-bijian yang ukurannya cukup kecil.

"Ini ..., apa?"

"Itu benih bunga kesukaanmu," jawabnya.

Baiklah, sepertinya dari cerita Wolverioz tentang bagaimana awal mula kemunculan kekuatan Irsiabella, Stella sudah tahu bunga favorit Irsiabella.

"Mawar?"

Wolverioz mengangguk kecil.

Jadi, Wolverioz sejak awal hanya ingin memberikan benih bunga mawar itu kepada Irsiabella, ya ...

Dan mengenai taman bunga mawar, jika Wolverioz mengatakan dengan jujur, itu artinya mereka Irsiabella dan Wolverioz memang sudah lama saling mengenal.

Meskipun ada banyak peluang yang timbul karena fakta ini, Stella tidak tahu apakah itu hal yang baik atau tidak.

"Waktu itu kau berteleportasi dengan harapan bisa terus-terusan melihat bunga mawar," ucap Wolverioz. "Tempat yang ingin kau kunjungi sebenarnya ada di luar ruangan, tapi entah mengapa kau selalu muncul di dalam lemariku setiap berteleportasi."

... begitu rupanya.

Pemikiran Stella memang benar.

Stella ingin menghela napasnya kuat-kuat, di titik dimana napasnya bisa menghembuskan api. Tidak bisa mengakuinya terang-terangan, tetapi ada sedikit rasa kekecewaan terhadap Irsiabella.

Mereka memang tidak pernah saling berjumpa, apalagi saling berkomunikasi, tetapi Stella sudah membiasakan dirinya menjadi Irsiabella selama satu tahun. Seolah, hidup yang dijalankannya selama itu hanyalah tipuan belaka.

Namun, Stella masih memiliki waktu. Kejadian di The Fake Princess belum terjadi, jadi masih ada banyak kesempatan untuk mengacaukan alurnya.

"Tapi sekarang kau ada di sini, apa kau sudah bebas? Siapa yang mengurungmu? Apa tidak apa-apa kau kemari?" tanya Stella bertubi-tubi.

"Aku ... tahu cara berpedang." Wolverioz malah menjawab pertanyaan yang tidak ingin dijawabnya tadi untuk menghindar dari pertanyaan Stella.

Stella menghela napas, lalu beralih kembali ke pintu balkonnya yang terbuka lebar. Apa lagi keajaiban yang akan datang malam ini? Mendatangi pesta besar kerajaan, menemukan 'Felix' yang mungkin merupakan Felix Anonim, berteman dengan Aurorasia, lalu diabaikan Putri Felinette ketika menyapanya dan memperkenalkan diri.

Lalu, masih di malam yang sama, pemuda bermata merah yang merupakan pembunuh Putri Felinette mendatangi kamarnya. Sekali lagi, Stella ditampar oleh kenyataan bahwa ternyata Irsiabella mengenal pemuda bermata merah itu sejak lama!

Selama ini Stella selalu berusaha keras mencari tahu tentang dunia ini. Bagaimanapun juga, kemampuan beradaptasinya belum sepenuhnya dapat membantu pengumpulan informasi yang sudah lama ini dilakukannya. Faktanya, Stella tidak mengetahui apapun tentang Irsiabella ... dan ternyata hal yang selama ini dicarinya memang berpusat pada tubuh yang sedang dirasukinya.

Irsiabella, rahasia apa lagi yang kau simpan sendirian?

Tiba-tiba, Wolverioz mengarahkan pandangannya pada pintu balkon yang masih terbuka lebar, "Aku harus pergi."

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Wolverioz memutar tubuhnya ke arah pintu balkon.

Stella mulai was-was dengan berakhirnya pertemuan mereka. Jika Stella tidak bisa memastikan keamanan Putri Felinette yang ketat di istana, setidaknya dia bisa mengawasi pemuda bermata merah yang mengunjunginya malam ini.

"Kemana?" tanya Stella.

Ada satu jawaban yang diduga oleh Stella; ke rumah mawar. Namun jika Wolverioz menganggapnya sebagai kurungan dan memutuskan untuk tidak lagi ke sana, bagaimana caranya Stella menemuinya lagi?

"Entahlah." Wolverioz tidak memberikan jawaban pasti, tetapi ketika pemuda itu berdiri di atas tembok balkon yang letaknya cukup tinggi, dia kembali menolehkan kepalanya menatap balik ke arah Stella. "Setelah ini, biarkan aku yang mengunjungimu," katanya.

"Maksudmu, kau akan datang lagi?" tanya Stella.

"Kita akan terus bertemu,"—Wolverioz menggantungkan kata-katanya yang terdengar penuh keraguan—"Sampai kau membenciku."

Lalu tanpa mampu memprediksikannya, Wolverioz melompat dari balkon. Waktu jubahnya melawan gravitasi itulah, Stella bisa melihat sebilah pedang terbungkus sarung yang disembunyikan Wolverioz.

Stella yang terlalu terkejut melihatnya melompat turun, langsung berlari ke ujung balkon untuk memastikan bahwa pemuda itu memang baik-baik saja. Namun, hanya karena kelengahannya beberapa detik, Stella sudah tidak bisa menemukan sedikitpun jejak keberadaannya.

Wolverioz menghilang begitu saja. Sama seperti eksistensinya di hadapan dunia.

"Apa yang baru saja terjadi?" Stella bergumam pelan seorang diri, tidak mampu melepaskan pandangannya dari tempat terakhir Wolverioz berdiri.

Bersamaan dengan itu, ketukan pintu di kamarnya terdengar. Stella tersentak kaget, lalu berjalan ke pintu untuk membukakannya. Rupanya, Regdar yang mendatangi kamarnya malam-malam.

"Ada apa, Ayah?" tanya Stella, sedikit gugup.

"Kau belum tidur? Ayah melihat pintu balkon kamarmu terbuka dari kamar Ayah," ucap Regdar, yang kemudian berjalan melewati Stella dan menutup pintu itu.

Sementara itu, Stella di belakangnya langsung waswas. Namun melihat reaksi Regdar yang tidak sepanik yang dipikirkannya, Stella bisa yakin bahwa Regdar tidak melihat seseorang berdiri di atas tembok balkonnya.

Cepat-cepat pula, Stella menyembunyikan kantong hitam pemberian Wolverioz di dalam selimutnya.

Stella merasa punya banyak dosa karena menyembunyikan begitu banyak hal dari Regdar. Apakah Irsiabella yang asli tidak memiliki perasaan bersalah seperti yang dirasakannya?

"Kau masih memikirkan tentang kejadian tadi?" tanya Regdar dengan raut wajah khawatir.

... oh, tentang bagaimana perlakuan Putri Felinette yang mengabaikan sapaannya.

"Tidak, kok. Aku sudah tidak terlalu memikirkannya lagi," dusta Stella.

Tidak mungkin Stella tidak memikirkannya lagi. Malah, Stella semakin kepikiran setelah kejadian malam ini.

Jika diibaratkan sebuah novel yang sudah selesai, kedatangan Wolverioz membawa plot twist! Fakta bahwa Wolverioz dan Irsiabella yang ternyata saling mengenal menceritakan sisi lain yang tidak pernah diketahui dalam cerita The Fake Princess. Seolah itu adalah hidden chapter yang saling terhubung.

Luna tidak pernah menganggap Irsiabella sebagai antagonis. Sebaliknya, Aurorasia yang dianggap demikian karena gadis bangsawan yang satu itu memang pernah blak-blakan mengatakan bahwa dia tidak akan menganggap Putri Felinette sebagai seorang putri.

Regdar mengelus pucuk kepala Stella, lalu memberikan senyum hangat. "Apa Ayah harus menemanimu sampai tidur?"

"Tidak perlu, aku bukan anak kecil lagi. Lagipula, besok Ayah harus bekerja," jawab Stella dengan tegas.

Raut wajahnya langsung berubah sedih, "Apa kau menolak semua orang sedingin ini? Atau hanya dengan Ayah?"

"Bukan begitu, Ayah. Aku menyadari bahwa Ayah sangat sibuk selama beberapa pekan ini. Jadi, daripada menemaniku, lebih baik Ayah istirahat saja," jelas Stella.

"Ayah tidak bisa tidur nyenyak, jika putri Ayah masih terjaga," ucapnya. "Apalagi ini sudah musim panas. Hanya tinggal beberapa pekan lagi sebelum kau ke sekolah publik."

"Aku tidak pergi selamanya. Jika liburan datang, aku akan pulang," sahut Stella.

Diam-diam, Stella merasa agak sedih. Apa yang akan terjadi dengan Regdar setelah kekuatan Irsiabella terekspos? Apa yang akan terjadi ketika Irsiabella menjadi kandidat putri? Apa yang akan jadi setelah kematian Putri Felinette?

Sebenarnya, Stella tidak mempunyai bukti tentang keinginan Irsiabella untuk menjadi bagian dari anggota kerajaan. Namun, jika Irsiabella tidak menginginkannya, mana mungkin ada penentuan kandidat putri oleh Kuil Agung, kan?

"Ayah akan sangat kesepian tanpamu, Irsiabella."

Inikah yang kau mau, Irsiabella?

*

Ada dua surat yang datang dari kediaman Whistler pagi itu. Satu surat yang pastinya dari Dayward, dan satu surat lain yang tidak terprediksikan datang dari Rayward.

Stella sampai harus memastikannya beberapa kali bahwa Rayward memang mereferensikan surat itu untuknya.

"Ayah tidak ingin ikut campur dalam urusan lingkaran pertemananmu, tapi sebaiknya kau tidak dekat dengan salah satu di antara mereka ketika di akademi publik nanti," ucap Regdar setelah memberikan kedua surat itu kepadanya.

Saat ini, mereka sedang di ruang kerja Regdar. Ada banyak tumpukan kertas yang menutup hampir semua bagian mejanya. Stella pernah menawarkan diri untuk membantu memeriksa dokumen, tetapi Regdar menolak dan memilih mengerjakan semuanya sendirian. Padahal, akan lebih mudah jika ada seseorang yang mampu menggantikan pekerjaannya sewaktu-waktu.

Stella menatap Regdar dengan tatapan datar. Pastinya Regdar menduga bahwa ada perang saudara di antara kedua kembar Whistler itu karena dirinya. Meskipun Stella sadar dengan sikap terang-terangan yang diberikan oleh Dayward, Stella yakin bahwa Rayward tidak melihatnya dalam pandangan seperti itu.

Terkadang, Regdar terlalu mengagung-agungkan Irsiabella seolah semua laki-laki di dunia ini akan terpana dan jatuh hati padanya, padahal tidak semuanya akan berakhir seperti yang dipikirkannya.

Surat dari Dayward pasti seputar ceritanya tentang kejadian beberapa pekan yang lalu di Istana Selatan, lalu tentang antusiasnya menunggu kedatangan Irsiabella di akademi publik. Dayward dan Stella memang sudah terlalu sering bertukar pesan, sampai-sampai Stella sudah hafal apa saja yang akan ditulis Dayward.

Tapi mengapa Rayward juga mengirim pesan kepadanya kali ini?

Tentu saja Stella tidak pernah lupa dengan sikap misterius Rayward yang agak mencurigakan. Rayward pernah memilih teh mawar—meskipun Stella tidak tahu persis alasannya memilih teh itu berdasarkan ketidaksengajaan atau tidak—selain itu, Rayward juga pernah dengan terang-terangan mengatakan bahwa Irsiabella istimewa.

Apa itu dalam maksud terselubung? Apa lagi-lagi dia melakukannya dengan tidak sengaja?

Memiliki banyak pertanyaan tentang Rayward, Stella akhirnya memutuskan untuk membuka surat dari Rayward lebih dulu. Tanpa basa-basi, Stella langsung merobek kertas dengan tidak sabar.

"Eh? Mengapa buru-buru begitu?" Regdar berhenti menulis, lalu menatap ke arah Stella dengan penuh kecurigaan. "Kau tidak menyimpan lilinnya?"

"Aku tidak tertarik mengoleksi lilin," jawab Stella.

Ada tren anak muda yang agak aneh dalam negeri Terevias. Setiap menerima surat yang disegel dengan lelehan lilin yang dicap dengan simbol keluarga, penerima punya pilihan untuk menyimpan beberapa bagian surat itu sebagai kenang-kenangan.

Banyak yang mengoleksi kepingan lilin yang telah mengeras, apalagi jika surat itu datang dari keluarga bangsawan yang berstatus lebih tinggi. Asalkan bisa membuka surat itu dengan hati-hati, maka lilin yang mengeras itu bisa disimpan dengan utuh dan tanpa lecet.

Stella tahu tentang tren itu dan tidak pernah menyimpan kepingan lilin sekalipun. Lagipula, surat dari Dayward terus dan terus berdatangan.

Belum lagi Stella membuka lipatan surat dari Rayward, Regdar kembali bersuara.

"Kalau tidak salah, para bangsawan membicarakan tentang keluarga Whistler yang akan memiliki satu anggota tambahan lagi." Regdar mengatakan demikian sambil tetap melanjutkan pemeriksaan dokumennya.

"Wah? Jadi mereka akan punya adik?" Stella bertanya dengan sedikit kekaguman, sebab selisih umur mereka akan berkisar tujuh belas tahun. Itu jarak yang lumayan jauh.

"Masih rumor, kau bisa bertanya kepada mereka. Jika rumor itu benar, jangan lupa titipkan ucapan selamat kepada keduanya," ucap Regdar tanpa menoleh kepadanya.

Stella pun akhirnya memutuskan untuk membuka lipatan surat dari Rayward.

Baru melihatnya sekilas, Stella langsung berkomentar. "Meskipun kembar identik, ternyata tulisan tangan mereka berbeda," gumam Stella tanpa disadarinya.

"Tentu, mereka berdua memang dua jiwa dan raga yang berbeda," jawab Regdar.

Stella melirik Regdar sejenak. Pria itu menjawab pertanyaan konyolnya dengan bijaksana seolah menjawab pertanyaan berulang dari balita yang penasaran. Nyatanya, Regdar masih terus berkutat dengan pekerjaannya dan sesekali melirik Stella bila tidak terdengar suara sedikitpun.

Jiwa dan raga. Sepertinya baru kali ini Stella mendengar Regdar mengatakan hal seperti itu.

Entah bagaimana reaksi Regdar jika tahu bahwa ada jiwa lain yang menempati raga putrinya.

"Apa isi suratnya?" tanya Regdar, yang membuat Stella langsung tersadar dari lamunannya.

Stella langsung mengalihkan pandangannya kembali pada surat di tangannya dan membacanya sejenak, "Oh, hanya ucapan selamat datang di akademi publik."

"Tinggal beberapa pekan, ya?" Suara Regdar lagi-lagi berubah sedih.

"Ayo, Ayah, semangat! Selesaikan pekerjaan Ayah lebih cepat agar waktu kita lebih banyak!" Stella berusaha menyemangatinya.

"Kalau Ayah rindu, apa Ayah boleh menjemputmu dari sana dan kita pura-pura mengunjungi kerabat kita yang sakit selama beberapa hari?" tanya Regdar.

"Mengapa Ayah sudah membuat rencana seperti itu bahkan sebelum aku tiba di sana?" tanya Stella sambil tersenyum masam.

Selagi Regdar sibuk meratapi masa depan yang belum pasti, Stella kembali membaca surat dari Rayward yang isi suratnya memang tampaknya tidak menjelaskan lebih banyak.

Namun belajar dari ketidakselarasan alur The Fake Princess yang dibacanya dengan kenyataan, mungkin saja akan ada banyak peran yang belum terungkap dari tokoh-tokoh yang tidak disebutkan.

Tampaknya Stella harus mengawasi Rayward, karena tampaknya pemuda itu tahu sesuatu yang tidak seharusnya diketahuinya.

***TBC***

20 Juni 2021

Paws' Note

2755 kata! Gila, banyak banget!

Kalian semua terlalu sibuk dengan Wolverioz sampai-sampai kalian melupakan satu poin yang ada di list 'yang sebaiknya disidak duluan adalah....?'. Pernah kubuat listnya di chapter 22 dan berikut adalah listnya:

-          Pertemuan dengan Putri Felinette, Pangeran Felixence (Tuan Anonim), Wolverioz (orang misterius di lorong) [DONE]

-          Pertemuan dengan antagonis [on progress]

-          Terungkapnya tempat mawar merah [DONE]

-          Rahasia Irsiabella Ravelsa [DONE]

-          Sikap misterius Rayward Whistler [on progress]

Iyap, betoel sekali. Rayward bakal dapat satu arc singkat buat menjelaskan sikap misterius yang ditebarkannya sejak chapter awal. Kalian boleh mulai membaca ulang semua scene yang ada pestanya untuk membentuk konspirasi~

Btw ini konspirasinya bakal langsung dijelaskan ketika Rayward anu, tapi karena paus tetap harus memberikan ruang kepada semua karakter-karakter di sini, maka mau tidak mau paus juga harus kasih jeda untuk menjelaskannya.

Dua chapter lagi udah di sekolah publik (kemungkinan terbaiknya ya), habis itu mungkin jump time lagi setelah beberapa part penting diceritain. Paus sedang mencari timing yang pas untuk mempertemukan Tuan dan Nona Anonim. DITUNGGU YA!

Bakal balik sebentar ke POV Luna untuk melanjutkan investigasi 'Pertemuan dengan Antagonis', karena Luna wajib tahu siapa antagonis The Fake Princess. Biar tambah seru *evil laugh*

JANGAN SABAR YA! EH, MAKSUDKU, TETAP ANTUSIAS, YA! Paus udah pernah janji belum sih bakal bikin cerita ini seseru dan seribet mungkin? Wkwkwkwkwkw.

Kalau aku mampu menjelaskan semuanya sesingkat mungkin, cerita ini mungkin bakal segera tamat sekitar 1/3 lagi. Tapi kalau masih ngulur panjang x lebar x tinggi terus, ya bakal masih panjang. Doain yaaaa, jangan ngulur muluk, udah >50 chapters :')

Oke, fanart kali ini dari diriku sendiri karena sudah terlalu banyak fanart Irsiabella yang bertebaran di work ini wkwkwkwkwkw @Dyana_H

See you in next chapter!

Cindyana H












Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro