Hari Bahagia

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sebelum membaca harap follow dulu aku wattpadku ya😊
Dan jagan lupa vote sama komennya❤
Maaf masih banyak typo🙏
Happy reading🤗
.
.
.

Tangis sendu kini mengalun  mengiringi detik-detik kepergian Titan dari kehidupan remaja menuju masa dimana Rumah surganya berada. Canda tawa yang telah sekian tahun terukir dengan indah dibalik dinding beton bercat putih itu kini harus Titan tinggalkan. Tempat dimana saksi cinta kasih keluarga tertanam dalam benak kini hanya menyisakan sebaris kata yang ia beri nama kenangan.

Hari ini, hari dimana ia resmi melepas masa lajangnya dan berganti status menjadi istri dari seorang Rakenza Putra Al Farizi, setelah ucapan sakral itu terdengar dengan jelas diiringi kata 'sah' yang diucapkan dengan nada yang terdengar menggembirakan ditelinga Titan.

Saat ini ia tengah harap-harap cemas dengan terus mengeratkan genggaman pada sisi-sisi ranjang yang ada dikamar dan setelahnya ia hanya bisa menangis. Bukan menangisi lantunan ucapan itu.  Namun menangis karena kini ia harus bersiap meninggalkan semua kenangan yang telah ia ukir dirumah ini terlebih setelah akad hari ini esok pagi ia akan bertolak kek Bali guna mengisi waktu bulan madunya yang hanya tiga minggu itu.

Tega memang! Disaat pasangan lain menikmati waktu dengan kemesraan dibulan-bulan pertama pernikahan ia justru harus dipisahkan oleh jarak. Dimana letak dunia serasa milik berdua? jika kenyataanya justru dunia kembali menjadi halangan mereka hidup dalam rumah yang sama.

Ldr versi Titan memang sangat mengenasakan. Akan ada banyak cobaan dan ujian yang mendera terlebih bagi para wanita yang isi kepalanya melebihi isi kepala para cenanyang dan isnting yang melebihi indra penciuman kucing akan sangat mudah terbakar api cemburu dengan insting curiga yang sangat tidak manusiawi.

Terlebih ini kali pertama Titan menjalin cinta dan sayangnya jalan cinta yang ia pilih tak semulus jalan tol.

Tok tok tok

"Titan, Umi boleh masuk?" tanya Umi dibalik pintu kamar Titan.

"Masuk aja Mi. Titan udah siap kok," balas Titan sedikit berteriak lebih tepatnya ia tengah menyembunyikan duka dan air mata yang sedari tadi tak henti terus mengalir bak air disungai.

Perlahan namun pasti pintu kayu itu mulai terbuka dan mulai menampakkan wajah gembira Umi, "Ayo turun!" cicit Umi sembari mengambil posisi duduk disamping Titan yang tengah menatapnya.

"Maafin Titan ya Mi. Titan sering nyusahin Umi. Do'ain Titan supaya bisa jadi istri yang baik dan amanah," ucap Titan sembari menggenggam tangan Umi dan setelahnya mencium kedua punggung tangan itu.

Dengan insting seorang ibu yang peka akan duka dan rasa sedih yang tengah Titan alami. Umi membelai kepala  Putri bungsunya dengan lembut dan penuh kasih sayang setelahnya ia memeluk tubuh putrinya itu dengan erat seakan tak rela jika tuan putrinya pergi dan meninggalknya seorang diri.

Namun ibu tetaplah ibu. Ia akan bersikap realistis bahwa ia sampai kapanpun tak akan pernah bisa menolak akan takdir perpisahan dengan buah hati yang selama 9 bulan lebih hidup dalam rahimnya dan selama belasan tahun ia rawat dengan cinta.

Perpisahan itu pasti akan menyapa. baik itu perpisahan menuju kehidupan rumah tangga, pendidikan maupun kematian. Sebagai seorang Ibu ia hanya bisa ikhlas dan menerima dengan lapang dada sekuat tenaga ia akan menahan gejolak rasa tak terima jika perpisahan itu hadir menyapa namun akal sehat terus meronta agak tetap tegar dan melepas.

"Titan anak Umi yang paling baik, jangan sedih sayang. Umi aja kuat masa kamu nangis sih, Bismillah ya sayang. Kamu pasti bisa jaga nama baik keluarga kamu dan bisa menjadi Ibu sekaligus Istri yang baik buat Suami dan Anak-anak kamu kelak. Do'a Umi akan selalu ada disetiap langkah kamu sayang, udah yu kita turun," balas Umi dengan ketegaran yang ia tunjukan.

Perlahan tangan lembut itu mulai menggenggam tangan dingin yang tersirat akan rasa gugup yang dalam. Dielusnya tangan dingin itu hingga sang empu menoleh dengan pancaran mata yang mulai menghangat pertanda bahwa ia tengah berusaha untuk tegar dan rilex's.

Langkah demi langkah terus mereka susuri hingga kini tugas Umi akan terbagi dengan Abi yang tengah menunggu kedatangan ratu dan tuan putrinya diujung tangga istana kecil yang berhasil ia bangun dan ia gunakan sebagai tempat berlindung.

Netra Abi terus menatap sendu kearah putri kecilnya. Putri yang ia rawat dengan sangat-sangat ekstra. Putri yang sering merengek dan minta dimanjakan dengan berjuta perhatian, putri yang dengan senyum manisnya bisa membuat rasa lelah dan penatnya menguap seketika. Kini hari ini, ia akan membawa sang putri pada pangeran yang telah ia pilih.

Saat dulu Putrinya masih kecil maka pangeran yang akan ia beri tanggung jawab adalah si Sulung yang merupakan pangeran sekaligus algojo bagi putri kecilnya.

Namun kini ia akan memberikan tanggung jawab dan kepercayaannya itu pada putra orang lain. Betapa hancur dan senang hati kala ia benar-benar harus melepaskan salah satu belahan jiwanya pada manusia lain yang belum tentu bisa membahagiakan dan mengawasi belahan jiwanya seperti apa yang ia lakukan.

"Cantiknya putri Abi," puji Abi kala Titan dan Umi telah berdiri dihadapanya. Dengan cepat Titan meraih tangan Abi dan mulai mencium kedua punggung tangan itu.

Kini insting seorang Ayah bekerja dengan sendirinya. Tangan kekar itu kini membelai lembut bagian kepala dari tubuh darah dagingnya. Dipeluknya tubuh itu dengan sayang dan dihujaminya wajah dari sang keturunan dengan ciuman yang lembut. Rasa haru kini menyelimuti ketiga manusia itu,

"Maafin Titan ya Bi. Titan sering nakal, sering bikin Abi jengkel, gak pernah nurut, Titan manja juga, Titan gak pernah bisa bikin Abi bangga, tapi Titan mohon, do'ain Titan selalu ya Bi. Tetap jadi pahlawan Titan juga," ucap Titan dengan menghapus kasar air mata yang berhasil lolos dari netra Abi.

"Iya Abi maafin, tapi nanti lebaran minta maaf lagi ya! InsyaAllah doa Abi selalu ada disetiap langkah Titan. Pasti sayang! Abi akan selalu jadi pahlawan kesiangan kamu, tenang aja! Kalau nanti abi telat, Abi bakalan suruh Abangmu buat jadi Algojo dadakan," balas Abi dengan candaannya. Candaan yang terkesan garing dan tak sesuai dilontarkan ditengah-tengah adegan dramatis yang tengah dilakukan para kaum hawa. Penghancur skenario lebih tepatnya!

"Abi nih! Bisa gak sehari gak bikin Titan kesel? Titan lagi ngdrama juga," senyum masam kini terpati diwajah ranum Titan. Wajah yang kini telah dipoles make up itu semakin terlihat mengagumkan dan menyilaukan mata para kaum Adam.

"Yaudah yu! Kasian tuh pangeran berkudamu," sedikit terkekeh Abi mengenggam tangan kanan Titan dan disebelah kiri ada Umi. Namun sebelum Titan sampai kehadapan sang Pangeran ia kembali dihadang oleh Algojonya, "Tunggu dulu!" cicit si Algojo yang tak lain dan tak bukan ialah Reyhan.

"Apaan sih Bang? Sehari gak bikin malu bisa?" bisik Titan dihadapan wajah Reyhan.

"Ikut kedepan dong, supaya makin bagus dramanya. Bi geseran dikit dong," dengan sedikit menggeser posisi Abi. Reyhan beralih menggenggam tangan Titan dan setelahnya berbisik lirih ditelingan Adik manisnya itu,"De, kamu harus bahagia. Kalau kamu gak bahagia maka semua orang akan kena imbasnya. Kalau nanti Kenza sampai berani bikin kamu nangis, kamu tahu kan kesiapa kamu harus ngadu? Abang gak akan pernah ngelepas kamu gitu aja. Kamu harus ingat itu!"

Karena tak ingin membuat obrolan itu semakin panjang Titan hanya bisa mengangguk pasrah dan setelahnya kembali melangkah kearah dimana sang Pangeran tengah berdiri dengan tegap dengan setelan jas berwarna hitam dengan dasi kupu-kupu yang berwarna putih, sangat-sangat tampan dan menawan dimata seorang Titan.

"Ekhmmm, ngedip!" cicit Reyhan sembari menyenggol pinggang Titan yang kini sudah berada dihadapan sang Pangeran.

Perlahan Abi mulai membuka suaranya dan berpindah tempat menjadi disamping Titan,"Kenza, Abi titip putri Abi ini. Selama ini Abi memperlakukannya layaknya permata yang tidak boleh tergores badang sedikitpun. Ia cahaya dan kunci kebahagian Abi. Bagi Abi dan Umi Titan merupakan malaikat kecil yang berhasil mencuri seluruh cinta dan kasih keluarganya, bagi Reyhan Titan merupakan Adik sekaligus boneka dimana ia bisa bermain dan bercanda ria tapi, kami tidak pernah sedikitpun berani membentak apalagi mengakat tangan. Senakal dan sebobrok apapun Titan, ia tetap putri kami. Kini tugas dan tanggung jawab akan masa depan dan surganya secara resmi Abi berikan pada kamu. Abi hanya bisa mendidik dan menjaga Titan sampai disini, selanjutnya Abi pasrahkan sama kamu. Maaf kalau-kalau Titan putri yang selama ini kami banggakan jauh dari kata baik dan jauh dari bayang-bayang istri idaman versi kamu tapi percayalah selama ini kami selalu mendidiknya dengan baik. Semoga didikan kami tidak salah, Abi minta jangan pernah membentaknya. Sekeras dan seegois apapun seorang wanita cara terbaik dalam menasehati dan mendidiknya hanya dengan kelembutan, jadi perlakukanlah Titan dengan penuh kelembutan dan perhatian," tutur Abi sembari menjulurkan tangan kanan Titan untuk diraih oleh Kenza, dengan senang hati Kenza menerima tangan halus itu dan mulai memapahnya untuk berdiri disampingnya.

"Kenza janji Bi, Ken akan menjaga Titan sama seperti Abi menjaganya selama ini. Do'ain Ken sama Titan ya Bi, semoga keluarga kami bisa menjadi keluarga yang sakinnah mawwaddah dan warohmmah," Kenza mulai mencium tangan Abi dan Umi secara bergantian dan terakhir ia berpelukan dengan Reyhan, "Gue titip Titan. Kalau sampe dia gak bahagia maka,  lo harus siap buat berpisah dan denger! Gue gak becanda. Sekali lo bikin dia nangis maka, gak akan ada yang namanya kata maaf dari gue," bisik Reyhan dengan nada ancaman yang kentara.

Kenza hanya membalas dengan anggukan kepala walaupun ia sedikit ngeri dengan kalimat ancaman itu, di otaknya ia heran, "ini yang Abinya Titan siapa sih? Kok malah sereman Abangnya?" batin Kenza.

Setelah acara drama keluarga Titan berakhir. Kini mereka  mulai melakukan ritual yang biasa dilakukan para pengantin, yaitu mencium tangan suami dan pemasangan cincin.

Perlahan tangan Titan meraih tangan kanan Kenza. Diciumnya kedua punggung tangan itu. Dengan instingnya Kenza menaruh tangan kiri diatas ubun-ubun kepala Titan sembari merapalkan doa yang diaminkan oleh Titan.

Setelah acara itu selesai kini mulailah kegugupan menghampiri Kenza. Dimana ini merupakan kali pertama ia akan mencium bagian dari wajah Titan.

Perlahan ia mulai mendekat kearah Titan hingga kini tak ada jarak yang bisa membatasinya pergeraknnya, dengan napas tertahan Kenza mulai mendekatkan bibirnya pada bagian jidat lapangan golf itu.

Perlahan namun pasti ia mulai mendaratkan satu kecupan singkat dijidat Titan. Dendutaman jantung kini mulai menggema dan setelah hal itu ia lakukan, suara meriah yang dihasilkan dari tangan para tamu mulai terdengar jelas.

Kegiatan selanjutnya pemasangan cincin dijari manis Titan dan sebaliknya. Hingga akhir acara tak ada sedikitpun kata yang Titan dan Kenza lontarkan, sama-sama bungkam hingga, "Malam ini lu siap-siap!" ucap Kenza sembari berbisik ditelinga Titan yang tengah fokus bersalaman dengan keluarga dari kedua belah pihak.

"Malam ini ada apa? Jangan bilang...ahh enggak gue belom siap!"
.
.
.
Pangandaran, 23 Juni 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro