LDR Dimulai

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sebelum membaca harap follow dulu aku wattpadku ya😊
Dan jagan lupa vote sama komennya❤
Maaf masih banyak typo🙏
Happy reading🤗
.
.
.


Hari demi hari terus berlalu, kini tepat sudah 1 bulan usia pernikahan Titan dan Kenza, banyak tawa dan ceria yang telah mereka lalui bersama.

Perlahan namun pasti cinta mulai tumbuh dihati keduanya, namun sayang semesta tak berpihak pada dua insan yang sedang dimabuk asmara ini.

Cinta sedang bermekar namun jarak akan menjadi pemisah, menyedihkan dan mengenasakan

Titan tak hentinya terus bertarung dengan akal sehatnya, ia sebenarnya tak ingin berpisah dengan Kenza, secuek dan senaib apapun Titan, ia tetaplah perempuan si mahluk perasa, ia masih memiliki rasa cemburu dan jelas overthinking yang berlebih, rasa was-was dan takut sering kali hinggap dibenaknya. Terlebih ia masih meragu akan kesetiaan Kenza.

"Gue harus gimana? Gak mungkin kalau gue ikut, gak mungkin juga kalau gue nyuruh Kenza pindah, arghhh, pen nangis," batin Titan yang tengah mondar-mandir bak setrika didalam kamarnya. Setelah liburan yang cukup panjang dan romantis, Titan dan Kenza memutuskan untuk pulang terlebih dahulu kerumah Titan, baru siang nanti mereka kerumah Kenza guna pamit dan bersiap mengantarkan Kenza kebandara.

"Bisa gila gue kalau gini terus! Kenapa sih? Kok cinta serumit ini?" sembari terus mengacak-acak rambutnya, Titan tak henti terus beradu argumen dengan dirinya sendiri, termata pelik jika ia terus diam dan menganggap semuanya baik, terlebih ada satu hal yang membuatnya semakin kalut.

"Hiks hiks, Kenza, Titan takut ditinggal sendirian, hiks hiks," lelah dengan argumen yang tak henti terus nangkrik dia akal sehatnya, kini Titan lebih memilih meringkuk diatas kasur dengan memeluk erat gulingnya, terlebih kini moodnya tiba-tiba down dengan ditandai dengan tangis lirihnya.

Tok tok

Suara ketukan pintu berhasil menghentikan tangisnya, dengan mata yang masih sembab dan hidung yang mulai mengeluarkan cairan bening, ia mulai berjalan kearah pintu dan didetik berikutnya pintu itu berhasil dibuka dan menampakkan wajah Kenza yang nampak keheranan dengan pemandangan yang ada didepannya.

"Astagfirullah, Ajwa kamu kenapa? Ayo masuk dulu," ucap Kenza sembari menggandeng tangan Titan dan membawanya untuk duduk disofa kamar Titan.

"Coba cerita, kamu kenapa?" tanya Kenza sembari membelai helai demi helai rambut pirang Titan.

"Hiks hiks, aku... Aku gak bisa hiks hiks, kenapa? Kok... Air matanya... terus keluar? Hiks hiks," ucap Titan dengan terbata-bata.

"Nangis aja, gak papa kok! Tapi nanti kalau aku gak ada didekat kamu, kamu jangan nagis lagi ya," balas Kenza sembari membersihkan ingus yang mulai keluar dengan deras, tanpa jijik Kenza membersihkan ingus itu dengan tangan kosong, lalu setelahnya baru ia membersihkan dengan tisu, lebih tepatnya membuang ingus yang ada ditangannya kebenda putih bersih itu.

"Huakkk, kamu... jangan pergi. Aku gak mau... sendirian, huakks" jawab Titan dengan isak tangis yang semakin kencang.

Karena tak tega dengan Titan yang terus menagis, akhirnya dengan nalurinnya Kenza mulai membawa Titan pada pelukan hangatnya, perlahan Titan mulai tenang berada dipelukan Kenza, dan tak hentinya Kenza terus membelai rambut dan punggung Titan, hingga kecupan demi kecupan ia berikan diubun-ubun kepala Titan, bau shampo beraroma khas bayi mulai menyeruak diindra penciuman Kenza, wangi khas bayi yang akan dirindukan Kenza selama 1 tahun nanti, wangi yang telah berubah menjadi candu diindra penciuman Kenza, tanpa sadar Kenza mulai terbuai dengan wangi bayi itu, hingga ia mulai bertindak diluar batas, perlahan ia mulai menggoda Titan dengan meniup-niuo daun telinganya, beralih dengan mencium hangat daun telinga itu dan tak tinggal diam tangan kirinya ia gunakan guna menelusup kebagian dalam pakaian Titan, hingga karena mulai tidak terkontrol Kenza berbicara dengan pandangan penuh hasrat, "Tan, boleh ya? Ini kan yang terakhir, abis itu kita puasa," ucap Kenza pada akhirnya.

Titan, ia hanya menanggapi dengan anggukan, walaupun kegiatan itu telah sering mereka lakukan, tapi Titan tetap saja malu, wajarlah perempuan emang gengsian.

Entah beraba lama mereka bermain hingga kini waktu telah menunjukkan jam 4 sore itu artinya tinggal hitungan jam mereka berpisah.

Tok tok

"Tan, Ken bangun, ada Bunda sama Ayah dibawah!" ucap seseorang dibalik pintu kamar Titan.

Titan yang mulai terusik dengan suara nyaring itu akhirnya membuka mata indahnya dan duduk sembari bersandar dikepala ranjang guna mengumpulkan kembali nyawanya, setelahnya ia berjalan dengan selimut yang melilit sempurna ditubuh polosnya, perlahan ia mulai membuka pintu, tapi sayangnya pintu kamar mandi yang ia buka dan kegiatan selanjutnya, jelas ia memilih untuk mandi dan sebelum ia keluar ia memastikan satu hal yang terus saja mengganjal dibenaknya.

Perlahan ia mulai mengeluarkan benda pipih itu dari laci meja yang ada dikamar mandinya, dengan harap-harap cemas ia mulai berjongkok dan mengeluarkan cairan sisa bahan bakarnya yang ditampung diwadah berbentuk bulat seperti tabung itu, lalu ia mulai memasukan benda pipih tadi yang jumlahnya tidak hanya satu, setelah menunggu beberapa menit, ia mulai ternganga dengan hasil yang ditunjukan benda pipih itu, "Ini beneran kan? Gue beli yang masih baru kok! Gue harap ini bener! Sabar Tan, perjalanan hidupmu selanjutnya gak akan mudah, semangat Titan demi dia," cicit Titan sembari mengelus permukaan perutnya yang rata.

Setelahnya ia keluar dan langsung menuju walk in closet dan mulai berganti pakaian dengan gamis berwarna hitam dengan kerudung yang berwarna senada, sedikit memoles wajahnya dan terakhir menyemptot badannya dengan parfum dengan bau khas bayi. Maniak bayi banget deh!

Setelah dirasa pas dan cantik pastinya, Titan mulai berjalan keluar dan menemukan sosok Kenza yang masih terbaring diatas pembaringan, dengan menghelas napas panjang, Titan mulai menggoyang-goyangkan tubuh Kenza, lengkuhan-lengkuhan kecil mulai terdengar karena tidak sabar, akhirnya Titan menjepit hidung manusia itu dan tepat! Kenza langsung bangun dengan nyawa yang masih melayang tapi terhalang dengan ekspresi kagetnya, "Astagfirulah! Ajwa aku ini suami kamu loh, kalau mau bangunin aku pake ciuman kek," ucap Kenza.

"Udah kali, tapi kamu tidur kayak mayat! Udah sana mandi, abis itu shalat. Bunda sama Ayah ada dibawah, ayo kebawah! Malu tahu! Kita yang niatnya mau kesana malah mereka yang kesini," jawab Titan dengan kekesalan yang mulai memuncak.

"Iya iya, yaudah kamu tunggu dulu disini. Sekalian beresin kasur tuh! Abis aku mandi sama Shalat kita turun kebawah, jangan keluar duluan," ancam Kenza sembari berlalu kearah kamar mandi, dengan sabar Titan terus menunggu disofa kamarnya, selesai beberes kasur dan mengganti sprei sekaligus selimut, Kenza tak kunjung keluar dari kamar mandi.

"Buruan! Lama," ucap Titan yang mulai tak sabar.

"Iya ini udah kok. Tinggal ngeringin rambut," balas Kenza.

"Keluar dulu, abis itu aku bantu keringin rambut," jawab Titan lagi.

Perlahan pintu kamar mandi mulai terbuka, menampakkan wajar segar Kenza dengan handuk yang melilit dibagian bawah perut ratanya, "Kamu pake baju dulu gih!" ucap Titan setelah melihat kondisi tubuh Kenza yang kini membuat Titan kelabakan karena tak bisa berhenti terus memandang tubuh atletis milik Kenza.

"Udah biasa liat juga, yaudah aku ganti baju sekalian shalat, abis itu keringin rambut aku," balas Kenza sembari berlalu meninggalkan Titan.

Setelah 30 menit Kenza bergantu baju dan shalat kini Titan mulai menjalankan tugasnya dengan terus membolak balik rambut Kenza secara acak guna terpaan angin panas yang berasal dari hair dryer itu menerpa setiap inci rambut hitam legam Kenza, "udah, yu kebawah," ucap Titan setelah menata dengan rapih rambut Kenza.

Berjalan bergandengan dengan terus melempar senyumanan, terlihat romantis, kemesaraan itu terus berlanjut hingga mereka sampai dihadapan keluarga mereka yang tengah berbincang ria diruang keluarga rumah kediaman Titan.

"Pasutri baru emang beda ya Bund," cicit Reyhan dengan nada mengejeknya.

"Nikah makanya!" balas Titan asal dan setelahnya ia mulai bergabung dengan obrolan ringan dua keluarga besar itu.

"De, lo kok agak aneh ya!" ucap Reyhan membuyarkan obrolan hangat yang tengah terjalin.

"Apaan sih Bang! Lo sotoy amat," jawab Titan.

"Gue gak boong, lo sekarang moodyan banget dan gue liat-liat badan lo gendutan! Besok lo ngampus, pasti temen-temen lo pada nanya lo kemana selama sebulan. Lo mau jawab apa?" tanya Reyhan semakin panjang.

"Buka urusan lo," balas Titan singkat.

Tak terasa obrolan itu terus berlanjut hingga kumandang adzan magrib terdengar, para lelaki kini mulai bersiap untuk beribadah ke masjid dan para wanita mulai sibuk beribadah dimushola yang ada dirumah Titan.

"Tan, kamu kenapa sayang?" tanya Bunda yang mulai merasa ada yang aneh dengan sikap menantunya ini.

"Iya Tan, gak biasanya kamu diem, Umi aja sampe gak nyangka kalau kamu anak Umi," timpal Umi dengan candaan garingnya.

"Titan gak papa kok," jawab Titan, namun setelahnya ia justru menangis.

"Loh, kok jadi nangis sih? Sini-sini Bunda peluk," perlahan bunda mulai memeluk Titan yang tengah menangis, dielusnya punggung Titan, Umi kini hanya menatap keheranan pada anak gadisnya.

"Udah Tan, Kenza pasti setia kok, lagian cuma setahun kalian gak ketemu, Kenza juga bisa pulang walaupun cuma sekali, udah ya!" kata-kata motivasi terus keluar baik itu dari mulut Umi maupun Bunda, perlahan Titan mulai tenang dan kini mereka tengah bersiap untuk menyajikan hidangan makan malam.

Setelah semua kegiatan rampung, Kenza mulai mengeluarkan suranya guna pamit, setelah acara halal bihal ehh salah perpisahan masksudnya, kini Kenza mulai menata dua koper besarnya dibagasi mobil yang siap membawanya kebandara, keluarga yang lainpub sudah bersiap untuk mengantarkan Kenza kebandara.

Perjalanan menuju bandara kali ini cukup menyayat hati, terutama bagi Titan, ia terus berusaha menahan air matanya yang siap turun hingga mereka sampai dibadaran dan mengurus beberapa dokumen, Titan masih diam membisu guna menahan tangis. Hingga saat Kenza mulai bersiap memasuki pintu burung besi itu Titan bercicit dan langsung memeluk tubuh suaminya dan berkata, "Jaga diri disana, jangan nakal! Aku sama dia butuh kamu," ucap Titan didalam pelukan Kenza.

"Dia? Siapa?" tanya Kenza dan pelukan itu terlepas karena pertanyaan Kenza barusan.

"Iya dia," jawab Titan sembari membawa tangan kanan Kenza kearah perut ratanya.

"Kamu..."
.
.
.
Pangandaran, 29 Juni 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro