Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Nikolai menatap pengantinnya yang terbaring kelelahan di atas ranjang. Wajah mungil dengan keringat membasahi dahi dan membuat anak-anak rambut menjadi lengket. Ia melajukan kursi roda, mendekati ranjang dan menatap makin dalam. Tidak habis pikir bagaimana gadis muda sepertinya, ingin menikah dengan laki-laki cacat sepertinya.

Iris berambut merah, dengan kulit putih. Gadis yang selalu tersenyum pada setiap orang. Sayangnya, semua orang bisa mengerti keputusan Iris untuk menika dengan Nikolai. Bahkan Nikolai pun tidak.

"Apa yang kamu harapkan dariku, Iris? Laki-laki tua yang cacat?" bisik Nikolai. Ragu-ragu menyentuh punggung tangan sang istri dan menguspanya. "Kenapa menyia-nyiakan hidupmu?"

Jantung Nikolai hampir copot saat mata Iris mendadak terbuka. Mereka saling pandang dan tanpa diduga Iris tersenyum lebar.

"Tuan, apa bisa aku memanggilmu, Sayang?"

"Apa?"

Iris terduduk, meraih tangan Nikolai dan menggenggamnya. "Kita sudah suami istri, apakah aku boleh memanggilmu dengan sayangku, cintaku, dan panggilan semacam itu?"

Nikolai ternganga, mengedp bingung. Baru kali ini ada orang yang begitu berani padanya. Hampir semua orang yang ditemuinya merasa takut, tapi Iris benar-benar berbeda.

"Tapi, kalau Tuan merasa nggak nyaman, nggak apa-apa."

Nikolai berdehem kecil. "Buatku nggak masalah, kalau kamu suka."

Iris terbelalak. "Benarkah? Aku bisa memanggil Tuan dengan sayangku?"

Saat Nikolai mengangguk, Iris melompat dari ranjang dan memeluk erat suaminya. "Terima kasih, Tuan. Akhirnya, aku punya suami. Maksudku, suamiku adalah kamu. Bukan begitu, akhirnya aku menikahimu. Ah, kenapa melantur, sih?"

Nikolai ternganga, tidak mengerti harus bagaimana saat tubuh yang lembut memeluknya erat. Seribu macam perasaan bergemuruh di dada. Perempuan cantik berambut merah ini adalah istrinya. Datang begitu saja dalam kehidupannya dan mendobrak dinding keangkuhan yang membelenggunya.

Nikolai tidak tahu, bagaimana reaksi Iris saat tahu kalau ada rahasia besar yang disembunyikannya. Apakah istrinya masih akan bersikap sama?

.

.

.

.

.

.

Hadir segera

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro