03

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Berita Bagas menyatakan perasaannya pada seorang perempuan membuat seorang gadis yang tengah berdiri di pinggir lapangan menghela nafasnya lega. Baru kali ini, Airina mendapati Bagas menyatakan perasaannya pada seorang gadis cantik yang sangat dikagumi banyak orang. Setahunya, Kalila bukan seorang gadis yang berasal dari keluarga kaya raya. Tetapi, gadis sederhana ini mampu membuat seorang Bagas bertekuk lutut padanya.

Airina merasa tidak percaya diri saat mengetahui bahwa Bagas menyatakan perasaannya untuk Kalila. Kalila yang cantik dengan kesederhanaan, bagaimana dengan dirinya? Apa ia bisa disebut cantik? Gadis itu menghela nafasnya pelan, sepertinya ia tidak boleh banyak berharap pada apa pun.

"Irin!"

Airina melirik seseorang yang datang dengan gerakan malas membuat senyuman Diandra yang tadinya ceria mendadak hilang tergantikan dengan rasa penasarannya, "ada apa kok gitu?" tanya Diandra.

Airin tanpa kata segera meninggalkan Diandra yang masih bingung di tempatnya. Diandra menoleh ke arah orang-orang yang mulai membubarkan diri dan terlihat Bagas yang sedang duduk di hadapan Kalila. Diandra membulatkan matanya dan segera melangkah pergi menyusul Airin.

Airin segera kembali ke kelasnya dan melemparkan buku tebal yang ia dapatkan dari gurunya untuk mengajari Bagas besok. Gadis itu menghela nafasnya dan duduk di kursinya, ia menatap jam dinding dan lagi-lagi menghela nafasnya. Kenapa hari ini terasa lama sekali? Baru pukul 11.03 WIB, entah kenapa minggu-minggu ini banyak guru yang tidak masuk ke kelasnya. Seperti sekarang ini, mereka bebas ke mana saja asal mengerjakan tugas.

"Irina...."

Teriakan Diandra membuat Airin berdecak kesal, kenapa sahabatnya masih mengejarnya? Kemudian, Diandra muncul dari balik pintu dan menghampirinya. "Irina! Tega lo ninggalin gue," kata Diandra dengan nada cemprengnya.

"Di, berisik ih! Nggak enak sama yang lain," kata Airin yang tidak dihiraukan oleh Diandra.

"Jadi, lo keliatan galau gara-gara lihat Bagas nembak Lila?" bisik Diandra.

Airin membulatkan matanya mendengar bisikan dari Diandra, "ih nggak ya!" pekiknya membuat Diandra tertawa kencang. "Diem, Di. Gue nggak ada perasaan apa-apa sama Bagas."

"Ah, masa?"

Airin mendengus.

"Serius deh, lo kan udah pernah berduaan ya ... meskipun belajar, tetep aja berduaan. Gimana perasaannya, deg-degan nggak?" selidiknya membuat Airin mendengus.

"Kalau nggak deg-degan mati," ketus Airin.

"Wah, kalau tadi Lila nerima Bagas ... kira-kira lo bakal mundur nggak ya? Jujur sama gue kalau lo sebenarnya mau dekat-dekat Bagas kan?!" tuduh Diandra membuat Airin mengerutkan keningnya, kenapa jadi dia yang dipojokkan?

"Jadi kalau Bagas sama gue, lo nggak apa-apa?" tanya Airin iseng, hanya saja langsung membuat Diandra terdiam. Airin pun langsung bungkam melihat reaksi sahabatnya, "gue salah ngomong?"

"Jadi bener lo suka sama Bagas?'

***

Airin termenung di tempatnya, sesekali melirik Bagas yang sedang menyetir mobil lewat ekor matanya. Hari ini ia dipaksa untuk mengajari Bagas karena hari Sabtu nanti Bagas ada acara sendiri, Airin sebenarnya malas mengingat ia pulang sore dan sekarang ia harus mengajari Bagas yang mungkin menghabiskan waktu 2-3 jam.

"Lagian besok libur, nggak masalah kan?"

"Iya terserah lo," kata Airin singkat.

Bagas menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang, di sampingnya terdapat seorang gadis yang tampak santai dan diam di tempatnya. Sepertinya Bagas tidak betah melihat Airin yang diam saja, akhirnya ia memulai percakapan dan siapa sangka ternyata gadis itu menjawabnya.

"Lo tau Lila?"

Airin mengangguk tanpa menatapnya, Bagas tersenyum tipis membayangkan jika dirinya bersama Lila sekarang. "Dia nolak gue gara-gara gue sombong, emang gue sesombong itu ya?" kata Bagas membuat Airin tampak tertarik.

"Iya, lo sombong."

Bagas tampak sedikit berpikir, "tapi kayaknya gue wajar deh, nggak yang kebangetan. Masa iya?" katanya bermonolog, Airin hanya diam saja karena ia tidak tahu harus menanggapi pertanyaan itu dengan apa.

"Lo nggak tau kalau Lila udah punya pacar sekarang?" tanya Airin membuat Bagas menatapnya, Airin menoleh ke arah Bagas. "Lila wajar nolak lo, dia udah punya pacar. Aidan namanya, anak sekolah sebelah. Gue pernah beberapa kali ketemu sama dia, dan orangnya lebih ganteng dari lo. Dia-"

"Stop!" potong Bagas. "Jadi lo bilang kalau gue kalah ganteng makanya gue ditolak? Beuuhh! Enak aja kalo ngomong," lanjutnya membuat Airin tertawa kecil dan Bagas terkejut melihatnya.

Airin tertawa lagi. "Benar-benar ya, kalau gue yang salah ngomong tetap salah di mata lo. Kalau lo yang ngomong, lo nggak ngerasa bersalah sedikit pun."

Santai tapi menusuk. Bagas terdiam kaku, apa selama ini perkataannya benar-benar keterlaluan? Ah sepertinya tidak, "lo mau makan apa?" tanya Bagas yang bingung harus menanggapi perkataan Airin yang mungkin memang benar adanya.

Bagas menghentikan kendaraannya di parkiran rumahnya, Airin turun membawa buku-buku yang sudah di siapkan. Setelah itu, Bagas mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah. "Gue ganti baju dulu," kata Bagas.

***

"Lo inget nggak sih kalau kita pernah satu kelas?"

Pertanyaan Bagas membuat Airin yang tadinya sedang membaca buku biologi mendadak menghentikan aktivitasnya dan menatap Bagas. Kemudian, gadis itu mengangguk kecil. Ia ingat sekali.

Bagas mengetuk-ngetuk pulpen pada mejanya, cowok itu tampak kebingungan menjawab soal-soal yang ada di depannya. Airin memberinya soal matematika kelas 10, seharusnya ia bisa menjawabnya. Iya jika saat itu ia tidak bolos, mungkin ia bisa mengerjakan semuanya.

"Gue nggak paham," kata Bagas.

Airin mendongak lagi, "lihat materinya dulu, itu udah lengkap banget. Lagian tadi gue udah ngajarin, mana yang masih belum lo paham?" kata Airin seraya menghela nafasnya. Ia pikir seiring berjalannya waktu, Bagas lebih mudah diajari. Ternyata sama saja!

Airin menatap Bagas yang menggunakan kacamatanya, terlihat keren! Bagas tampak berpikir lagi, ia bingung apa yang harus dikatakan pada Airin. Karena sebenarnya ia malas- ah iya dia sangat malas! "Lo sering baca buku, tapi mata lo baik-baik aja?"

Airin mengerutkan keningnya, "maksudnya?"

"Mata lo, sehat kayaknya."

Bagas melepaskan kacamatanya dan memperhatikannya. Airin mengerti akan hal itu dan terkekeh kecil, "yang penting cara bacanya bener, kalau salah ya bisa nggak baik buat mata."

"Lo bohong ya?"

Airin mengerutkan keningnya lagi, kenapa tiba-tiba Bagas menanyakan hal itu? Dan lagi kenapa sekarang dia malah mendekat ke arahnya. Airin menahan napasnya, wajah Bagas benar-benar berada di hadapannya.

Setelahnya, tatapan mereka bertemu membuat degup jantung keduanya menggila.

"Lo pake softlens kan?" selidik Bagas dengan santai.

"Itu soal lo dikerjain!" ujar Airin yang tampak salah tingkah dengan kelakuan Bagas yang menyebalkan, untuk apa dia mendekatkan diri hanya untuk melihat dirinya pakai softlens atau tidak?!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro