05

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Lemparan bola yang Bagas ciptakan memasuki ring yang membuat orang-orang di tepi lapangan bersorak-sorai mendukung cowok tampan yang sayangnya tidak mampu mendapatkan cinta seorang gadis sederhana seperti Kalila. Senyumannya mengembang melihat sosok Airin ada di salah satu kursi yang ada di sana, dan hal itu membuat para siswi berteriak ramai.

"Eh gilaaaaa!"

"Pegangin, gue mau pingsan."

"Ya Tuhan, kak Bagas senyum ke gue."

Pertandingan basket telah usai membuat kelompok Bagas bertos ria karena bisa memenangi pertandingan antarkelas itu dengan sangat baik. Bagas berlari ke arah tribun, menyapa guru cantik yang sedang duduk di salah satu kursi membuat semuanya heboh seketika.

"Hai," sapa Bagas.

Rasa ingin menenggelamkan diri meningkat drastis, tatapan gembira para penonton- khususnya perempuan- tergantikan tatapan tajam yang mengarah padanya. Airin tidak bisa ke mana-mana sekarang, karena Bagas sudah duduk di sampingnya. "Eh- iya hai."

"Udah makan?"

Sontak kepala gadis itu menggeleng perlahan, Airin merutuki dirinya yang sudah seperti anak kucing. Bagas tersenyum lembut ke arahnya, pikiran gadis itu memperingati. Jangan terlena!

"Kan semalem gue udah bilang, jangan lupa makan. Nanti lo sakit loh," kata Bagas membuat tatapan-tatapan itu semakin tajam menusuk ke arah Airin. Gadis itu merasa tertusuk oleh pandangan mereka dari berbagai arah, ia merasa ingin menghilangkan diri sekarang.

"Gue ke kelas dulu ya?" katanya setengah gugup.

"Ayo kantin!" Bagas tersenyum tipis, "gue traktir, nanti kamu sakit kalau nggak makan."

"Udah deh nggak usah sok nolak."

"Jijik."

"Ih nggak mau, nggak suka gelaaay."

Siapa manusia sialan yang menyebutkan deretan kata yang terdengar menyebalkan? Airin yang menyadari jika perempuan yang ada di sekelilingnya iri padanya pun tersenyum, "yuk," katanya.

Jam sudah menunjukkan pukul 09.23 WIB, setelah Bagas selesai membersihkan diri ia berjalan menuju gazebo di mana terdapat guru cantik yang sedang menunggunya, "Hai guru cantik."

Airin mengerutkan keningnya, "guru cantik?"

"Iya, lo guru terbaik menurut gue. Yuk ke kantin," ujarnya, tanpa menunggu lama lagi Airin mengikuti langkah kaki Bagas yang ada di depannya.

Sedangkan Bagas yang menyadari Airin tidak ada di sampingnya pun menoleh ke kanan kiri lalu ke belakang. "Ngapain jalan di situ?"

"Gapapa, kenapa?"

Bagas berdecap malas, "lo harus jalan di samping gue, nggak mau tau!"

***

Di sinilah Airin, terdampar bersama orang yang katanya adalah sang murid yang bertanya ini itu kepadanya, cowok itu sudah seperti anak kecil yang selalu penasaran dengan apa yang dilihatnya dan penasaran dengan jawaban dari sang orang tua. Lebih kesalnya lagi, Bagas menanyakan hal pribadi Airin membuat gadis itu bertanya-tanya. Ada apa dengan cowok itu?

"Lo suka biru apa merah?"

"Biru."

"Kenapa suka biru? Padahal merah bagus," katanya seraya mengunyah makanan. "Merah kan berani, berarti lo cemen ya?"

"Suka aja, kalo gue cemen kenapa?" tanya Airin sedikit kesal.

"Oke skip, lo suka cowok romantis apa humoris?" tanyanya membuat Airin yang sedang memakan minya hampir saja tersedak. "Minum dulu," katanya memberikan gelas berisi minuman yang tentu saja langsung diterima oleh gadis itu.

"Kenapa sih nanya itu?"

"Ya kali aja teman gue ada yang nanya tentang lo, masa gue nggak tahu apa-apa sih. Kan nggak lucu," kata Bagas seraya sibuk menatap seolah mencari sesuatu dalam burger yang sudah digigitnya.

"Ya nggak usah dijawab lah, ngapain? Nggak penting tahu?" kata Airin.

"Jangan jutek-jutek kenapa? Ntar lo nggak laku loh," kata Bagas menatap Airin yang sedang meminum minumannya.

"Lo juga nggak laku kalo lo lupa," katanya setelah berhasil mendaratkan gelas berisi minuman di atas meja dengan selamat.

Bagas berdehem, "ya udah kita sama-sama nggak laku jadinya, kali aja jodoh."

Jantung Airin berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya mendengar penuturan dari cowok di depannya, "mana bisa gitu," jawabnya asal.

"Lah emang gitu kan? Ga laku sama ga laku, beuuh cocok nggak? Berarti emang takdir, kan nggak laku-laku."

Airin menghela nafasnya pelan, "ya terserah deh."

Baru kali ini ada orang yang nggak laku tapi percaya diri.

Bagas mengerutkan keningnya dan menaruh sisa burger di atas kertas tempat burger yang ia beli. Matanya menatap manik mata Airin membuat gadis itu sedikit gugup, "lo capek ya? Pulang aja yuk? Lagian harusnya lo udah pulang dari tadi."

Airin menggelengkan kepalanya, "nggak gue nggak capek kok, mumpung hari ini free lo mau belajar apa gitu? Hari sabtu nanti gue ada acara keluarga, nggak bisa ngajarin lo."

Bagas tampak berpikir, "boleh."

***

"Beli makanan dulu."

Airin mengangguk kecil, Bagas menghentikan kendaraannya di sebuah minimarket yang tak jauh dari rumah cowok itu. Airin hanya diam saja tanpa berniat untuk turun, karena ia pikir Bagas sendiri saja masuk ke dalam. Berikutnya gadis itu dibuat terkejut oleh Bagas yang tiba-tiba membukakan pintu untuknya.

"Ngapain?"

"Nggak mau turun? Hari ini gue traktir lo, sepuasnya. Ayo," serunya. Airin mau tak mau keluar dan berjalan di samping Bagas, gadis itu memegang tali tasnya sangat erat karena demi apa pun ia gugup!

Bagas mengambil troli yang tak jauh dari pintu, cowok itu mendorong pelan troli menuju rak-rak makanan. Airin hanya diam mengikuti langkah kaki Bagas, Bagas mengambil beberapa minuman dan makanan ringan.

"Lo mau beli apa? Gue yang bayar kok, tenang aja. Ayo pilih," kata Bagas.

Airin memilih beberapa keripik kentang bermerk dan permen kenyal kesukaannya serta cokelat yang tampak menggiurkan. "Udah."

Bagas yang melihat belanjaan Airin sedikit pun menambah makanan ringan dan menambah jumlah cokelat. Airin benar-benar irit, dia hanya mengambil satu batang cokelat. Sekali-kali jadi cowok peka.

15 menit kemudian...

Setibanya mereka di rumah Bagas, Airin melepaskan tasnya dan duduk di salah satu sofa yang biasa ia gunakan untuk belajar bersama Bagas. Tadi Bagas izin ke atas untuk mengambil sesuatu, Airin hanya menunggu di bawah.

"Non, minumnya. Jangan lupa di minum ya," kata ART yang memberikan minuman kepadanya. Airin tersenyum tipis dan mengangguk, Airin izin ke toilet untuk membasuh wajahnya yang tentu saja diangguki ART itu.

Di sisi lain, Bagas membawa laptopnya ke bawah. Ia sebenarnya sedang malas belajar, untuk itu ia hanya akan mengajak Airin untuk menonton film. Bagas mengerutkan keningnya saat tak menemukan gadis itu di tempatnya, tak lama kemudian Airin muncul dari arah dapur dengan wajah segarnya.

"Ayo nonton!"

Airin mengangkat sebelah alisnya, "lo kan bilangnya belajar, gimana sih? Gue pulang aja ya?" kata Airin yang hendak memakai tasnya, berniat untuk pulang.

Bagas menggeleng, "gue cuma pengen ditemenin aja, sama lo. Lagian gue masih harus pelajari yang lo kasih tau minggu lalu, lo temenin gue nonton ya? Please...."

Airin yang mendengar suara memelas Bagas membuat gadis itu luluh, "ya sudah."

Lo kenapa sih?!

***

Ify_Infinity

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro