P r o lo g

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

#REPOST DENGAN TYPO DI MANA-MANA

Aku masih memandangnya dari atas lantai 3 gedung 03, dia di sana, di gedung pusat study layanan penyandang disabilitas . Tak pernah kubayangkan bagaimana menjadi dirinya yang tak bisa mendengar seumur hidupnya. Dia tak sempurna, dia tak seperti mereka yang sibuk menghisap cerutu di kantin fakultas, atau mereka yang sibuk berkoar di ormawa menuntut aspirasi. Dia tak pernah tahu bagaimana hujan bersuara, dia bahkan tak pernah tahu bagaimana rupa suaranya sendiri. Jangan harapkan dia memiliki suara indah, tidak sama sekali. Aku selalu kesulitan memahami apa yang diutarakan olehnya, dia berbicara seperti baru belajar, padahal kutahu usianya hampir dua puluh dua tahun. Dan tolong, jangan berpikir dia seburuk itu. Kalau kamu tahu rupanya, kamu tak akan mengira jika dia satu diantara jutaan ketidaksempurnaan di dunia ini. Dia hanya tersenyum. Ya, aku tahu, senyumnya pernah dirundung duka bahkan mungkin hingga kini.

Tulisan ini, aku goreskan untuknya, dia yang sedang berjuang dengan meraih mimpinya, dia yang bercita-cita jadi pendidik dan dia yang membuatku pada akhirnya bersemangat menjadi relawan untuk teman-temannya, dia pula yang membuatku sadar, ada jutaan ketidaksempurnaan yang dirundung keberuntungan di dunia ini. Dia adalah, Alvin—benar adanya.

"Tidak semua manusia itu dilahirkan dalam keadaan sempurna dan dilimpahi keberuntungan, ada kalanya beberapa diantara manusia hidup dalam kekurangan. Ada yang hidup dalam kegelapan ada juga yang hidup dalam kesunyian. Satu hal, jangan pernah memandang mereka sebelah mata, karena tanpa kamu duga mereka memiliki hal luar biasa yang tak kamu miliki sebagai yang sempurna."

15 April 2016

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro