Gak mungkin

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Iori! Kesini bentar dong! "

Teriakan dari dapur sedikit membuat pemuda berumur 17 tahun itu tersentak. Dengan bergegas ia menutup laptop yang ia gunakan dan berjalan menghampiri orang yang memanggilnya.

"Ada apa Nii-san? "

Yang dipanggil menolehkan kepalanya, dengan senyum lebar ia menyerahkan secarik kertas kearah adik satu-satunya itu.
"Beliin apa yang Nii-chan tulis disini yah! Terus ini uangnya"
Anggukan pelan Iori lakukan tanda ia paham dengan perintah kakaknya. Ia pun berjalan menuju pintu untuk segera membelikan apa yang dibutuhkan oleh kakaknya.

"EH MAU KEMANA?! "

Kembali Iori tersentak, ia menoleh kearah kakaknya yang tengah mengacungkan kemoceng kearah dirinya. Iori memiringkan sedikit kepalanya sambil memasang wajah bingung.

"Membelikan apa yang dibutuhkan Nii-san di mini market, ada yang salah? " kata Iori dengan nada yang entah mengapa terdengar polos.
Mitsuki menepuk dahinya, namun karena terlalu keras dalam menepuk ia mengaduh pelan. Terlihat dahinya sedikit memerah karena tepukan maut dari tangannya. Pantaslah bila sang leader IDOLiSH7 segera terbangun dari mimpi nistanya saat ia menabok dahi lebarnya. Memang sakit kok batinya sambil tetap mengelus dahinya.

"Nii-san tak apa? " tanya Iori dengan raut khawatir mengabaikan ulah tak jelas dari kakaknya. Mitsuki mengacungkan jempolnya tanda ia tak apa-apa.
"Hah... Iya Nii-chan tau kamu mau beli apa yang Nii-chan butuhkan. Tapi berpakaianlah yang baik, adikku yang tampan"

Iori berkedip-kedip sebentar tanda belum 'konek' dengan ucapan Mitsuki. Kembali Mitsuki menepuk dahi, kali ia kurangi kekuatan tabokannya.
"Lihat celanamu, Iori" kata Mitsuki dengan lembut plus senyum manis semanis teh manis di bulan puasa.
Iori menatap celana yang ia pakai, lebih tepatnya... Kolor warna ijo gambar keropi pula :D

"Ah... "
Iori terlihat sedikit panik. Wajahnya terlihat memerah dengan sedikit asap keluar dari atas kepalanya. segera ia berlari meninggal Mitsuki.
Mitsuki yang melihat tingkah polos adiknya terkikik geli.
"Fuh... Tak kusangka dia bisa ceroboh juga" gumam Mitsuki sambil geleng-geleng kepala.
Tak lama sang adik kembali, tanpa menoleh ia segera berlalu kearah pintu.
"A-aku berangkat! "

Menggeleng pelan dengan raut wajah maklum, Mitsuki membalas salam Iori lalu melanjutkan acara memotong sayuran yang sempat tertunda.

BRAKK!

"EH COPOT COPOT-" Latah Mitsuki.
Sambil mengelus dada tepat di jantungnya yang berdetak kencang ia melihat seorang makhluk yang tengah berdiri diambang pintu ruang santai yang bersampingan dengan dapur.
"Eh! Kalo buka pintu berakhlak dong! Rusak nanti-"
"Riku mana? " potong makhluk itu tanpa rasa bersalah.

Perempatan tak kasat mata muncul didahi Mitsuki. Kembali mengelus dada agar diberi kesabaran ekstra dari tuhan.
"Tunggu aja disitu, biar gue panggil- Eh Riku baru bangun tidur siang ya? "

Riku yang baru muncul mengucek pelan sebelah matanya, terlihat ia berusaha membuka kedua matanya dengan normal. Namun yang terlihat ia semakin menyempitkan kedua matanya.

'Rasanya... Kok kayak...'  batin Mitsuki yang masih menatap Riku yang masih berusaha membuka kedua matanya.

"Ukh... Nanase-san siapa, Nii-san... Ini Iori lah... " gumam Riku pelan namun masih terdengar oleh kedua orang di ruangan itu.
"Riku masih ngigo ya? Cuci muka dulu gih biar sadar " saran Tenn yang duduk dibelakang Mitsuki.
"Iya, Riku. Kamu pasti ngigo, cuci muka dulu, ya? Sekalian mandi biar seger" timpal Mitsuki.

Dahi Riku terlihat mengkerut, raut wajahnya masam dengan bibir maju beberapa senti dari tempat asalnya. Tentu dengan mata yang masih menyempit.
"Ck- Sudah kubilang aku Iori, bukan Nanase-"

Ucapan Riku terhenti. Ia memegang tenggorokannya dengan sebelah tangannya.
"Tunggu... Mengapa suaraku seperti-"
Ia lalu meraba rambutnya sendiri.
Rambut panjang sebelah dengan warna merah.

Riku yang semula berwajah mengantuk seketika berwajah kaget, ia menatap kedua kakak beda generasi yang menatapnya dengan ekspresi horor.
"Izumi Mitsuki... Jangan bilang... " ucap Tenn dengan pandangan horor ke adiknya sendiri. Mungkin.
"Sepertinya begitu, Kujou-san... " balas Mitsuki yang ikut memandang horor Riku.

"Aku pulang- Ah... Ada Kujou-san juga, ya! Selamat siang! "
Mendengar salam dan sapaan yang terdengar ceria dari Iori yang baru datang semakin menambah buruk raut wajah kedua kakak beda generasi ini.

"Eh ada apa? " tanya Iori yang masih tak paham dengan situasi.
Sebelah pundaknya ditepuk, disana berdiri Riku yang memasang wajah tak kalah buruk dari kedua kakak beda generasi.

"Kita bertukar tubuh, Nanase-san... " ucap Riku agar Iori lebih 'konek' dengan situasi yang sedang terjadi diantara mereka berdua.
Iori berkedip-kedip beberapa kali, lalu meletakkan sebelah tangannya di dagu, berpose berpikir.
"Oh... Bertukar tubuh, toh... " gumamnya enteng sambil angguk-angguk.

Tak lama ia tersentak lalu dengan cepat menoleh ke arah Riku yang masih memasang raut masam.
Kedua bola matanya melotot dengan teriakan nyaring keluar dari mulutnya.

"APA?! BERTUKAR TUBUH?! "

Haah sayang... Gemes deh-
______________________________________

Kaik kaik sei wassap?!

Dah ikut polling survei di Muse Indonesia, belom 'v'?

Kalo udah Enthor sayanggg sama kalian :"3 sini peluk manjah dulu :""3

Kalo belom...
CEPETAN HEH! GUE MAKSA, NIH! CEPETAN IKUT SANA! GAK PAKE LAMA!! LIAT AJA KALO GAK IKUT PALAGI LUPA GAK MILIH AINANA, GUE SLEMPET ONLEN LU!

Ehem-
Kalau begitu Enthor permisi dulu ya^^~
Bye-bye~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro