16.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Semenjak Taehyung datang setengah jam yang lalu, mood Minji jadi berantakan. Semua makanan yang terlihat enak sebelumnya jadi biasa aja. Apalagi ketika Papa Seunghyun singgung-singgung soal masalah perjodohan yang nggak banget ini.

Minji hanya mengembuskan napas sambil berusaha menelan kentang tumbuk. Dunia emang sempit. Siapa sangka bos Papa Seunghyun-yang suka ngajakin ke pameran seni-adalah Papa dari seorang Kim Taehyung. Yang keburu kepincut sama wajah Minji ketika nggak sengaja ngelihat anak itu sedang video call sama papanya. Saat itu juga, Papa Kim Kyu Jong gencar melakukan pendekatan dengan calon besan. Uh, kalo dipikir-pikir ini sesuatu hal yang harus dibanggakan juga, karena siapa sangka sih bakalan disukain sebegitunya sama bos besar?

Namun nyatanya hal itu membawa petaka tersendiri bagi kedua anak yang akan terlibat hubungan sakral nantinya. Taehyung sih demen-demen aja pas dia denger cerita Papa Seunghyun tadi. Tapi Minji? Duh jangan harap deh dia senyum. Mandang Taehyung aja dia ogah-ogahan.

"Udah Om, jangan ngomongin hal ini dulu. Kita kan masih sama-sama kuliah. Lebih baik selesain dulu kuliahnya." Entah kesambet setan apa, Taehyung ngomongnya jadi bener. Padahal masuk kuliah aja jarang, gimana mau lulus tepat waktu coba? Meskipun berotak encer, disiplin itu sangat perlu dalam mengenyam pendidikan.

"Kamu bener. Pokoknya, kamu inget pesen Om, ya. Selalu pake pengaman," ujar Seunghyun kalem. Minji langsung tersedak dan menatap kesal papanya.

"Papa ngomongnya gitu mulu! Emangnya kita mau ngapain?"

Seunghyun mengerutkan keningnya. "Loh Papa bilangin bener. Kalo kamu naik mobil sama Taehyung, otomatis kamu harus pake sabuk pengaman. Banyak anak muda yang menyepelekan hal ini, padahal tujuannya demi keselamatan sendiri. Maksud Papa itu, kok." Seunghyun berujar, bernapas lega karena bisa mengelak dari maksud sebenarnya. Ya, tahulah ya.

Minho sendiri udah lirik-lirikan sama Mama Sooyoung sambil cekikikan. Kapan lagi ngeliat wajah Minji semerah tomat?

Minji mengembuskan napas kesal, kemudian melenggang pergi begitu aja dengan segelas wine yang sudah dituang tadi. Dia menuju halaman belakang untuk menjernihkan pikirannya. Wajar aja dia mikir yang nggak-nggak, karena sebelumnya si Papa pernah ngomong ngawur tentang cucu.

Cucu apanya? ck! batin Minji.

"Dah, jangan sebel lagi." Taehyung memosisikan tubuhnya agar duduk di samping Minji. Gadis itu menghela napas dan membuang pandangnya ke arah lain.

"Ngapain sih lo masih deket sama gue segala? Lo nggak tahu kalo gue nggak suka sama lo?"

Taehyung terkekeh pelan. "Tau, kok. Tiap hari kan lo ngomelin gue, marah-marah melulu. Gue cuma kepengen tahu, apa yang buat lo benci banget sama gue, hm?"

Minji menoleh ke arah Taehyung yang telah menatapnya terlebih dulu. Sepasang netra kelam yang memandangnya seakan mengunci lidah Minji sehingga kelu. Di dalam benaknya, gadis itu bisa mengabsen semua rasa tidak sukanya kepada Taehyung. Namun, dia tidak bisa berbicara apa-apa.

"Kok lo nggak jawab? Ayo, gue mau dengerin alasan lo."

"Ya lo coba pikir aja sendiri, gue males ngomong lama-lama sama lo."

Minji ingin beranjak, tapi sayangnya Taehyung tidak mau gadis itu pergi duluan. Lantas, jemarinya menarik tangan Minji dan gadis itu kembali terduduk di tempat sebelumnya.

"Tae, lo ap-apaan sih?" kata Minji dengan salah tingkah. Alasannya karena kini wajah Taehyung hanya terpaut beberapa senti saja.

"Gue suka sama lo, Min. Bukan karena Irene atau orang lain. Gue suka lo karena diri lo sendiri. Karena lo seorang Choi Minji yang benci sama gue. Mungkin lo masih nggak percaya, tapi lo perlu tau kalo gue nggak main-main sama perasaan gue sendiri."

Ddaeng! Minji sukses bungkam. Kedua netranya berkedip cepat dan lagi-lagi dia merasa wajahnya menghangat. Nggak bohong, Minji sekarang jadi deg-degan banget. Penjelasan tadi bukan sesuatu hal yang bisa dia duga keluar dari mulut Si badboy ulung.

Taehyung masih diam, mengamati wajah Minji yang merona. Ketika dia semakin mengikis jarak dan kedua hidung mereka bersentuhan, Minji otomatis terbelalak tapi tidak ada penolakan yang terjadi.

Maka, dengan satu sapuan lembut, keduanya sukses berdegup dua kali lebih cepat dengan alasan masing-masing. Minji sangat gugup karena ini pertama kalinya labium plum itu dijamah dengan lembut. Sementara Taehyung merasa kalau hatinya ditumbuhi berbagai macam bunga yang bermekaran di musim semi. Karena damn! kayaknya ini jatuh cinta terindah selama masa hidupnya.

"Gue sayang sama lo, Min. Gue harap, lo mau percaya sama gue."

Minji menahan senyumnya. Kali ini dia tidak bisa menyembunyikan lebih lama lagi hasrat mencintai yang sejak lama ditutup-tutupi. Meskipun dia tidak suka, pada akhirnya Minji memilih untuk percaya kepada Taehyung.

Ya, benci dan cinta itu beda tipis kan?

~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro