Bab 8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Nathan selalu terlihat tampan di mata Grey. Selalu terlihat menawan dengan apa saja yang digunakannya. Grey menatap Ila dan Jess secara bergantian lalu mengulum senyumnya. Senyuman tulus darinya untuk kedua teman dekatnya.

Mereka tidak melanjutkan pembicaraan, kelas sudah mau dimulai. Pelajaran hari ini dimulai dengan kelas Fisika, yang diajar oleh home room teacher mereka yaitu teacher Wang. Sesekali mereka menengok ke belakang untuk melihat pergerakan teacher Wang. Begitu tahu teacher Wang sudah berdiri dengan laptopnya, mereka langsung membalikkan badan dan menghadap ke papan tulis di depan.

"Good morning, guys! Sudah siap kelas hari ini, ya? Ayok, ada yang pimpin doa dulu di depan."

Rutinitas sebelum memulai pelajaran dan setelah selesai pelajaran adalah berdoa. Akan ada satu orang perwakilan yang berdiri di depan dan memimpin doa. Semua dilakukan secara sukarelawan, jika tidak ada yang mau maju barulah dipilih oleh teacher yang mengajar saat itu.

Phinong berdiri dan maju ke dekat papan tulis. "Saya pimpin doa ya teacher."

Teacher Wang mengangguk, mempersilahkan Phinong memulai doa.

"Teman-teman, mari kita berdoa. Doa ini akan saya pimpin dalam agama Kristiani. Yang lain bisa menyesuaikan. Doa mulai," ujarnya sembari menutup mata, begitu juga dengan yang lainnya.

"Selamat pagi Tuhan, terima kasih atas kasih karunia yang Engkau berikan untuk kami. Terima kasih kami bisa sampai di sekolah ini dengan selamat dan sehat. Ya Tuhan, kami akan memulai pelajaran Fisika, tolong berkati teacher Wang yang akan mengajar kami, tolong bimbing kami supaya kami bisa memahami apa yang teacher ajarkan. Terima kasih, Tuhan, kami sudah berdoa. Amin." Phinong selesai memimpin doa dan kembali membuka matanya, menatap teman-temannya yang juga tengah menatapnya. Phinong tersenyum dan kembali ke tempat duduknya.

Teacher Wang menyalakan laptop dan memasangkan kabel penghubung ke televisi. Dari sana akan tampil powerpoint untuk pembelajaran hari ini.

"Hari ini kita belajar tentang Elektrostatis, ya. Apa saja yang akan kita pelajari? Hukum Coulomb, medan listrik, energi potensial, potensial listrik," ujarnya seraya menggambarkan sesuatu di papan tulis.

"Ada dua benda bermuatan listrik q1 dan q2. Apabila kedua benda ini memiliki muatan yang sejenis maka akan saling tolak menolak dengan gaya sebesar F dan jika muatan listrik berlainan jenis maka akan saling tarik menarik dengan gaya sebesar F. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ahli Fisika Prancis, Charles de Coulomb (1736-1806) disimpulkan bahwa besarnya gaya tarik-menarik atau tolak-menolak antara dua benda bermuatan listrik (yang kemudian disebut gaya Coulomb) berbanding lurus dengan muatan masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda tersebut."

Teacher Wang kembali mengambil spidol dan menuliskan sebuah rumus di sana.

"Dari pernyataan inilah, dikenal hukum Coulomb yaitu F sama dengan k dikali q1 dikali q2 dan dibagi dengan r kuadrat. F adalah gaya tarik menarik atau tolak menolak dengan satuan newton. k adalah bilangan konstanta yaitu 9 dikali 10 pangkat sembilan, q1 dam q2 adalah muatan listrik pada benda 1 dan benda 2, sedangkan r adalah jarak pisah antara kedua benda. Biar makin mantap, kita latihan soal ya," ujarnya dengan senang seraya menuliskan soal.

"Dua buah muatan listrik masing-masing besarnya 3 x 10 pangkat -6 C dan 6 x 10 dipangkat -6 C terpisah pada jarak 3 cm. Tentukan besarnya gaya listrik yang bekerja pada muatan tersebut. Ayo, kerjakan dulu. Yang bisa maju ke depan, nanti teacher kasih poin nilai."

Grey mengerenyit, dia paham dengan yang dijelaskan teacher Wang, tapi kalau sudah berhadapan dengan soal, dia jadi bingung. Grey dan teman-temannya yang lain mulai serius dan fokus dengan soal ini, mereka semua ingin mendapatkan tambahan nilai dari teacher.

"Oke, diketahui k = 9x 10 pangkat 9 dikali dengan 3 x 10 pangkat -6 C dan 6 x 10 dipangkat -6 C. Lalu dibagi dengan 3x 10 pangkat -2 dipangkat dua. Hmm, gini nggak ya?" gumamnya pelan.

Grey mengambil kalkulator scientific miliknya dan mencari hasil dan perhitungan ini. Dia sudah menemukan jawabannya, lalu melirik ke kanan dan kirinya. Teman-temannya masih fokus dengan buku tulis mereka masing-masing, tentu saja Grey jadi panik dan khawatir ada langkah yang terlewatkan. Setelah beberapa saat, akhirnya Grey mengangkat tangannya.

"Teacher, saya mau coba jawab."

"Oke, maju ke depan, ya. Sekalian tulis caranya," ujar teacher Wang. Grey mengangguk paham dan menuliskan caranya.

"Satuannya apa aja, coba ditulis."

"Baik teacher. F satuannya newton, untuk konstanta satuannya N m2/C2, sementara q1 dan q2 satuannya coulomb, dan r satuannya meter."

"Oke, jawabannya 1,8 dikali 10 pangkat dua newton ya. Grey bisa duduk kembali," ujar teacher Wang sembari menulis di pinggir papan tulis nama Grey dengan poin dua.

"Ada yang mau ditanyakan?"

"Belum ada teacher."

Setelah itu, teacher Wang kembali melanjutkan penjelasan untuk point-point yang harus dipelajari. Penjelasannya mudah dipahami, hanya saja ada beberapa anak yang masih merasa mengantuk, entah karena mengejar tugas rumah yang belum selesai semalam sebelumnya, atau menonton drama kesukaan hingga larut malam. Semalam Grey terus berusaha menyelesaikan program yang harus dibuat sebagai tugas pelajaran komputer. Dia sudah mencoba mengerjakan sesuai panduan, tetapi masih belum bisa berjalan sebagaimana mestinya. Hingga akhirnya, dia berhasil. Alhasil pagi ini dia mengantuk, beberapa kali menguap.

"Grey, cuci muka dulu. Sudah berapa kali kamu menguap," tegur teacher Wang padanya. Mendengar namanya disebut, Grey langsung kaget dan menatapnya dengan perasaan bersalah.

"Baik, teacher. Maaf, saya ijin ke toilet."

Grey langsung berdiri dan keluar dari kelas. Dia selalu saja mengantuk di kelas, hal ini tidaklah bagus. Dia bisa saja dilaporkan ke orang tuanya, kalau sudah begini dia hanya akan menerima omelan, atau hal-hal yang tidak dia duga. Dengan lesu, Grey membuka pintu toilet lalu membasuh wajahnya.

Setelah beberapa kali membasuh wajahnya, Grey mengambil tisu kering dan mengelap wajahnya hingga tidak basah lagi. Grey menatap ke depan kaca, melihat dirinya sendiri. Cewek pendek, berambut pendek dan bergelombang, kulit wajah yang berjerawat, hidung pesek, pipi chubby.

"Pantesan nggak laku, kamu Grey. Nggak ada yang menarik dari kamu. Kemampuan dalam belajar pas-pasan, kurang bergaul, bicara tidak jelas, cendering berbelit-belit, manyun terus, pelit banget jadi orang," gumamnya pelan. Semua ucapan yang benar adanya, menusuk perasaannya sendiri. Somehow, Grey suka menyakiti dirinya sendiri, karena dia ingin menikmati rasa sakit itu.

Dengan langkah pelan, Grey membuka pintu. Dia tidak bisa berlama-lama di toilet sementara jam pelajaran masih berlangsung. Bisa-bisa dia akan menambah masalah baru. Baru saja Grey keluar, dia melihat ada seseorang berdiri di dekat pintu itu.

"Nathan?" tanya Grey heran.

"Oh, hai, Ge. Gimana? Udah lebih segar?"

Grey tersenyum, dia selalu suka dengan perhatian yang diberikan.

"Lumayan. Cuman ya masih aja ngantuk. Semoga masih bisa diajak kerjasama, deh, ini mata."

Nathan tertawa, lalu memberikan sebuah minuman dingin.

"Minum dulu. Ini aku baru beli di kantin sebelum datang ke kelas. Terus kusimpan di loker. Kamu suka bubble gum, kan?"

Grey menangguk dengan semangat. Minuman manis adalah moodbooster terbaiknya, dan rasa bubble gum adalah salah satu rasa yang disukainya. Nathan bisa menebaknya dengan benar.

"Suka. Terima kasih, ya." Grey menerima minuman itu dan menikmatinya. Matanya jadi lebih segar. Senyumnya terukir manis di wajahnya, "Terima kasih, Nathan."

-Bersambung-



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro