[9] Rengganis

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Satu minggu telah berlalu, tetapi perasaan Saskia belum juga membaik. Justru semakin banyak beban pikirannya. Kebohongan Rengganis hari itu juga masih mengganjal di hatinya. Namun ia tak pernah bertanya kepadanya secara langsung. Bahkan Saskia cenderung menghindar. Seolah tidak ada yang terjadi di antara mereka, hanya saja sikap Saskia yang menjadi dingin tentu membuat benak Rengganis bertanya-tanya.

"Sas, lo gak ke kantin lagi?" Rengganis bertanya saat melihat Saskia membuka kotak makan dari dalam tasnya. Sudah berhari-hari Saskia tiba-tiba menjadi pasif. Semua ajakannya ditolak mentah-mentah. Walau terdengar sebagai penolakan halus, tetapi Rengganis pasti sadar ada yang salah dengan temannya itu.

"Lo lagi sedih, ya gara-gara Jagad masih belum masuk? Senin nanti lo bakal ketemu lagi kok sama Jagad. Jangan murung terus-terusan dong, Sas." Rengganis mencoba membujuk Saskia. Ia benar-benar berpikir Saskia seperti itu karena Jagad. Memang tidak sepenuhnya salah, tetapi ada hal lain yang lebih membuat Saskia tidak bahagia.

Alasan mengapa Rengganis berbohong kepadanya masih tidak terpikirkan saat itu. Sebenarnya ada satu imajinasi yang terlintas dalam pikirannya, Rengganis menyukai Jagad.

"Gue gak kenapa-napa. Lo mending cepet ke kantin, keburu abis entar bakso ikan kesukaan lo."

"Lo gak ada mau titip sesuatu gitu?" tanya Rengganis mencoba berkomunikasi kembali dengan Saskia.

Gelengan Saskia jelas mempertegas semuanya. Apalagi gadis itu segera menyendok makanannya dan menundukkan kepala, fokus kepada kotak bekalnya tanpa menoleh ke arah Rengganis lagi. Sedangkan Rengganis menghela napas kesal karena sikap Saskia. Ia pun memilih keluar kelas, meninggalkan Saskia sendirian.

Setelah Rengganis keluar, Saskia segera meletakkan sendok dan garpunya lalu menutup kotak makannya. Sebenarnya ia tidak berselera makan, tetapi tanpa kotak bekalnya, ia tidak tahu harus menolak ajakan Rengganis dengan alasan apa.

Pandangan mata Saskia tiba-tiba tertuju pada ponselnya yang tergeletak di atas meja. Walau sudah disetel dengan mode diam, notifikasi tak henti tetap membanjiri ponselnya. Telinga Saskia memang sudah tak terganggu dengan suara dentingan notifikasi itu, tetapi kini matanya terganggu dengan intensitas seringnya layar ponselnya menyala menunjukkan notifikasi baru muncul.

Sasky kenapa minggu ini belum upload video?-Shyd12

Sasky harusnya tadi malem lo upload, kan malem jumat-Arrrrip

Kak, plis aku mau kakak buat QnA, dong!!!-User123456789

...

Sungguh menyedihkan hidup Saskia kini. Subscribers-nya selalu berbondong-bondong menghujani kolom komentarnya jika ia terlambat mengunggah videonya. Saat Saskia tertidur dan terlambat memencet upload selama sepuluh menit saja, sudah ratusan komentar yang bertanya tentang keterlambatannya. Apalagi kini, satu minggu penuh dia belum mengunggah satu video pun. Padahal biasanya Saskia bisa mengunggah tiga video dalam satu minggu. Kebetulan pula cadangan videonya sudah habis. Toh Saskia bukan orang yang suka menyimpan cadangan video seperti kreator konten lainnya.

Lo masih sedih ya, Ray?-AryaLintang

Bola mata Saskia membeliak. Dia membaca satu komentar itu dan teringat dengan satu orang. Lintang. Kalau ia benar, nama laki-laki itu memang Arya Lintang. Kebiasaan anehnya pun juga memanggil dia Raya, bukan Saskia atau Sasky. Kebetulan lainnya adalah saat mulut Saskia masih menganga, tiba-tiba laki-laki itu masuk ke dalam kelas sembari membawa sebotol teh dingin. Lalu meletakkan the itu di depan tubuh Saskia.

"Entar pulang sekolah, gue ajak lo ke suatu tempat ya, Ray." Suara Lintang muncul setelah melirik layar ponsel Saskia. Gadis itu terpana, tidak tahu harus berkata apa untuk menanggapi tawaran laki-laki itu. Ingin menolak, tetapi rasanya dia memang butuh mencari kesegeran di tempat baru untuk menghilangkan semua kebuntuan dalam otaknya.

***

Semua orang sudah keluar dari kelas beberapa menit yang lalu. Hanya tinggal dia, Rengganis, dan Lintang yang baru saja ikut keluar bersama anak lainnya. Laki-laki itu berkata kepada Saskia akan mengambil sepeda motor dan menunggunya di depan lobi sekolah.

"Lo mau pergi sama Lintang, Sas?" tanya Rengganis dan dijawab hanya dengan anggukan kepala Saskia.

"Emang lo mau ke mana sama Lintang?" Lagi-lagi pertanyaan Rengganis bak angin lalu karena Saskia hanya mengedikkan bahunya tak acuh.

Perasaan geram tentunya dirasakan oleh gadis berkucir satu tersebut. Ia benar-benar merasa satu minggu ini Saskia tak seperti biasanya. Dia tahu Saskia bersikap lebih dingin, tetapi ia pikir itu hanya karena dia sedih tidak ada Jagad di dalam kelas, tetapi nampaknya ketidakpedulian Saskia tidak sesederhana itu.

Rengganis berdiri dari bangkunya, menghampiri Saskia yang masih berkutat dengan buku catatannya. "Gue ada salah sama lo, Sas?" Rengganis mencoba bertanya langsung. Sedangkan Saskia hanya menatapnya sekilas.

"Sas, lo kenapa sih?! Kenapa lo gak jawab pertanyaan gue dari tadi? Gue ada salah sama lo?!" Tatapan mata Rengganis semakin menusuk Saskia. Menuntutnya untuk berkata jujur.

Senyum miring tercetak di wajah Saskia. Air mukanya yang dari tadi tampak normal, kini memandang Rengganis tidak percaya. "Lo ngerasa buat salah emang sama gue?"

Rengganis langsung menggeleng. Ia jelas merasa tak membuat suatu kesalahan pada Saskia. Namun kemudian ia terdiam. "Ya barangkali lo merasa ada sesuatu yang salah kan sama gue," kata Rengganis lagi.

"Kenapa lo bohong sama gue?" Tepat! Saskia langsung bertanya ke permasalahan intinya. Dia tidak ingin berbasa-basi lagi. Dia ingin semua masalah ini segera selesai agar hatinya kembali tenang. Namun kernyitan di dahi Rengganis membuat raut wajah Saskia semakin tak menentu.

"Bohong? Gue gak pernah bohong sama lo!" Suara sangkalan Rengganis membuat Saskia kecewa. Jelas-jelas dia menggunakan kedua matanya saat melihat Rengganis yang berada di depan rumah Jagad sore itu. Dia tidak rabun, tak mungkin salah mengenali orang apalagi taksi itu tak begitu jauh dari sosok Rengganis.

"Lo.Tahu.Rumah.Jagad." Penekanan di setiap katanya membuat Rengganis terdiam. Bibirnya langsung terkatup rapat. Tidak tahu harus berkata apa lagi pada Saskia. Kekecewaan bertambah di dalam hati Saskia tatkala temannya itu kini nampak gelisah. Berarti memang benar hari itu Rengganis yang memanggil-manggil nama Jagad di depan rumahnya.

"Kenapa lo bohongin gue, Nis? Kenapa?!"

"..." Rengganis masih terdiam. Dia hanya memandang tepat ke kedua mata Saskia.

"Apa lo juga suka sama Jagad?!" Saskia berkata demikian karena terlalu terbawa emosi.

"Kalau gue suka sama Jagad kenapa? Gue akuin gue suka sama Jagad! Gue emang berusaha jauhin lo sama Jagad! Gue gak suka lo deket-deket sama Jagad..." Saskia tidak mengira akan mendengar jawaban seperti itu dari mulut Rengganis. Dia tidak bisa membalas perkataannya lagi. Dia hanya bisa terduduk lemas sembari mengusap air mata yang belum sempat mengalir di sisinya.

"Gue harap setelah lo tahu ini, lo gak lagi deket-deket sama Jagad." Setelah mengucapkan itu, Rengganis mengambil tasnya dan pergi ke luar kelas. Meninggalkan Saskia sendirian. Tak lama kemudian, Lintang yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka berdua di luar ruang kelas segera berlari menghampiri Saskia.

Helaan napas Lintang tak dihiraukan Saskia. Gadis itu kini masih berdiri tegak, hanya saja kepalanya menunduk. Pandangan matanya bak orang linglung. Kemudian Lintang memanggilnya dan masih tak mendapatkan jawaban.

"Ray! Lo gak boleh nangis tahu! Nanti semua subscribers lo ikut sedih, termasuk gue." Lintang mendongakkan kepala Saskia dan mengusap air mata gadis itu. Senyum segera mengisi wajahnya, berharap bisa menulari Saskia untuk tersenyum lagi. Setelah mengantar Saskia ke kamar mandi untuk mencuci muka, Lintang segera menggandeng tangan Saskia menuju depan lobi sekolah.

"Gue boleh pinjem hp lo?" Lintang bertanya, tetapi ia tak sepenuhnya berharap Saskia menurutinya. Namun tanpa diduga gadis itu segera menyodorkan ponselnya dengan kening mengerut. Kemudian Lintang mengarahkan layarnya ke wajah Saskia untuk membuka kunci layarnya.

"Lintng!" Teriakan Saskia sudah terlambat, Lintang sudah berlari menjauh dan melakukan sesuatu pada ponselnya. Belum sempat ia mengejar Lintang, lelaki itu sudah kembali ke depannya dan mengantongi ponsel Saskia di dalam sakunya.

***

"Lo ngapain ngeluarin kamera sama tripod, Tang?" Pertanyaan Saskia tidak dijawab, tetapi Lintang justru mengembalikan ponselnya. Saskia jelas segera memeriksanya dan terkejut menemukan ia mengunggah sebuah foto, padahal dia tidak pernah. Sebelum ia kembali memandang Lintang, Saskia membuka dulu foto itu dan menemukan bahwa caption=nya berisi tentang QnA yang akan dia lakukan.

"Jangan bengong aja, itu pertanyaannya cepetan dipilih yang mana!"

"Lo... mau buat gue bikin video?" pertanyaan Saskia segera diangguki oleh Lintang. Kemudian laki-laki itu melanjutkan, "Sebagai penonton setia lo, gue juga kecewa dong lo gak ada video sama sekali." Lintang tersenyum lebar menunjukkan gigi-giginya.

Beberapa saat kemudian Saskia segera duduk di depan kamera yang sudah disetel Lintang. Namun sebelum memulai rekaman, dia menolehkan kepalanya ke sekitar terlebih dahulu. Taman itu begitu asri dan hening, Saskia begitu menyukainya. Mungkin taman itu akan menjadi tempat favoritnya setelah ini.

"One...Two...Three!" Lintang memberi aba-aba.

"Hai, guys! Balik lagi nih ke channel gue, SassySasky... Sorry banget nih kalau seminggu ini gue ngilang gitu aja. Ada banyak hal yang harus banget gue urus di kehidupan nyata, tapi tenang. Gue janji bakalan gantiin video yang belum sempet gue upload. Jadi stay tune terus ya, karena siapa tahu gue bakal up setiap hari atau bahkan sehari dua kali. Don't miss it guys!

"Di video ini gue bakal buat QnA atas permintaan banyak orang," Saskia melirik Lintang yang hanya cengengesan di belakang kamera, lalu melanjutkan, "buat kalian yang tadi kelewatan dan gak tau kalo gue udah post foto di instagram, sayang banget sih. Apalagi yang belum follow gue, wah parah sih kalian. Inget follow gue di @SassySasky jadi kalo gue buat QnA lagi, kalian bisa ikut berpartisipasi."

Saskia terus saja berbicara di depan kamera tanpa canggung sama sekali. Sedangkan Lintang tak berhenti menatapnya dari kejauhan. Sembari menenteng plastik putih berisi minuman dingin, dia terus berjalan menuju tempat duduk Saskia. Ia berdiri di belakang kamera masih dengan pandangan matanya yang tak terputus.

"—Jadi...Jadi... Uhm, jadi gu—Lintang!"

Jelas saja Saskia gugup dipandangi seperti itu. Bahkan ia menjadi tak bisa berkata-kata. Kemudian ia mengerucutkan bibirnya dan melanjutkan rekamannya yang sebentar lagi selesai.

"Fiuh... Akhirnya selesai juga gue nyerocos di depan kamera." Saskia mengambil minum di dalam kantong plastik sedangkan Lintang membereskan kamera dan masih menatap Saskia. Langsung saja Saskia menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya dan memelototi Lintang.

"Ada yang salah ya sama muka gue? Ngapain lo terus-terusan natap gue dari tadi?" Saskia mengerutkan kening tidak suka. Ia benar-benar kesal kepada laki-laki itu.

Tiba-tiba Lintang duduk di sebelah Saskia. Namun kali ini ia menunduk. "Ray, gue kan juga subscriber sama follower lo,"kata Lintang sebelum kembali melanjutkan,"Jadi gue berhak dong buat kasih pertanyaan ke lo? Tapi lo harus jawab jujur." Saskia mengangguk.

"Emhh... Emang lo beneran pacaran sama Jagad?" Lintang tampak harap-harap cemas, tetapi dia masih mengamati raut muka Saskia yang tiba-tiba berubah. Gadis itu kini justru menatap lurus ke depan, pandangan matanya kosong. Namun senyum sedih tergambar di wajahnya.

"Gue cuma suka sama Jagad. Tapi Jagad enggak." Saskia menghela napas lalu kembali membuka mulutnya,"Ini kali pertama gue tertarik sama orang lain, tapi sayangnya orang itu gak punya perasaan yang sama ke gue. Bahkan gue rasa gue gak berarti apa-apa buat dia."

"Ray, sebenernya ada satu rahasia yang selalu gue simpen selama ini." Saskia segera melihat ke arah Lintang, satu alisnya naik menandakan keingintahuannya.

Lintang menghela napas sebentar lalu mulai bergumam pelan, "Jagad sebenernya anak pembantu sama sopir gue."

"Apa lo bilang barusan?" Saskia segera menegakkan punggungnya dan menatap lurus pada Lintang.

"Jagad.anak.pembantu.sama.sopir.gue."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro