sembilan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Nda ....

Bu ....

Nda ...."

"Bunda!"

Sebuah panggilan keras mengejutkan seorang wanita yang tengah tertidur di kursi.

"Apaan?!" sahutnya tak kalah keras.

"Bunda tidur?" tanya salah satu anak degan manik abu-abu.

Sang bunda menggeleng, "Enggak, cuma merem aja."

Kedua bocah laki-laki meng 'O kan bibir mereka. Salah satunya bergerak mundur, dan berkacak pinggang.

"Bunda, jawab jujur! Cakepan aku apa Samu?" tanyanya.

"Jelas Samu lah Bunda ..." Yang satu ini menggelayut di lengan bundanya.

Memasang wajah berfikir, sang Bunda menopang dagunya. "Hmm ..." Otaknya kini tengah memilah, siapa yang akan ia masukan ke dalam kelompok tampan dan tidak.

Lalu sekilas ingatan datang, 'Lah goblok, anak gw kan kembar!' ucapnya dalam hati.

"Mana bisa gitu, kalian kan kembar."

Kedua pipi sang anak mengembung, "Gabisa gitu Bunda! Jelas-jelas kita beda! Lihat Samu, matanya kaya orang idiot."

'Sekate-kate, kembaran sendiri dikata idiot.'

Yang disebut melotot, "Daripada mata Sumu, berkaca-kaca terus kaya orang cengeng." pojoknya.

"Ambil kaca sana, kita bedain!" ujar [Name] yang berposisi sebagai penengah sebelum peperangan di mulai.










"Aduh, ganteng banget," puji Samu pada dirinya.

"Jelek!"

"Sini!" Sumu merampas kaca yang semula di pakai oleh kembarannya. Dicerminkan wajah tampannya, seutas senyum terlihat di wajah. "Wih lebih cakep pan."

"Cakepan gw!"

"Diem lu mata kendor!"

"Siapa yang lu sebut kendor?!"

"Lu Jelek!"

"Ga! Lu juga!"

"Mana bisa gitu!"

"Bisa goblok, kita kan kembar!"

"Ga, gw lebih ganteng!"

"Bunda!"

Kembali dikejutkan, sang bunda yang semula terlelap di kursi membuka matanya, "Hwapaan?" tanyanya sambil menguap.

"Jawab jujur!"

"Iya-iya,"

"Serius Bunda!" teru keduanya.

"Duh buruan apa!" kesal [Name] membenarkan duduknya.

"Bunda [Name] sayang, antara Samu dan Sumu cakepan siapa?" tanya si manik kelabu kekuningan. Sayang katany :(

"Hmm .... Papah kalian!" jelasnya begitu bahagia membanggakan sang suami.

Si kembar saling menatap, dagunya dipijat berfikir. "Papah kita kaya gimana sih? Nyebelin banget kayaknya." Osamu menyimpulkan.

"Pen pukulin rasanya."

"Untung aja orangnya nggak ada ya Sam."

"Iya."

"Huss!"

Ibunda yang semula merasa bangga kini menjadi kesal. "Nggak ada papah, kalian nggak ada!" sentak [Name].

Si kembar langsung mematung, Bunda mereka sedang dalam mode boom, bisa meledak kapan saja. Lebih baik diam, dari pada kena impasnya.

"Kalian bisa nggak, sehari aja nggak ribut?! Bunda cape! KEDENGERAN AJA ADA YANG NGOMONG KASAR, KALIAN TIDUR DI RUMAH NENEK KALIAN!" Mutlak sang Bunda, pergi meninggalkan anak-anaknya yang perlahan mengucurkan air mata.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro