2. Balsam

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Nama kamu unik, estetik dan menggelitik. Semoga hati kita makin klik."

-Nona Anak Gadis-

Note: Cerita ini hanya khayalan belaka. Apabila ada hal yang kurang berkenan mohon maaf. Jangan lupa vote dan komen.  Sekian.

Enjoying My Story!
Happy Reading!

______

Nandara mengayuh sepedanya dengan kecepatan sedang. Ia menikmati semilir angin pagi yang tenang. Bersyukur karena selalu dapat merasakan pagi yang cerah. Itulah kenapa ia menyukai pagi, terutama saat fajar.

Instrumen menenangkan  yang tersumpal di kedua telinganya menambah mood pagi semakin baik. Rasanya nyaman dan damai.

Hari ini adalah hari Senin. Hari bergalau rianya para pelaksana upacara. Upacara bendera hari Senin adalah hal yang paling dihindari oleh anak-anak sekolahan. Melelahkan, panas, gerah, entah apalagi yang menjadi alasan.

Bohong jika ia menikmati upacara bendera. Namun, apa daya? Ia tidak bisa berpura-pura pingsan seperti teman lainnya. Ia tidak pandai berakting. Untungnya, ia tidak perlu melakukan hal itu lagi semenjak kuliah. Ah, menyenangkan!

Sepanjang perjalanan, ratusan anak sekolah dengan rok berbagai model dan variasi warna mewarnai trotoar jalanan. Mulai dari warna merah, biru, abu-abu, hitam, dan masih banyak lagi. Anehnya, pemandangan seperti ini hanya mencolok pada hari Senin saja.

Nanda mempercepat kayuhan pada sepedanya begitu memasuki gerbang kampus.

Baru saja akan memarkir sepeda, seseorang menepuk pundak Nanda hingga membuatnya menoleh. Lalu terlihatlah dua orang gadis yang berwajah mirip. Si kembar identik Camelia dan Valeria.

Camelia baru saja memarkirkan motor matiknya. Sedangkan yang menepuk pundaknya adalah Valeria. Seperti biasa, mereka akan mengajak Nandara ke kelas bersama-sama.

Nandara dan si kembar sudah berteman lama sejak pertama kali menjadi siswi di SMA-nya dulu. Hingga kini mereka pun berada di kampus dengan jurusan yang sama. Kebetulan minat mereka sama, yaitu Agroteknologi. Alasannya simpel, mereka ingin membangun pertanian Indonesia.

"Pagi ini ada gosip apa ...?" tanya Camelia dengan suara lantang. Valeria langsung tersenyum semringah. "Gosip ... cogan!"

Nandara menggelengkan kepalanya tanda tidak habis pikir dengan kelakuan absurd Camelia. Bertanya sendiri, jawab sendiri. Kurang absurd apalagi?

"Memangnya lagi ada gosip apa? Semangat bener," kekeh Nandara. Begitulah Nandara, hanya di depan kedua temannya itu dia bersikap terbuka dan santai.

"Itu, loh. Kating kita," ujar Valeria membuat Nandara semakin penasaran.

"Kating ganteng di jurusan kita bawa gosip baru," lanjut Camelia.

"Siapa?"

"Bang Xilon! Masa lo nggak tahu, sih? Dari dulu kita sering bahas dia. Kok lo masih nanya-nanya!" kesal Valeria.

Nandara hanya tersenyum kecut. Ia memang sering mendengar nama Xilon. Tak hanya di kampus, bahkan di luar kampus nama itu sering digosipkan anak-anak perempuan. Terutama ketika di halte. Namun, sekalipun namanya terkenal, Nandara tetap tidak tahu siapa Xilon dan bagaimana rupanya.

"Sorry, deh. Oh ya, emang dia kenapa?" Berpura-pura penasaran akan membuat si kembar melupakan kekesalan mereka dan ternyata terbukti dengan senyuman antusias Valeria dan Camelia.

"Ternyata dia masih jomblo."

Camelia dan Valeria tertawa. Entah apa yang ditertawakan. Padahal tidak lucu sama sekali. Di saat Nanda bertanya kenapa mereka suka tertawa, maka jawabannya adalah karena tawa itu adalah bukti kebahagiaan. Apakah tertawa bisa menjadi bukti bahwa seseorang bahagia? Bisa saja tawa itu adalah topeng agar terlihat baik-baik saja. Karena pada dasarnya raut wajah seseorang bisa menipu siapa pun, termasuk dirinya sendiri.

Nandara hanya bisa mengiyakan. Mereka cantik tapi sayangnya terlalu Astagfirullah untuk kating yang Subhanallah. Namun, jangan salah kaprah juga. Absurd begitu, keduanya memiliki mantan segudang.

"Emang kenapa kalau jomblo?" tanya Nanda bingung.

Tanpa mereka sadari, langkah mereka tiba di depan kelas. Masih ada tiga puluh menit lagi untuk bergosip sebelum dosen datang. Ketiganya berdiri di depan pintu. Mereka lupa bahwa posisi mereka menganggu orang lain untuk keluar-masuk.

"Dia itu cowok 4G loh, masa jomblo dari lahir pula," ucap Valeria terkekeh.

Semakin ke sini, Nanda semakin bingung.

"4G apaan lagi. Lagian kok lo tahu dia jomblo dari lahir?" herman--eh--heran Nandara pusing.

"Dih ... semua orang juga tahu kalau Xilon itu deket banget sama cewek-cewek. Dia bahkan sering digosipin pacaran sama putri-putri kampus. Dan gue baru tahu kalau dia jomblo."

"Terus 4G itu?"

"4G itu singkatan dari ganteng, gesrek, gokil dan ... goblok!" sahut Camelia membantu penjelasan kembarannya. Camelia tertawa diikuti Valeria.

"Siapa yang lo sebut goblok, Cal?"

Suara berat seseorang mengalihkan perhatian Camelia dan Valeria. Tak terkecuali Nanda yang langsung mengernyit.

"Eh, Bang Xilon," cengir Valeria dan Camelia secara bersamaan.

Shhh ....

Aroma itu. Aroma itu kembali memasuki indra penciuman Nanda. Rasa pusing menyerang, untuk beberapa detik kemudian ia merasakan hipoksia.

Mengerjap beberapa kali, ia menemukan tempat yang berbeda-beda di setiap kedipnya. Ruangan putih, lalu koridor. Ruangan putih lagi, lalu koridor.

Hingga sosok lelaki tersenyum manis tampak jelas di matanya. Dia kembali lagi, ke tempat semula.

"Cowok Balsam?" gumamnya agak ragu.

"Lo kenal Bang Xilon?" tanya si kembar yang lagi-lagi bersamaan. Nandara hanya diam tidak menyahut.

Oh, jadi namanya Xilon. Ternyata, lelaki yang ia temui beberapa hari yang lalu di toko antik adalah lelaki yang sama dengan bahan gosipan si kembar selama ini. Dunia begitu sempit.

Lelaki Balsam alias Xilon mengulurkan tangannya. Hal itu membuat Nandara mengernyit bingung. Lelaki itu mau meminta apa?

Kesal dengan kebodohan Nandara, Valeria dan Camelia menarik tangan Nandara hingga membalas uluran tangan Xilon.

"Myroxilon Azadirachta," ucap lelaki itu dengan senyuman manis. Sial, jantung Nandara berdetak keras.

"Nandara Jas--"

"Gue tahu nama lo. Btw, ini pertemuan kedua kita, ya? Pertemuan sel--"

"Gue harap nggak ketemu lo lagi," ketus Nanda memotong ucapan Xilon. Lelaki itu menyunggingkan senyumannya lagi.

"Oh, ya? Lo nggak akan ketemu gue lagi, ya? Kalau gitu, gue yang akan ketemu lo," sahut Xilon dengan tatapan yang sulit diartikan.

Nandara berdecak kesal dan melepas tautan tangan mereka. Bukan tanpa alasan. Aroma melati dari lelaki itu semakin kuat. Anehnya, aroma itu menenangkan Nandara. Beda. Ada yang beda. Namun, ia tidak tahu apa itu.

Satu hal yang bisa ia simpulkan, aroma itu pertanda buruk. Nandara yakin, lelaki yang ada di hadapannya memiliki nasib yang buruk.

"Hm!"

Deheman Valeria membuat keheningan yang sempat mendominasi suasana mereka langsung hilang ditelan angin.

"Bang Xilon mau ngulang?" tanya Camelia dengan mata menyipit.

Xilon tersenyum miring.

"Mulai hari ini, gue gantiin Pak Maldini buat ngajar."

Seketika itu, Valeria dan Camelia langsung berlari masuk ke kelas. Sementara itu, Nandara hanya tersenyum canggung sebelum akhirnya menyusul si kembar.

***

Pelajaran Statistika selama 100 menit itu akhirnya berakhir. Tidak seperti biasanya, para mahasiswa duduk tenang selama mendengarkan penjelasan dari Xilon. Lelaki itu memiliki pengetahuan yang sangat luas.

Ganteng? Oke.

Gesrek? Oke.

Gokil? Belum tahu.

Goblok? Ganti! Yang benarnya Genius.

Nandara suka gaya mengajar Xilon. Namun, ia tidak bisa menahan diri karena aroma jasmine yang membuatnya sesekali tidak memperhatikan penjelasan Xilon. Sekalipun aroma itu sedikit menenangkan, tetapi untuk pertama kalinya, ia merasa was-was.

Begitu mahasiswa lain keluar, Nandara sengaja memperlambat kegiatannya membereskan alat tulisnya sementara Xilon membereskan proyektor yang ia gunakan selama berjalannya kuliah.

Valeria dan Camelia sedari tadi merengek agar Nandara bergerak cepat. Tidak diindahkan, kedua saudara kembar itu minta izin untuk keluar kelas lebih dahulu. Mereka akan menunggu Nandara di Food Court.

Kini, tinggallah Xilon dan Nandara di dalam ruangan. Hening. Tidak ada yang bersuara.

Nandara menyampirkan tasnya ke bahu. Ia pun menghampiri Xilon yang ternyata baru selesai membereskan perangkat kuliahnya.

"Kenapa, Dara?" tanya Xilon mengernyit bingung.

Dara? Untuk pertama kalinya ada yang memanggil Nanda dengan sebutan 'Dara'. Orang itu adalah dosennya.

"Pak Dosen, say--"

"Stop! Kenapa manggil gue Pak Dosen? Masih muda loh, belum jadi bapak-bapak," gerutu Xilon tidak terima.

"Lah, kan jadi dosen baru saya," sahut Nandara. Entah keberanian darimana ia berani menyahut Xilon. Kelakuannya hari ini patut diberi aplaus. Seolah julukan introvert-nya langsung bergeser menjadi extrovert.

"Santai aja, dong. Jangan pake kata ganti orang pertama dengan sebutan 'saya'. Panggil gue-elo aja. Lagian gue cuma pengganti dosen sementara. Asisten dosen. Ini juga bukan jam ngajar buat lo ngomong formal," cerocos Xilon memprotes Nanda. Gadis itu memutar bola matanya dengan malas.

"Oke. Oke. Pak Xilon gu--"

"Gue lebih suka dipanggil Xilon atau ... Sayang?" goda Xilon membuat Nanda bergidik ngeri.

Oke. Sekarang Nandara perlu menambahkan satu G di daftar Xilon. Gila.

Lagian ini bukan saatnya untuk membahas masalah nama panggilan. Namun, masalah ini adalah hal serius yang ingin Nandara bahas. Entah kenapa, ia ingin mengetahui sesuatu.

"Oke, Xilon. Kamu pake parfum aroma Jasmine?" tanya Nanda langsung ke inti.

Xilon mengernyitkan keningnya. Beberapa detik kemudian ia malah tertawa.

"Kenapa nanya gitu?"

Iya, kenapa? Mungkin Nanda sudah gila karena bertanya tentang hal itu. Namun, ia sangat penasaran. Apakah benar aroma itu berarti kematian, atau mungkin karena parfum? Jika itu adalah aroma kematian yang sering Nandara cium, kenapa aromanya sedikit berbeda? Hingga ia sendiri merasa nyaman mencium aroma itu. Kalaupun parfum, merek apa? Ia sudah pernah mencium semua variasi parfum berbahan baku jasmine milik perusahaan papanya. Ini aneh. Percayalah.

"Lo kayaknya habis kepentok meja atau apa gitu. Lo aneh!" ucap Xilon lalu berjalan meninggalkan Nanda yang terpaku.

Aneh. Aneh. Aneh.

Kata itu berputar-putar di kepala Nandara. Anak aneh. Sejak dulu ia disebut aneh oleh orang lain. Lalu kini ada yang menyebutnya aneh, lagi.

Nandara merasa emosi. Ia tidak suka disebut aneh oleh siapa pun. Sekalipun oleh lelaki tampan yang ia kagumi tersebut.

Dengan langkah cepat, Nanda berlari ke arah Xilon yang berjalan memunggunginya. Ia melompat untuk meraih rambut Xilon lalu menjambaknya dengan penuh emosi.

"Argggh!!! Cewek gila! Lo ngapain?!"

Gila lagi?

###
3 September 2019

Repost: Rabu, 03 Februari 2021

TBC.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro