24. About The Secret

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Muka asem gitu, Nda," celetuk Valeria heran.

Nandara mendongakkan wajahnya yang sedari tadi ditekuk. Ia menatap nanar ke arah Valeria dan Camellia yang tampaknya mulai kepo.

"Hah! Hidup kadang sesulit itu, ya?" dengus Nandara lalu meletakkan kepalanya di atas meja.

Si kembar saling berpandangan. Nandara sedang ada masalah, pastinya.

"Lo kenapa? Cerita dong," desak Camellia penasaran.

Nandara terdiam sesaat. "Kalau misalnya seseorang yang kalian sayang pergi, gimana rasanya?"

"Siapa yang bakal pergi? Emak sama Bapak lo? Ke mana? Honeymoon lagi?" heboh Camellia membuat Valeria gemas dan menjitak kepala kembarannya.

"Ya kali!" ketus Valeria tidak peduli kembarannya meringis kesakitan.

"Ya jadi gimana? Dari SMA kalau si Nandara bahas pergi-pergi pasti ortunya. Om Ren sama Tante Sagitta kan kadang lupa diri kalau udah tua," kekeh Camellia yang langsung mendapat pelototan dari Valeria. Sementara Nandara hanya bisa menghela napas.

Tidak heran jika Camellia mengatakan hal tersebut. Benar, Manda dan Pandanya kadang lupa sama umur yang tidak lagi muda. Bentar-bentar umbar kemesraan. Terlebih Panda yang menjadi pelopor. Terkadang Nandara sampai berpikir, bagaimana bisa Pandanya yang penakut hantu jatuh cinta dengan wanita indigo yang sudah pasti dikelilingi hantu? Cinta kadang seekstrem itu.

"Jadi, kenapa sama lo?" Kali ini Valeria yang bertanya. Ia juga penasaran dengan masalah Nandara. Mereka tahu, sekalipun Nandara tidak suka memberitahu masalahnya saat ini, pasti di masa yang akan datang cerita itu akan mengalir sendirinya. Nandara butuh waktu.

"Gak apa-apa kalau enggak bisa cerita sek--"

"Semalam Manda muntah-muntah, terus--"

"Ebuset! Emak lu hamil lagi, Nda? Kapan terakhir kali Emak Bapak lu pergi hanimun? Lu mau Nda punya adek lagi?" cerca Camellia dengan kehebohannya.

Pletak!

"Ngomong dijaga, kampret!" ketus Valeria. Camellia kicep dimarahi kembarannya.

Kembaran itu melihat wajah tidak enak dari Nandara. Valeria berdeham sebelum akhirnya menyuarakan rasa penasarannya. "Jadi beneran Tante Gitta hamil lagi?"

Pletak!

Giliran Valeria yang mendapat jitakan dari kembarannya. Kedua kembaran itu akhirnya saling bertatapan tajam. Nandara mendesah pelan melihat kedua sahabatnya itu.

"Manda muntah darah, bukan hamil."

"What???" teriak kedua kembar itu secara bersamaan.

Nandara mengangguk pelan. Ia tidak berbohong. Mamanya memang muntah darah. Semalam, Manda memang sempat batuk-batuk. Panda yang overprotektif menyarankan untuk makan di luar. Namun Mandanya menolak. Akhirnya Nandara yang memasak makan malam mereka, tanpa bantuan.

Setelah makan, Mandanya malah muntah darah. Nandara sempat panik karena takut Mandanya keracunan makanan yang ia buat. Namun, buktinya Panda dan Oktan baik-baik saja. Dan Mandanya yang sudah lemah itu memilih berbaring di kamarnya ketimbang ke rumah sakit. Sulit sekali membujuk Manda ke rumah sakit.

"Nda, lo gak apa-apa kan?" tanya Valeria khawatir.

Nandara mengeluarkan air matanya. Ia benar-benar ketakutan. Semalam, aroma jasmine di tubuh mamanya semakin pekat. Mandanya sakit. Entah apa itu dan tidak ada yang memberitahu.

Semalam ia juga sempat menguping pembicaraan Oktan dan Pandanya. Sungguh, hati Nandara sakit karena ternyata hanya dia yang tidak tahu kondisi Manda.

***

"Manda harus sembuh, Pa. Bujuk Manda. Tolong ...," lirih Oktan.

"Tan, penyakit Manda bukan sembarangan," sahut Panda tak kalah lirih.

"Semua serba salah, Tan. Manda ngelakuin ini untuk Kakak kamu. Panda juga gak mungkin biarin Kakak kamu yang sakit. Karena itu Panda percayain Kakak kamu ke Xilon. Karena---"

"Itu egois, Pa! Kak Xilon harusnya enggak terlibat. Papa salah percayain Kak Nanda ke dia, karena ...."

"Karena apa, Tan?

"Kak Nanda akan lebih sakit dari ini."

***

Semakin mengingat pembicaraan itu, Nandara semakin terisak. Valeria dan Camellia jadi kelabakan. Apalagi mereka sedang berada di kantin saat ini.

"Nda, udah ya nangisnya," bujuk Camellia.

Nandara menarik tisu di atas meja dan membuang ingusnya. Ia juga langsung menghapus jejak air mata di pipinya.

"Gue cengeng banget, ya? Maaf, kayaknya gue mesti pulang dulu," ucap Nandara yang lagi-lagi membuat Camellia dan Valeria speechless.

Nandara benar-benar pergi meninggalkan kedua kembar itu. Baik Camellia maupun Valeria jadi bingung bagaimana membuat Nandara agar tidak sedih berkepanjangan.

"Nanda butuh waktu sendiri, Cal," ucap Valeria saat Camellia berinisiatif untuk menyusul sahabatnya itu.

"Jadi gimana?" tanya Camellia frustrasi.

"Nanda jarang sampe nangis gini. Gue takut dia bakalan lakuin hal yang aneh," resah Valeria.

Camellia dan Valeria sama-sama berpikir, lalu tiba-tiba keduanya menjentikkan jari mereka secara bersamaan.

"Hubungi Xilon kampret!" seru keduanya dengan mata berbinar.

"Pake hape siapa nih?" tanya Valeria.

"Gue aja," sahut Camellia cepat lalu mengetikkan sesuatu di ponselnya.

"Dah terkirim," ucap Camellia lega.

"Lo yakin?" tanya Valeria was-was.

"Lo inget si Xilon kampret cerita tentang percobaan bunuh dirinya?" tanya Camellia. Valeria langsung mengangguk.

"Gue rasa cuma dia yang bisa nenangin Nanda. Huh, abang kampret gue emang terdabest," ucap Camellia semangat.

"Sstt!!! Jangan keras-keras, ntar anak-anak pada nyerbu kita. Terkadang gue emosi punya saudara kayak dia," dengus Valeria.

"Gitu-gitu abang kandung lo."

***

Nandara berjalan lunglai menuju gerbang fakultas. Ia sebenarnya masih ingin menangis, tetapi tidak di tempat ramai seperti ini.

Tiba-tiba tangannya dicengkram oleh seseorang. Nandara kaget begitu melihat Zuma yang melakukannya. Disentaknya tangan Zuma hingga cengkraman itu terlepas.

"Maaf," ucap Zuma lalu mengusap tengkuknya. Nandara menghela napas kasar.

"Mau apa?" tanya Nandara to the point.

"Kenapa kamu ngehindarin aku?" tanya Zuma. Nandara meremas ujung kemejanya, ia berharap Zuma tidak melihat kegugupannya.

"Kapan? Aku gak pernah ngehindar," elak Nandara.

Zuma berdecih pelan. Nandara semakin segan karena Zuma kembali berubah menjadi sosok yang psikopat.

"Anak TK juga tau kamu ngehindar dari aku. Kenapa Nda? Kenapa?" tanya Zuma dengan nada frustrasi.

"Aku gak ngehindar, Kak. Cuma sibuk aja," kilah Nandara lagi.

Zuma menggeletukkan giginya, lantas ia mencengkram rahang Nandara. Tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Zuma terlihat marah. Nandara ketakutan.

"Jawab, Nda! Kenapa kamu menghindar, hem? Gak mau kasih tau jawabannya?" tanya Zuma dengan tatapan tajam.

"S-sakit, Kak," lirih Nandara mencoba melepaskan cengkraman Zuma di rahangnya. Butir-butir air mata bahkan mulai mengalir membasahi pipi Nandara.

"Aku udah kasih kesempatan, Nda. Jangan gengsi sampai nolak ajakan aku. Aku pernah bilang kan kalau aku bisa aja bunuh orang. Termasuk Raflessia dan Xilon. Atau kalau kamu berontak, aku juga bisa bunuh kamu, Nda. Kayaknya itu lebih menarik. Kamu gak akan pergi lagi dariku. Iya, kan Nda?" kekeh Zuma.

Nandara benar-benar ketakutan. Ia bahkan mencoba meminta tolong. Namun, tampaknya tidak ada yang memiliki rasa simpati untuknya. Bisa Nandara lihat, beberapa orang yang melewati mereka pun tampak ketakutan.

"K-kak, i-in--"

"Lepasin cewek gue!"

Bruk!!!

Nandara kaget tatkala Zuma terkapar di tanah akibat pukulan keras dari Xilon. Entah sejak kapan lelaki itu ada di sana. Nandara lega Xilon datang tepat waktu. Lantas ia langsung memeluk Xilon. Mencari ketenangan dalam kehangatan.

"Gak usah racuni Nandara sama otak licik lo! Kalau lo gila karena ditinggal Raflessia, harusnya lo nyari dia. Bukannya ngelampiasin ke Nandara! Gue gak peduli kalau lo sahabat gue. Karena siapapun yang ngelukain Nandara bakal jadi musuh gue!" marah Xilon.

Nandara mengeratkan pelukannya. Bisa dirasakan napas Xilon yang tidak beraturan. Lelaki itu sedang marah semarah-marahnya.

"Cih! Gue gak gila karena ditinggal Raflessia! Gue gak peduli sama cewek itu. Mau dia pergi ke kuburan pun gue gak peduli!" decih Zuma.

"Gue mau lihat sampe mana kegilaan lo. Gue bener-bener berharap Raflessia bahagia sama orang lain. Dan gue peringatin, jangan pernah lo ganggu Nandara sekalipun lo sepupunya," kecam Xilon tegas.

"Ayo Ra, kita pulang," ajak Xilon lalu membalikkan tubuh mereka.

Zuma tertawa kecil melihat kepergiaan Nandara dan Xilon.

"Karena gue sepupunya, makanya gue datangi Nandara. Gue yang akan lindungi dia. Lo pasti sadar, musuh yang lo maksud itu adalah elo sendiri, kan? Lo sama brengseknya dengan Raflessia. Lo kira gue gak tau apa maksud lo pacarin Nandara?"

Langkah Xilon dan Nandara terhenti. Lebih tepatnya Nandara. Gadis itu hendak membalikkan tubuhnya, tetapi Xilon merangkulnya erat.

Nandara mendongak lalu mengunci tatapannya degan Xilon. "Lo percaya sama gue, kan?" tanya Xilon.

Nandara terdiam lalu menoleh sesaat pada Zuma yang tersenyum miring padanya.

"Ra?"

"Tergantung, Kak."

Nandara tahu, Xilon menyembunyikan banyak hal darinya. Panda, Manda bahkan Oktan. Semuanya menyembunyikan banyak fakta dari Nandara. Dan sialnya, semua berhubungan dengan Nandara.

Nandara tahu, ia hidup dengan penuh kerahasiaan dari kecil. Termasuk rahasia, kenapa Nandara bisa hidup sampai sebesar ini? Sementara Nandara pernah hampir mati di umur lima tahun?

🌂🌂🌂
Note: Maafkan Tasya yang suka typo tidak ketulungan. Gara-gara typo malah jadi ganggu bacaan kalian. Hehe.

Oh ya, sejauh ini makin penasaran sama rahasianya siapa?

Jangan lupa vote dan komentarnya hehe. Biar semangat lagi Tasya nulisnya. Beneran kalau dikasi komentar, ide tiba-tiba ngalir sendiri wkwk. Lebay amat yak? Hehe

Udah deh, Tasya kerjaannya ngebacot mulu.

Jangan lupa baca juga Freeseries yang lain ya? Itu cerita Om Sean udah ada.

Saking cintanya sama Sagitta-Ren, bikin cerita lain gak jauh-jauh dari kehidupan mereka wkwk.

Bahkan Tasya udah ada ide buat cerita lain.
1. Oktan-Flora (tentang Oktan si author komik yang identitasnya tertutup bertemu dengan cewek  yang pikirannya gak bisa dibaca Oktan.  Cewek yang selalu ngejar-ngejar cintanya Oktan.

2. Zuma-Raflessia (sweet but psyco. Tentang Zuma yang dijodohin sama cewek yang kelihatannya manja. Dia berniat buat bikin sengsara tunangannya itu. Siapa sangka kalau ternyata Zuma yang dibikin sengsara?)

3. Valeria-Daun-Camellia (Tentang Val yang jatuh cinta sama Daun, tapi ternyata Daun jatuh cintanya sama Cal. Tapi, siapa sangka kalau ternyata Daun sebenarnya punya banyak rahasia?)

Ya ampun itu ide udah ngambang di otak. Kalaupun cerita mereka gak jadi nopel karena kepanjangan, Tasya berniat buat jadin cerpen. Tapj masih wacana lah wkwk.

Udah dulu ah, salam penuh cinta.

tasyayouth.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro