7 - Sial

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ardi menutup telinganya dengan bantal, tidak bisa tidur karena di luar kamar sangat berisik. Hari ini mamanya sedang sakit, jadi banyak keluarga yang datang menjenguk. Bukannya tidak ingin menunggu di samping mama, tapi beliau memintanya segera tidur karena waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Lewat satu jam dari jadwal tidur Ardi.

Sebagai murid SMA biasa yang tidak mempunyai teman, ia tidak punya banyak kegiatan. Malam hari setelah selesai makan, biasanya ia akan ikut berkumpul bersama anggota keluarga yang lain, bermain bersama keponakan dan sepupu yang masih kecil. Dibesarkan tanpa ayah membuat Ardi lebih condong ke hal-hal yang lebih sering dilakukan perempuan, seperti memasak, beres-beres rumah, dan merawat kebun, semua diajarkan oleh sang mama.

Terlebih karena kakak Ardi satu-satunya adalah perempuan, mereka lebih sering berbagi waktu dengan mencoba memasak menu baru alih-alih bertengkar seperti adik-kakak lain di luar sana. Hal yang membuat banyak orang berkerut heran.

Banyak yang mengatakan Ardi terlihat seperti perempuan dan mereka menyalahkan mamanya, membuat ia benar-benar marah. Memang apa salahnya jika laki-laki bisa memasak, mencuci baju sendiri, beres-beres rumah, dan melakukan pekerjaan rumah lainnya?

Ardi rasa tidak ada. Ia bahkan ingin berterima kasih karena telah dididik menjadi laki-laki mandiri, sehingga tidak perlu lagi menyusahkan sang mama dengan pakaian kotornya.

Keakuran Ardi dengan Reni juga ia rasa sangat wajar. Memangnya kalau adik-kakak harus terus bertengkar? Setiap orang punya caranya sendiri untuk mengungkapkan kasih sayang, dan cara yang ia dan kakaknya pilih adalah menjadi akur, saling mengerti, saling menolong, dan kompak.

Tidak ada yang namanya menjahili Reni dalam kamus Ardi. Ia selalu berusaha sekuat tenaga untuk membuat kakaknya nyaman. Terlebih saat ini dialah yang menanggung beban pengeluaran. Ardi jadi ingin cepat-cepat lulus sekolah dan mencari kerja untuk membantu Reni.

Berbicara tentang sekolah, pemuda itu mengubah posisi dari telungkup menjadi telentang. Ingatannya terbang pada sosok seorang gadis yang akhir-akhir ini sangat sering muncul di dekatnya. Gadis yang berhasil membuat Ardi meringis karena sangat niat dalam merisaknya.

Di pertemuan kedua mereka, gadis itu meracuninya. Lalu, satu minggu yang lalu dia membuat Ardi ikut dihukum untuk merawat tanaman. Besoknya dia juga menyiram wajah tampan Ardi dengan jus jeruk. Kalau ingat hal itu, darahnya jadi bergejolak, noda kuning karena jus jeruk susah sekali hilang. Sudah disikat berapa kali pun tetap ada warna kuningnya.

Tak sampai di sana, gadis itu bahkan sering sekali membuat Ardi kesusahan selama menjalankan hukuman bersama. Mulai dari salah memberi pupuk, salah memotong rumput, sampai menumpahkan pupuk kompos cair ke celana Ardi. Jadilah selama waktu itu ia menutup hidung dengan tangan. Menyusahkan.

Ardi sangat bersyukur saat hukuman mereka berakhir. Berbanding terbalik dengan Reira yang malah memasang wajah mendung. Apa dia sebegitu sedihnya karena tidak bisa membuat Ardi merasa tersiksa lagi?

Ia memutuskan untuk menjaga jarak sejauh mungkin dan pergi jika radarnya menangkap keberadaan gadis itu. Ya, hanya ini satu-satunya cara yang ia yakini untuk bebas dari kejahatan Reira.

Dengan semangat membara, Ardi segera memejamkan mata. Ia menutup kedua telinganya dengan bantal lagi, segera beristirahat agar besok bisa kabur dari gadis menakutkan itu.

***

Hari ini Ardi datang kesiangan. Akan tetapi jangan berpikir jika jam kesiangan Ardi sama dengan orang kebanyakan. Ia biasanya datang ke sekolah jam enam pagi, dan definisi siang menurutnya adalah lima belas menit sebelum jam tujuh.

Pemikiran ini tentu saja sangat berbeda jauh dengan Reira, baginya jam datang normal ke sekolah adalah pukul tujuh teng, dan kalau kesiangan ia datang tiga puluh menit setelah bel berbunyi. Hari ini ia kebetulan bisa datang lebih pagi, yaitu lima belas menit sebelum pukul tujuh.

Terima kasih pada kakaknya yang sangat rempong itu, dia memaksa Reira untuk berangkat bersama dengan alasan kangen. Rendra, kakak Reira memang melanjutkan kuliah di kota tetangga, kota C. Ini karena di kota B tidak ada universitas dengan jurusan yang diinginkannya, yaitu jurusan Pariwisata.

Rendra memang teramat menyukai belajar sesuatu yang baru, dan ia ingin melakukannya dengan cara masuk ke jurusan Pariwisata.

"Kakak ingin belajar lebih banyak bahasa dan budaya baru. Luar negeri tempat yang paling cocok untuk itu. Tapi kakak yakin ibu gak bakal izinin kalau kakak bekerja di luar negeri, jadi kakak akan mengambil jurusan Pariwisata saja, dan menjadi tour guide buat para turis manca negara saat mereka berkunjung ke Indonesia."

Sungguh cita-cita yang tidak bisa dimengerti oleh otak kecil Reira.

Gadis itu memasuki gerbang dengan langkah ceria, ia sangat senang bisa bertemu Rendra yang tidak pulang selama tiga bulan. Cukup membuatnya merasa rindu.

Ia lebih senang lagi karena bisa menjahilinya. Seperti barusan, Reira dengan sengaja tidak menutup kembali pintu mobil, membuat kakaknya memaki keras dan dengan terpaksa turun dari mobil.

Mata Reira semakin berbinar saat menemukan sosok yang teramat dikenalnya. Siapa lagi kalau bukan malaikatnya? Ia kembali mengingat-ingat, hal baik apa yang sudah ia lakukan kemarin hingga bisa bertemu dengan Ardi pagi hari ini.

Tanpa bisa dicegah, mulutnya segera berteriak, "Ard--"

Belum selesai Reira mengucapkan nama sang pujaan hati, lelaki itu sudah lari terbirit-birit seolah dikejar rentenir.

Loh, kok?

tbc.

🤣🤣🤣🤣
Ardi dikejar rentenir

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro