6. Interoffice Romance

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Azaleta & Ragiel
dari
Azaleta

----

Mungkin satu prahara bisa dilewati dengan mudah. Namun, Azaleta lupa selupa-lupanya kalau satu masalah lain bisa muncul tanpa bisa dicegat. Ya ini contohnya.

Dengan tergesa, Azaleta berjalan melewati kerumunan karyawan yang menyapanya. Baru saja mau menghela napas lega, salah satu paru-parunya justru langsung tercekat hebat saat mendapati Ragiel tengah berdiri anteng nun di sana.

Azaleta meringis kuat-kuat, sambil memantapkan hati agar tidak sampai mendongak--yang otomatis akan langsung disambet Ragiel dengan tatapan setajam parang kalau hal itu terjadi. Sebisa mungkin, Azaleta memasang wajah innocent saat hampir tiga meter berhadapan dengan cowok itu.

Sesuai dugaan, Ragiel--yang mungkin masih rabun ayam membedakan cewek berhijab dengan cewek kurang kain, langsung menarik tangan Azaleta begitu perempuan itu sabodo teuing lewat di hadapannya. Satu gerakan halus nan kuat, membuat Azaleta berputar seratus delapan puluh derajat menghadap Ragiel dengan jarak dua sentimeter.

"Buset! Gue kok ngerasa hawa panas, ya," gumam Azaleta tanpa sadar.

Ragiel mendelik. "Apa lo bilang?"

"Eh, nggak, kok. Btw, cuacanya panas, ya? Gue harus cari yang dingin-dingin ke kantin nih," ucap Azaleta buru-buru berdalih. Cowok di depannya mengangkat alis, melihat ke luar.

"Di luar lagi gerimis. Berangin juga. Kok lo ngerasa panas?"

Azaleta langsung kelimpungan setengah mati.

"Eng.... Nggak kok. Gue beneran ngerasa ada yang bikin hot. Lo nggak ngerasa?" dalih Azaleta makin ngawur.

Ragiel makin mengerutkan dahi dalam. Nenek-nenek juga tahu kalau hari ini lagi proses hujan lebat. Gemuruh terdengar sesekali.

Ragiel melotot. "Jangan coba-coba nipu gue, ya. Kenapa lo nggak nungguin gue tadi?"

Aduh!

"Itu.... Ah, ya. Gue ada janji sama temen gue buat sarapan di luar."

Azaleta tidak bohong. Oke, mungkin sedikit mengada-ada. Berhubung keuangan akan menjerit frutrasi jika mampir ke Sushi Tei, Deka akhirnya merubah haluan ke Starbuck sesuai kemauan Azaleta. Hitung-hitung karena Deka mau meloloskan Azaleta hidup-hidup dari dua cowok nekat itu.

Gebleknya, satu di antara mereka justru berdiri di hadapan Azaleta saat ini. Help, dah!

"Gitu, ya?" Ragiel mengangkat alis tinggi-tinggi. "Gimana kalo kita makan bareng hari ini?"

"APA!?"

Azaleta melotot bulat-bulat. Wah, tidak bisa ini! Kalau dengan Deka saja pelecehan dahsyat begitu, apalagi kalau sampai bareng Ragiel. Bisa-bisa dirinya dianggap mandi kembang tujuh rupa nanti.

"Aduh, kayaknya gue nggak bisa. Gue harus mandu acara live hari ini. Sorry, ya," dalih Azaleta buru-buru. Jam tangannya menunjukkan pukul delapan lebih sepuluh menit. Aduh, kan gue harus briefing dulu! rutuk Azaleta.

"Oke. Nggak lama, kan? Gue bisa tunggu." Ragiel bersedekap sambil mengentak-entakkan kaki, mencoba mengirimkan sinyal lebih jelas. Bagi Azaleta, itu seperti radar singa akan menerkam kijang. Ngeri.

"Eng ... gue bukannya nggak mau. Gue nggak enak kalo lo sampe nungguin gue selesai live. Lain kali aja, ya?" pinta Azaleta. Ragiel menatap Azaleta tepat di kedua belah mata gadis itu, dalam dan teduh. Sesaat hening, sebelum satu suara menginterupsi.

"Kok kalian masih bengong di sini? Empat puluh lima menit lagi kita harus live. Let, cepet make over sana. Ambil wardrobe," seru Nisa lantang sambil berjalan menghampiri Azaleta dan Ragiel. Sepatu hak tingginya bergema di lantai, "ini lagi. Heh, bocah! Sana, lo juga siap-siap. Sudah mepet ini."

Lho, kok? Azaleta semakin heran saat Ragiel nyengir dan mengangguk. Salah satu tangannya --lagi-lagi-- menarik tangan Azaleta ke genggamannya.

"Mbak.... Bukannya nggak ada Ragiel di agenda hari ini?" protes Azaleta pelan. Nisa mengernyit.

"Bukannya udah gue kasih tau ada perubahan bintang tamu. Itu ... dokumen yang kemarin diantar Ragiel. Gue udah kasih draft baru di sana."

"HAH!? SERIUSAN?"

"Cek dulu, deh. Mungkin umur lo menua dalam semalam," kelakar Nisa tajam. Azaleta tidak menggubris. Cepat-cepat ia menarik tangannya dari genggaman Ragiel dan mengambil draft dari tas. Matanya memelotot kaget saat melihat nama Ragiel sebagai salah satu bintang tamu talkshow live hari ini.

Lagi-lagi, aduh! Azaleta menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal dengan berang.

"Tuh, kan? Udah lah. Mending lo barengan aja sama Ragiel sono. Make over dulu, baru siap-siap briefing. Lima belas menit, oke?" Nisa menepuk-nepuk pipi Azaleta serta bahu Ragiel --usai mengedipkan mata sebelah tanpa Azaleta sadari-- gemas.

Kok nasib gue apes banget, ya? batin Azaleta miris.

"Jadi, bisa makan bareng? Gue rasa, nggak ada alasan yang perlu dikhawatirkan," ujar Ragiel, "anggap aja ini tanda pertemanan kita. Oke?" sambungnya kooperatif.

Azaleta menggigit bibir, menyahut ragu. "Oke deh."

Senyum Ragiel mengembang. "Ada schedule lagi?"

----

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro