[ 🥀 - 02 ]
" Aku terima nikahnya- " .
Diana tidak mahu mendengar lafaz yang lain , dia hanya menekur memandang lantai . Tiada persiapan yang gilang gemilang . Dia hanya mengenakan sepasang baju kurung , sehelai shawl yang dililit ringkas di kepala .
Tiada airmata yang mengiringi dirinya . Entah- Diana rasa sangat kosong . Di pejabat agama , hanya ada kedua ibu bapa kedua belah pihak- lelaki dan perempuan . Dua orang saksi . Tiada cahaya dari kamera .
Inara di sebelah mengenggam erat kedua tangan Diana . Dia melempar senyuman nipis . " Sabar Dee , ini ujian untuk kau- selagi kau mampu kau kena hadap . Jangan risau , aku sentiasa di belakang kau " bisik Inara .
Diana senyum nipis . Mereka berada di luar pejabat agama , Diana memandang sekilas cincin di jari manis dia . Sebentuk cincin yang ringkas , tidak memberi apa-apa makna pun pada dia .
" Entah lah , aku tak rasa perkahwinan aku ni sesuatu yang mengembirakan untuk aku . Ibu dan abah dah tak pedulikan aku lagi- apatah lagi Dr. Faez . Kau tau kan dia benci gila-gila dengan aku . Muka aku pun dia tak nak pandang . Jijik sangat ke aku ni ? Aku tak minta pun semua ni , kalau aku tak layan mesej bodoh tu- aku tak kahwin lah dengan doktor kerek nak mati tu ! " .
Inara hanya mampu mendengar . Dia turut terkejut , seakan dia bermimpi sahaja , Orked sudah menjadi isteri orang . Pada usia yang begitu muda .
" Takdir Allah tu dah cantik . Kau kena redha . Andai hari esok tiba , pasti ada kebahagiaan untuk kau , Dee ... " .
Diana senyum lagi .
" Doakan aku sahabat " mereka berpelukan . Berpisah di pejabat agama , Diana mampu memandang sahaja .
Tidak sempat dia mahu berjumpa dengan kedua ibu bapa dia , semua dah pergi sebelum sempat dia salam memohon keampunan . Diana redha . Pasti ibu bapa dia masih marah lagi . Biarlah dulu , dah reda barulah dia pulang ke teratak mereka kembali .
Di bilik , Diana membuat hal dia sendiri . Termenung di birai katil , sambil menopang dagu . Merenung masa depan dia yang hancur , yang telah dibuang keluarga . Dibenci oleh suami . Diana sebak .
" Perempuan , kau dengar sini baik-baik . Antara kau dan aku nothing happen . Aku tak akan jatuh cinta pada kau . Kau tak akan jatuh cinta pada aku . Titik . Well- " .
" Selamat datang ke neraka aku , Orked Diana " .
Dia sedar , dia telah salah percaturan . Hidup dia tunggang langgang . Diherdik , dia sudah lali . Di pukul ? Dia sudah tidak kisah lagi . Berbirat badan , tiada sesiapa pun ambil tahu . Orang makan sedap , dia hanya makan sisa itu pun jika ada .
Allah , betapa sukar hidupnya . Dirinya dituduh bersalah di atas kesalahan bukan berpunca daripadanya . Diana tidak tahu , tetapi kerana rasa hormat terhadap si suami dia terima semua itu .
PAP ! Kepala Diana dihantuk kuat pada peti ais . Berdegung juga kepala dia , dihantuk tiba-tiba . Wajah bengis Faez dipandang dengan kerutan di dahi .
" A-abang-- sa-sakit ... " airmata bercucuran jatuh .
Faez tidak peduli . Rambut Diana dicengkam kasar , tubuh itu ditolak kasar ke atas lantai . Dia senyum puas . " Sakit ?! Hei , aku tak peduli lah kau sakit sampai rasa nak mampus sekalipun ! Aku dah kata kan ! Tapi kau degil ! Tak dengar cakap aku ! " kepala isterinya ditunjal kasar .
Geram ! Balik saja dari kerja , dia melihat Diana seronok menjamah makanan yang dihidang untuknya . Apalagi , darah panas terus naik . Terus dia mengasari tubuh kecil Diana .
" Ta-tapi Orked lapar a-abang " tutur Diana sendu .
Perut dia dipegang . Rasa sakit semakin mencengkam . Tubuh dia semakin kurus , semakin cekung . Sangat merosot ! Faez tertawa sinis .
" Hei , kau dengar sini sundal . Semua barang dalam rumah ni , semua ni- " jari diputarkan sekeliling . Dia menyungging senyuman . " Semua milik aku ! Kau tak layak nak sentuh , apalagi nak usik ! Aku tak benarkan ! Kau laparkan ? " .
Laju saja Diana angguk .
" Nah , makanan kau ! Kau hanya layak makan yang ni je perempuan ! " tong sampah di sebelah singki di lempar ke wajah Diana .
Tepat mengenai wajah cantik itu . Jatuh semua sisa makanan dalam tong sampah itu ke lantai . Allah- luluh hati Diana dilayan tidak ubah seperti binatang .
" Kau pandang apa ?! " Faez membulatkan mata . Bengang melihat Orked yang menangis tak habis-habis . Akibat geram , dia menekup wajah Diana ke sisa makanan itu .
Faez tertawa puas melihat mulut Diana penuh dengan sisa makanan yang entah dah basi atau dah busuk . Dia tidak peduli . Janji hati dia puas dapat menyakiti wanita itu .
" Dah kenyang ? Tu makanan kau ! Jangan harap kau dapat makanan yang sedap-sedap . Kau tu hati busuk ! Hitam ! Kau layak makan makanan tu je ! Faham ! " .
Lambat-lambat Orked angguk .
" Aku tak dengar lah " serentak itu satu tendangan hinggap di tubuh kecil Diana .
" Fa-faham a-abang ... " .
Puas menyeksa , Faez terus keluar . Mahu berjumpa dengan kekasih hati . Bosan menghadap wajah hodoh Orked Diana . Lagi panas hati dia . Dapat tengok wajah cik tunang , membuatkan dia lagi tenang .
Diana bermain dengan di dapur . Memori pahit itu kembali lagi , dia senyum nipis . Perlahan , air diminum . Jam sudah menginjak ke 3 pagi . Tetapi dia masih belum dapat memejam mata . Tergerak hati turun ke dapur , tekak terasa kering yang amat . Jadi dia turun ingin minum air .
Melihat suasana dapur , membuatkan dia kembali teringat kenangan itu . Perut disentuh , sakit itu masih ada . Tubuh dia dibuat punching bag oleh lelaki itu . Bagaikan tiada hari esok lagi , dipukul hingga dia pengsan .
Bangun saja esok pagi , tubuh dia masih dibiar terdampar tanpa rasa niat untuk membantu mahupun mengubati luka di tubuh dia . Diana mengeleng kepala .
" Aik ? Tak tidur lagi ke dik ? " tegur Danish . Kebetulan dia baru saja selesai kerja di bilik kerja bawah .
Nampak cahaya lampu dapur , terus dia melencong ke situ . Mata yang sepet , kembali luas . Memandang Diana yang bersandar di kabinet dapur sambil memegang gelas di tangan .
" Oh- along " Diana seakan terkejut .
Danish kerut dahi . " Adik ada masalah ke ? Ada apa-apa nak cerita dekat along ? " .
Diana geleng perlahan . Dia pusing menghadap singki . Gelas dicuci bersih , diletak di tempat sejat air . Danish masih berdiri di sisi dia .
" Masih ingatkan lelaki bangsat tu ke ? " .
Kali ini nada Danish serius . Memeluk tubuh memandang Diana yang telah terdiam .
" Tak ada apa-apa lah along . Jangan risau- adik tahu lah " lengan berotot Danish ditepuk perlahan .
Danish melepaskan keluhan . Dia tiada hak mahu memaksa , lagipun Diana bukan jenis membuka mulut untuk meluah . Dia akan simpan , cukup masa dia sendiri akan luah rasa itu . Percayalah .
" Esok nak pergi Kuantan . Tidur lah dulu . Dah lewat sangat ni " kepala Diana digosok lembut .
" Baik along . Selamat malam " .
Mereka berbalas senyuman . Hilang kelibat Danish , dia melepaskan keluhan lega . Danish lebih santai , senang bawa bincang . Ilham pula , dingin tetapi hati dia lembut . Irfan ? Lelaki itu sangat kasar , senang cerita terlalu melindungi Diana .
▪︎🥀▪︎
Perjalanan dari Kuala Lumpur ke Kuantan hampir mengambil masa 5 hingga 6 jam . Jalan sangat sibuk , penuh dengan kenderaan keluar masuk . Mereka tiba pukul 3 petang . Di sebuah perkampungan Pak Mahat .
Sebuah rumah tidak besar manapun , tanah yang luas dihiasi dengan tanaman pokok mangga dan pokok-pokok lain . Mereka keluar dari Vellpire putih , yang dipandu oleh Danish . Kekadang bergilir dengan Syed Darius .
" Assalamualaikum mak ooo mak ! " Syed Darius menjerit . Memandang si ibu dari dalam .
Tidak lama itu , muncul seorang wanita tua . Hanya memakai baju kurung kedah , berkain batik dan dikepala hanya ditutupi skaf putih .
" Waalaikumussalam . Laa kau ke Ri ! Mak ingatkan siapa lagi dok jerit-jerit tadi ! Terkejut mak ! " tubuh Syed Darius dipeluk erat .
Rindu pada anak tunggal dia yang satu itu . Dia menetap di Kuantan , tidak mahu meninggalkan kampung halaman dia .
" Mak ni macam tak kenal Ri pula ! " .
Itu lah Nek Pah . Riuh rumah itu kalau kami semua pulang . Nek Pah juga menerima Diana dengan baik sekali . Elok layanan dia . Sedih juga mendengar kisah Diana dulu-dulu . Sebak .
" Mana cicit aku ? " Nek Pah tercari-cari seseorang .
Sepasang kaki kecil turun dari kereta sambil mengosok mata . Rambut serabai , patung arnab erat dalam pelukan . Diana senyum , mengusap kepala budak itu mesra .
" Eh ? Nenek ! " tersedar , terus dia berlari masuk ke pelukan Nek Pah .
Tertawa yang lain . Jejak kasih sungguh lah . Diana senyum . Sementara Ilham dan Irfan mengeluarkan beg pakaian mereka . Syed Darius dan Syarifah Natalia dah masuk ke dalam , ingin merehatkan diri .
" Ya Allah , dah besar dah cicit aku sorang ni haa ... makin besor " usik Nek Pah .
Mencebik terus budak lelaki itu . " Ibu ! Tengok nenek ni " adu budak lelaki itu manja . Memeluk kaki Diana erat .
" Alolo , anak ibu sorang ni . Nenek usik awak jelah . Apalah awak ni " ujar Diana lembut .
Itu lah satu-satunya harta yang dia ada . Megat Aidan Amsyar . Permata yang tiada nilai . 9 bulan 10 hari dia kandungan anak dia , bertarung dengan maut . Tubuh Aidan kecil sangat-sangat hingga doktor terpaksa menahan lama . Luluh hati Diana mengingat kembali detik lalu .
Seorang Aidan lahir , tanpa bapa disisi . Tubuh yang kecil , tiada zat . Allah , hancur hati Diana melihat Aida tika itu . Berulang-alik demi Aidan . Kini Aidan tumbuh dengan baik , malah semakin sihat .
" Jom masuk " tangan kecil Aidan digenggam erat .
Tidak akan dia lepas Aidan pada orang lain . Ini hak dia , Aidan anak dia . Akan dia berjuang , jika nyawa dia ditaruhkan sekalipun .
▪︎🥀▪︎
Faez mengerut dahi . Hari ini saja , hampir sepuluh pesakit dia rawat . Lelah , itu memang biasa . Sudah tugas dia untuk merawat dan membantu pesakit dia . Jika hari cuti , dia menghabiskan masa di rumah sahaja .
Dia termenung sendiri . Waktu rehat , dia malas mahu keluar pergi makan , jadi dia kirimkan sahaja . Kepala dia terasa pening pula , jadi dia mengambil keputusan untuk terus pulang saja nanti .
Lagipun ada dua orang doktor lagi . Dua lelaki , seorang wanita . Klinik dia semakin dikenali ramai . Dek kerana layanan yang elok , ramah dan mesra ramai yang mengunjungi klinik dia .
Faez memandu santai , sesekali dia membetulkan urat leher yang terasa tegang , masuk di persimpangan rumah ibu bapa dia terus dia membelok masuk laju . Dia senyum , mengangkat tangan kepada pengawal yang menjaga main gate kawasan perumahan elit itu .
Dia turut dari kereta , membawa keluar beg hitam miliknya dan juga kot putih nya . Dia senyum pada si tukang kebun . Kasut dibuka , dia makin melebar senyuman sebaik saja mendengar suara riuh rendah dari dalam .
" Assalamualaikum " salam diberi . Serentak itu , semua memandang dirinya .
Faez duduk di sebelah adik dia , Luqman yang memangku si kecil Inani . Manakala Inara pula bersembang dengan mummy dia . Daddy pula santai melayan Inadya .
" How's work ? Kau nampak penat sangat " tegur Luqman . Tidak memandang langsung wajah Faez .
" Macam biasa " .
Luqman angguk . Hubungan dia dan Faez masih dingin lagi . Tetapi di depan mummy dan daddy dia cuba untuk menutup peperangan antara mereka . Inara yang tahu , mengerling saja .
" Kau bila balik ? " Faez pandang Luqman disebelah .
Sungguh dia katakan , dia rindu Luqman . Tetapi kerana dia , mereka menjadi begini . Faez tidak boleh salahkan sesiapa . Dia yang salah , dia yang punca semua ini .
" Dua hari lepas " .
Inani mula merengek . Terus Luqman bangun , berjalan menuju ke arah Inara . " Sayang , Nani macam lapar ni . Nak susu agaknya " ujar Luqman lembut .
Menepuk perlahan punggung Inani . " Pergi lah naik . Kesian Inani dah lapar . Dya pula nampak macam mengantuh dah tu . Kamu berdua rehatlah kat atas " ujar mummy .
Inani diserahkan kepada Inara . Luqman pula mendukung Inadya yang mula mengantuk . Anak dara seorang tu , penat bermain pasti akan tidur kemudiannya . Faham sangat .
Hilang saja keluarga kecil itu , Faez pandang mummy dan daddy dia . " Kamu dah jumpa Orked ? " soal mummy .
Faez geleng . Bahu jatuh . " Faez dah upah semua penyiasat . Semua tak boleh pakai . Orked macam terus menghilang . Habis semua Faez dah suruh mereka siasat tetapi tak ada hasil " .
Dia meraup rambut dia yang terjuntai ke dahi . Sungguh , dia rasa ingin marah apabila hasil pencarian dia tiada hasil . Isteri dia seolah terus hilang- segala data dan maklumat semua tidak boleh dipakai .
" Maafkan mummy , mummy pun salah dalam hal ni . Kalau lah mummy berkeras , dia mungkin tak akan pergi dari rumah ni " ujar mummy pilu .
Faez senyum nipis .
" Tak payah lah mummy dan daddy susah-susah nak cari Dee . Membazir saja duit untuk cari Dee . Dia dah bahagia dah kat sana . Kalau mummy dan daddy masih berkeras , Luq tak teragak-agak untuk hentikan tindakan korang semua " .
Mereka semua terkejut . Luqman yang ingin membancuh susu buat anaknya terbantut . Rasa geram , marah melihat ibu bapa dia serta Faez masih meneruskan pencarian Orked Diana .
" Luq ! Kau kenapa nak halang aku ?! " tengking Faez . Dia mula berdiri .
Luqman senyum sinis . " Aku ? Halang kau ? " di semakin hampir .
Kini dua beradik itu saling menghadap . Dato' Razak dan Datin Azlin mula risau melihat dua anak lelaki mereka . Nampak ketengangan antara mereka .
" Cuba kau tanya diri kau tu- " jari telunjuk menyentuh dada Faez . " Kau layak ke untuk sahabat aku ? Kau layak ke nak digelar seorang suami ? Ada ke suami pukul isteri ? Ada ke suami yang hina isteri depan umum ? Hmm ? Asal kau diam- " .
Senyuman sinis Faez makin lebar .
" Sudahlah Shah . Usaha kau sia-sia je . Kau dah layan kawan aku macam binatang ! Kau buang dia macam anjing ! Ada hati nak kutip dia balik ?! Kau dengar sini baik-baik , kali ini aku tak akan bagi kau sentuh Orked Diana lagi ! " ayat akhir ditekan dalam .
Luqman terus naik ke tingkat atas . Faez terduduk di sofa . Dia hilang kata-kata . 7 tahun , masa yang terlalu lama dia ambil untuk pulihkan hati dia . Dia tahu , dia banyak kali menyakitkan isteri dia . Dia kesal . Dia bertaubat .
Tetapi masih ada lagikah kemaafan buat dia ?
[ 2137 words]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro