01~START

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ketika seseorang telah disakiti, mereka akan berubah tanpa kalian sadari

«»«»«»

ANGIN berhembus membelai rambut gadis itu. Pagi yang sangat cerah membuat gadis itu tersenyum ceria. Ia melangkah memasuki kelasnya dengan semangat.

Baru saja gadis itu masuk ke dalam kelasnya, ia langsung disambut sahabatnya dengan senyuman.

"Pagi Jul," sapa Wenda.

"Pagi," balas Juli sambil tersenyum.

"Hai Jul," sapa Deina dan Mella.

"Hai, kalian kompak banget," ujar Juli. Gadis itu segera berjalan ke bangkunya yang berada di tengah-tengah.

"Jul, lo udah buat PR fisika?" tanya Wenda.

"Udah," jawab Juli.

"Gue boleh pinjam nggak?" tanya Wenda.

"Nih." Juli memberikan buku fisikanya.

"Ntar ada ulangan matematika, lo udah belajar belum Jul?" tanya Deina.

"Oh, iya gue belum belajar," ucap Mella.

"Udah kok," jawab Juli.

"Entar bagi-bagi jawaban ya," kata Deina dengan enteng.

Juli hanya mengangguk lalu membuka buku matematika yang ada di atas meja.

"Lo kok mau sih dicontekin gitu?" tanya Veli yang duduk di sebelah Juli.

"Mereka cuma lupa buat PR sama lupa belajar aja kok," kata Juli sambil tersenyum.

"Lo itu dimanfaatin tau, lagian lo mau-mau aja minjemin PR lo, yang ada mereka nanti keterusan. Sekali nya lo baik sama seseorang, lo bakalan dimanfaatin terus, inget deh kata-kata gue," kata Veli.

"Apaan sih lo? Mending sekarang lo belajar, ntar ada ulangan matematika lho!" kata Juli yang lebih memilih tak menghiraukannya ucapan Veli.

Tiba-tiba, seorang guru tua dengan penggaris kayu yang besar di tangannya masuk ke dalam kelas. "Anak-anak, sekarang kita ulangan, masukkan buku kalian ke dalam tas dan taruh tas kalian di depan. Di atas meja hanya ada alat tulis!" perintah Bu Siti sambil membenahi kaca matanya.

Seketika seisi kelas mengeluh, meminta agar ulangan ditunda.

"Sudah cepat! Jangan ada yang mengeluarkan suara!" teriak Bu Siti sambil memukulkan penggaris yang ia pegang ke meja.

Seluruh kelas pun buru-buru menaruh tasnya di depan dan kembali ke tempat duduknya masing-masing. Bu Siti pun membagikan kertas ulangan kepada seluruh siswanya dan kembali duduk di depan.

Dengan cermat, Juli membaca satu persatu soal yang tertulis di lembaran yang ia pegang. Tiba-tiba sebuah kertas yang telah diremas dilemparkan kepada Juli. Segera gadis itu membuka dan membaca isi kertas tersebut.

1-15 jawabannya apa?

Tanpa pikir panjang, Juli segera menyalin jawabannya ke kertas tersebut. Baru saja Juli ingin melempar kertas itu kembali ke Mella. Tiba-tiba Bu Siti sudah ada di hadapannya dan mengambil kertas yang ia pegang.

"Ini apa?" tanya Bu Siti marah. Hal itu membuat seisi kelas menatap Juli.

"Eee ... itu ... eee ... anu buk," Juli terbata-bata.

"Contekan?"

"Bukan git--"

"Kamu tau kan saya paling tidak suka dengan orang yang mencontek! Kamu sekarang juga keluar!" teriak Bu Siti lalu berjalan kembali ke depan meja.

"Lo nggak papa?" tanya Vela khawatir.

"Nggak papa kok," kata Juli sambil tersenyum. Gadis itu berjalan menuju pintu keluar.

"Maaf ya Jul," kata Mella.

"Iya nggak papa, nih." Juli melempar kertas berisi jawaban ke Mella dengan cepat, lalu berjalan keluar kelas.

«»«»«»

BEL istirahat berbunyi, para siswa berjalan berhamburan keluar kelas. Beberapa siswa berbisik-bisik ketika melihat Juli yang berdiri di luar.

"Tuh gue bilang juga apa, dia itu nggak pinter, paling dia dapet ranking satu gara-gara nyogok pakai duit bokap. Haha ... orang kaya mah mainnya pakai duit," ucap seseorang.

Juli berusaha tak menghiraukan perkataan tersebut.

Veli yang mendengar hal itu pun segera menghampiri Juli, "mereka terlalu keras untuk ukuran bisik-bisik," kata Veli.

Juli melihat Veli yang berjalan mendekatinya. Gadis itu tersenyum, "gue udah biasa dengerin hal kayak gitu," kata Juli.

Tiba-tiba Wenda, Deina dan Mella datang menghampiri Juli. "Sori banget ya tadi, gue nggak tau bakalan ketahuan," kata Mella

"Iya, nggak papa," jawab Juli.

"Nggak papa? Nilai lo dikosongin lho Jul," kata Veli.

"Lo rempong banget sih Vel, Juli nya aja santai-santai aja, kenapa lo yang sewot," kata Wenda kesal.

"Ya udah, mending kita ke kantin Jul!" ajak Deina. Gadis itu menarik tangan Juli tanpa persetujuan pemiliknya.

"Eh, gue duluan ya Vel." Juli melambaikan tangannya kepada Veli, sebelum akhirnya berjalan mengikuti teman-temannya di depan.

Sesampainya di kantin, mereka segera duduk di tempat yang masih kosong.

"Kalian mau makan apa? Biar gue pesenin," ucap Juli.

"Gue bakso sama es teh aja," kata Mella.

"Gue samain aja," ucap Deina dan Wenda.

"Oh, ya udah gue ke sana dulu ya," kata Juli lalu berjalan menuju tempat pedagang bakso.

Beberapa menit kemudian, Juli kembali dengan nampan yang besar di tangannya.

"Bukannya dia Juli si anak orang kaya itu kan?" tanya seseorang saat Juli lewat.

"Mau aja disuruh-suruh, gila apa dia?"

Gadis itu berusaha tak menghiraukan perkataan yang sudah biasa ia dengar dan memilih untuk segera berjalan menuju teman-temannya.

"Wah, makanannya udah dateng, makasi Jul," ucap Wenda.

"Btw, lo entar ada acara nggak?" tanya Deina.

"Nggak. Kenapa?" tanya Juli.

"Gimana kalau entar kita ke mall?" tanya Deina.

"Ide bagus tu, lo bisa kan Jul?" tanya Mella.

"Bisa kok," jawab Juli.

"Ya udah entar jam lima ya!" kata Wenda.

"Oke," jawab Juli.

«»«»«»

JULI membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam. Baru saja gadis itu ingin masuk ke kamar. Tiba-tiba orang tua nya memanggil nya.

"Juli!" panggil ayah gadis itu.

"Apa?" tanya Juli.

"Sini!" pinta pria itu.

"Udah nggak ada Juni, jadi jangan akting kayak kita itu keluarga bahagia," kata Juli blak-blakan.

"Ada yang mau kita omongin sama kamu," kata wanita itu.

"Oh, bener, kalian nggak bakalan manggil aku kalau nggak perlu sesuatu kan. Sekarang apalagi?" tanya Juli.

"Kami sudah memutuskan, kami mau kamu menikah dengan kenalan kami," kata pria itu.

Hal itu membuat Juli terkejut bukan main, "sekarang apa lagi?" tanya Juli.

"Kami sudah memikirkan hal ini. Jika kamu menikah, kamu akan lebih mudah melupakan masa lalumu dan memulai kembali masa depanmu," kata sang wanita. "Ini demi kebaikanmu," lanjutnya.

"Kebaikan? Hah! Lucu! Ini demi perusahaan kan? Aku udah capek ngikutin kemauan kalian, aku nggak bakalan mau ngelakuin sesuatu yang kalian suruh!" teriak Juli lalu berjalan menuju kamarnya.

Sesampainya di depan kamarnya, gadis itu langsung masuk dan membanting pintu dengan keras. "Apa? Nikah? Di umur gue yang masih segini? Gila apa!" jerit Juli frustasi.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Segera gadis itu menerima panggilan dari ponselnya.

"Jul, lo di mana? Jadi kan?" tanya Wenda.

"Jadi, gue ke sana sepuluh menit lagi," jawab Juli.

"Oh, langsung ke cafe seperti biasa aja ya!" katanya lalu mematikan sambungan telepon.

Segera Juli bersiap dan menelpon taksi. Beberapa menit kemudian, taksi pun datang. Gadis itu segera masuk ke dalam taksi dan menuju mall.

Sesampainya di mall, Juli segera menuju cafe. Namun, gadis itu terkejut saat melihat beberapa laki-laki bersama teman-temannya. "Itu bukannya geng nya Martin? Kok mereka ada di sini?" guman Juli menghampiri teman-temannya itu.

"Akhirnya Juli dateng juga," kata Wenda.

"Btw ini kok ada mereka?" tanya Juli.

"Oh, kebetulan liat mereka aja jadi gue suruh gabung. Nggak papa kan?" tanya Deina.

"Oh."

"Gue laper," kata Martin.

"Ya udah persen sana," kata Mella.

"Kita lagi bokek," ucap lelaki di sebelah Martin.

"Tenang, Juli yang bayar," kata Wenda enteng. "Ya nggak Jul?"

Juli hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Ya udah gue pesenin kalian ya," ucap Martin semangat.

Beberapa menit kemudian, Martin dan temannya datang dengan nampan berisi makanan. Mereka menyantap makanan tersebut sambil bercerita kepada satu sama lain. Juli yang merasa tak dianggap pun akhirnya memutuskan untuk pulang.

"Gue pulang dulu ya, ada acara di rumah," bohong Juli. "Oh,iya, ini uang nya gue taruh di atas meja ya," kata Juli sambil menaruh beberapa lembar uang berwarna merah.

"Dada Juli!"

"Iya, gue duluan," kata Juli.

Juli pun berjalan keluar cafe. Saat ia keluar, ia melihat gantungan kunci panda. Gadis itu pun memutuskan untuk membeli gantungan kunci tersebut. Ia mengeluarkan dompetnya dan mengambil uang untuk membayar gantungan kunci itu.

Namun, tiba-tiba gadis itu sadar akan sesuatu. Foto gue mana? batin Juli. Gadis itu mulai panik ketika menyadari foto itu hilang. Juli pun segera mengambil gantungan kunci yang ia beli dan kembali ke cafe untuk mencari fotonya.

"Nah ini dia," kata Juli ketika melihat fotonya yang berada di lantai cafe. Baru saja Juli ingin pergi, tiba-tiba gadis itu menghentikan langkahnya saat mendengarkan sesuatu.

"Lo bener Wen, nggak salah gue ke sini, udah dapet makanan gratis dapet uang pula," kata Martin.

"Emang, gue bilang juga apa. Kita itu punya bank khusus. Sekarang kalian ngerti kan kenapa gue, Mella sama Deina mau jadi sahabatnya Juli?" tanya Wenda.

"Kalau tau gitu gue pacaran aja sama dia. Udah cantik, pinter, kaya lagi, tapi sayangnya otaknya nggak jalan kalau udah dimanfaatin," ucap Martin membuat yang lainnya tertawa.

"Malah itu kali yang bagus, jadikan kita bisa morotin dia terus dan bagusnya lagi kita nggak pernah belajar tapi selalu dapet nilai bagus. Sedangkan dia belajar, tapi dapet nilai nol, tolol banget kan?" kata Deina membuat yang lainnya kembali tertawa.

Tanpa terasa airmata Juli mulai menetes. Gadis itu segera menghapus air matanya dan berjalan pergi dari tempat itu.

Juli menyetop taksi dan segera masuk ke dalam taksi itu. Di dalam sana, Juli menangis sejadi-jadinya. Gadis itu menatap fotonya bersama dengan seorang lelaki.

Nggak cuma sekali, gue udah dihianati ratusan kali. Kenapa harus gue? batin Juli sambil menghapus air matanya. Gue udah coba ratusan kali, tapi nggak ada yang kaya lo, semuanya orang yang deket sama gue cuma manfaatkan gue, nggak ada yang tulus, batin Juli miris.

Sesampainya Juli di rumah, ia segera berjalan menuju kamarnya. Namun, lagi-lagi orang tuanya memanggilnya.

"Juli!"

"Mom, Dad, aku capek," lirih Juli.

"Mom cuma mau nunjukin foto anak temennya Dad. Siapa tau setelah liat fotonya kamu bakalan tertarik," kata wanita itu.

Juli terdiam. Tanpa pikir panjang gadis itu mengucapkan satu kalimat yang mungkin akan ia sesali seumur hidupnya, "oke, aku bakalan nikah sama dia," kata Juli lalu pergi.

«»«»«»

Hai, aku datang membawa cerita baru. Ini cerita kembarannya Juni ya! Semoga suka sama ceritanya! Jangan lupa vomment! Makasi

24-06-2017

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro