18

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ternyata kamu belum cukup untuk menjadi alasanku melupakan masa lalu ku

•••••

Sebuah panggilan masuk ke telpon milik Julian. Lelaki yang tadinya hendak tidur pun terpaksa mengurungkan niatnya. Julian menatap nomor yang tertera di layar ponselnya. Pasti dari kantor polisi, batinnya.

Julian menekan tombol hijau di layar ponselnya. "Kali ini apalagi?" tanya Julian pada orang di sebrang sana. Julian sudah tahu bahwa polisi itu juga bosan dengan ulah teman yang sudah dianggap adik oleh Julian itu. Pasalnya, setiap hari Julio dan Julia selalu membuat masalah yang berakhir di kantor polisi.

"Julio kebut-kebutan lagi di jalanan, dan hampir aja nabrak ibuk-ibuk. Sedangkan Julia dia mabuk-mabukan dan kita temuin dia nggak sadar di trotoar jalanan," terang polisi tersebut.

"Di kantor polisi biasanya?" tanya Julian

"Iya, mau dimana lagi?" tanya polisi itu dengan nada jengkel. Mungkin dia juga sudah bosan melihat dua bocah yang selalu memenuhi kantor polisi. Apalagi jika mereka ditanyai mereka akan menjawab dengan berbagai macam alasan dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan mereka. Tapi nyatanya? Mereka terus saja melakukan kesalahan mereka.

"Ok Pak, saya ke sana. Maaf sekali lagi atas kesalahan adik-adik saya," ucap Julian lalu mengambil kunci mobilnya dan keluar dari kamarnya.

Julian memang sudah dianggap kakak oleh Julio dan Julia. Itu karena umur Julian lebih besar dari mereka, itu disebabkan karena Julian telah sekolah selama beberapa tahun. Sikap Julian pun sangat dewasa, hal itu membuat sahabat-sahabatnya itu selalu mengandalkannya.

Tapi hal itu tak membuat Julian risih. Julian senang bisa membantu sahabatnya. Bahkan Julian berharap mereka akan berubah, walaupun hanya ada sedikit kemungkinannya.

Beberapa menit kemudian, Julian sampa di depan kantor polisi. Julian pun segera masuk ke dalam. Di sana ia langsung disambut dengan cengiran khas Julio.

"Julian, maaf ya, janji deh nggak ngulangin lagi," ucap Julio.

"Gak usah buat janji kalau gak bakal dilaksanain," ucap Julian lalu berjalan ke meja polisi. "Pak, biarin mereka nginep di sini sebulan aja deh," ucap Julian, tampaknya ia sudah akrab dengan polisi itu.

"Lah, apalagi saya, saya bosen banget liat tingkah mereka. Kalau mereka di sini selama sebulan, bisa botak kepala saya," ujar polisi itu.

"Haha, kepala bapak kan udah botak. Jadi mana bisa botak lagi. Kita kan anak baik pak, nggak bakalan buat masalah deh, janji nih!" Julia yang tadinya tidur di sofa, bangkit dan menghampiri meja polisi itu seperti orang mabuk.

Julio pun memukul kepala Julia, "lo ya! Kalau ngomong itu dijaga, ntar kalau Pak Botak marah gimana? Bisa-bisa pala lu yang dibotakin," ujar Julio dengan mengecilkan kata 'Pak Botak'.

"Oh, iya, gue lupa, maaf ya pak maaf," ujar Julia sambil menyalimi tangan polisi di hadapannya.

"Iya pak maafin dia, dia lagi mabuk aja, makanya gitu," kata Julio.

"Ya udah kalian keluar aja sana, biar kakak kalian aja yang nyelesain masalahnya," kata polisi tersebut.

"Wah makasi ya pak," ujar Julio lalu beranjak dari duduknya.

Dengan cepat Julian langsung menarik baju bagian belakang Julio. "Kunci mobil mana? Kasi gue!" pinta Julian.

"Yah Julian, masa mobil gue disita lagi," rengek Julio.

"Mana bawa sini!" paksa Julian.

Akhirmya Julio pun menyerahkan kunci mobilnya.

"Sip, lo tunggu di luar sama Julia, tunggu di sana, kalau lo sampe pergi gue bakalan kasi tau orang tua lo yang di amerika!" ancam Julin.

"Ok, ok," jawab Julio pasrah. "Julia, ayo!" Julio menyeret tangan Julia.

"Dada Pak Botak," ucap Julia.

•••••

JULIAN kembali teringat dengan masa lalunya. Dimana ia masih bahagia dengan hidupnya. Tak ada yang ia resahkan pada waktu itu. Namun sekarang? Pikirannya selalu melayang-layang ke mana-mana.

Tiba-tiba pintu kamar Juli terbuka. Julian pun langsung turun dari kasurnya dan mendekati Juli. "Lo udah baik-baik aja?" tanya Julian.

"Gue nggak papa, nggak usah deket-deket!" ujar Juli jutek.

"Masih marah soal ciuman kemarin?" tanya Julian pada Juli.

Juli mengedipkan matanya berkali-kali, kenapa sih Julian tidak malu mengatakan soal ciuman mereka kemarin?

"Nggak tau ah!" ujar Juli. Gadis itu mendorong Julian yang menghalangi jalannya dan berjalan menuju keluar.

"Lo mau apa?" tanya Julian.

"Nggak usah kepo!" kata Juli.

Baru saja Juli hendak menyentuh ganggang pintu, Julian sudah duluan mengunci pintu tersebut.

"Lo apa-apaan sih?" tanya Juli.

"Kenapa marah?" tanya Julian.

"Masih nanya juga," ujar Juli bete.

"Gara-gara dicium? Maaf," ucap Julian.

"Abis lo ngeselin! Masa tiba-tiba nyium gue," kata Juli.

"Makanya jangan ciuman sama Julio," kata Julian.

"Gue nggak ada ciuman sama Julio, dianya aja yang tiba-tiba nyium gue," terang Juli.

"Makanya jangan deket-deket sama dia," kata Julian.

"Tapi dia asyik diajak ngobrol, gak kayak lo! Jangankan ngobrol, bersuara aja jarang," ujar Juli.

"Emang lo mau ngomong apa sama gue?" tanya Julian.

"Kan bisa cerita-cerita gitu," kata Juli.

"Ya udah cerita aja, gue dengerin kok," kata Julian.

"Tapi sama lo nggak seru, berasa curhat sama tenbok," ejek Juli.

"Emang tembok ganteng?" tanya Julian.

"Nggak."

"Ya udah beda berarti, kan gue ganteng," kata Julian.

"Apaan sih! Ge-er banget!" Juli jadi salah tingkah.

"Bener kan? Gue aja sering liat lo mandang gue tanpa berkedip," kata Julian.

"Nggak! Boong lo!" elak Juli.

"Gue nggak boong, lo yang boong!" kata Julian.

"Au ah males," kata Juli.

"Pemalas," ejek Julian.

"Ihhh!!!" gerutu Juli sebal. Namun beberapa detik kemudian dia menyadari sesuatu, "kok lo jadi banyak omong tadi?" tanya Juli.

"Kan elo yang minta," jawab Julian.

"Jadi kalau gue minta jalan-jalan, lo mau nganterin?" tanya Juli.

"Nggak!" Julian kembali duduk di kasurnya dan kembali membaca buku.

"Yah, Julian! Sekarang kan hari minggu. Gue bosen," ujar Juli.

"Di rumah aja, lo lagi sakit!" kata Julian.

"Masa hari minggu di rumah sih? Nggak seru banget! Kalau gitu gue telpon Julio nih!" ancam Juli.

"Ya udah sana!"

"Bener nih nggak papa?" tanya Juli.

"Iya telpon aja sana! Paling-paling ntar lo gue sekap di kamar mandi," kata Julian.

"Kayak berani aja! Kalau gue mati gimana?" tanya Juli.

"Nggak bakalan lah! Orang lo bareng gue di kamar mandi," ujar Julian sambil membalikkan kertas bukunya.

Juli menatap Julian kesal, "lo ngeselin!" ucap Juli lalu berjalan masuk ke kamarnya. Ternyata Julian memang tidak bisa baik selamanya.

•••••
Akhirnya update juga! Buat yang pengen cerita ini di next secepatnya wajib vomment! Aku bakalan update kalau comment nya udah banyak! Dan kalau commentnya lebih dari seratus, aku bakalan nulis panjang buat chapter selanjutnya. Ok? Makanya jangan lupa vomment!

22-11-2017

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro