6. Hujaman Yang Tepat

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Lepaskan, Dante!" jerit Gia sambil meronta dengan sekuat tenaga demi terlepas dari cengkeraman Dante. Tubuhnya didorong ke belakang, dan bukan karena permintaannya. Melainkan karena ada sesuatu yang lebih menarik perhatian pria itu.

Dante maju dua langkah, berhenti tepat di hadapan Jason dan kedua matanya menajam melihat bekas lipstik Gia di sana.

"S-siapa ka…"

Hanya butuh satu detik untuk mengamati, dan detik berikutnya tinju Dante mendarat di hidung Jason. Jason mengerang kesakitan dan Gia menjerit dengan keras.

"Hentikan, Dante!" Kedua tangan Gia ditangkap pengawal Dante yang lainnya. Tak membiarkan dirinya ikut campur urusan pria tersebut.

Melihat darah yang muncrat dari hidung Jason dan merembes ke bibir pria itu sekaligus melenyapkan bekas lipstik Gia di bibir, Dante menyeringai puas dengan kilatan kejam di kedua katanya. "Begini lebih indah."

"Urus dia," perintah Dante pada kedua pengawal yang menahan tubuh Jason yang lunglai, kemudian berbalik dan menangkap bagian belakang leher Gia. Menyeret gadis ingusan tersebut dengan cengkeraman yang kuat keluar dari ruangan pribadi tersebut. Melewati lorong khusus yang langsung membawa mereka semua ke pintu belakang.

Dante hanya butuh mengeluarkan sedikit kekuatannya untuk menangkap rontaan Gia yang dikeluarkan dengan seluruh kekuatan penuhnya. Sampai di bagian belakang klub tersebut, sebuah mobil yang pintunya sudah dibuka menyambut mereka. Tubuh mungil Gia dibanting di jok belakang, dan sadar diri kalau tidak akan bisa melawan. Gia pun menyerah dan menggeser tubuhnya ke pojok saat Dante ikut naik.

Pintu mobil ditutup dan langsung melaju meninggalkan bagian belakang klub.

Dante memiringkan tubuhnya ke arah Gia dengan kedua tangan bersilang dada. Mengamati penampilan gadis itu dengan cemooh yang begitu kental di wajah.

Mendengus keras, pria itu berucap, "Kau pikir dengan meninggalkan mobilmu di kampus  bisa mengelabuiku, begitu?"

Gia tak menjawab, menyingkirkan helaian rambut dari wajahnya dengan gerakan yang dipenuhi kegusaran. Dalam hati bahwa ia memang tak sungguh-sungguh mengelabui Dante. Ia hanya ingin sedikit bermain-main demi mencari perhatian pria itu. Tetapi jelas Dante selalu memegang permainan dengan baik. "Apa yang akan kau lakukan pada Jason?"

"Dan apa yang kau pikir kau lakukan pada rambutmu?" Dante mengulurkan tangan dan menggenggam rambut Gia yang dicat warna pelangi dengan genggaman yang besar sebelum kemudian menjambak dalam sentakan yang cukup keras meski tak cukup sungguh-sungguh menyakiti gadus itu.

"Aww…" Gia menarik rambutnya kembali dan mendorong kepalanya ke belakang. Mencoba menjauh dari tangan panjang Dante di dalam mobil yang tak cukup lebar untuk menghindar. "Sakit."

"Merah, kuning, hijau. Kau pikir hidupmu seperti pelangi, hah?"

Wajah Gia merah padam, menoleh dengan tatapan sinisnya dan dagu yang terangkat. "Ya. Aku masih muda dan hidupku masih secerah pelangi. Tidak seperti kau yang sudah tua dan penuh kekelaman. Itulah sebabnya kau tak berani mewarnai rambutmu, kan. Tak pantas dengan umurmu."

Dante mendesah dengan keras. Memutar tubuhnya ke arah depan dan memerintahkan pada sopir untuk mendapatkan salon terbaik yang ada di sekitar sini. "Kenapa? Kau ingin mengecat rambutmu?" tanya Gia kemudian.

Dante tak menjawab, mengambil ponsel di dalam saku jas dan mulai menyalakan layarnya. Baru saja pria itu membaca judul email, mendadak ponsel di tangannya direbut dan hanya butuh sekejap mata lenyap dari pandangannya. Tetapi butuh lebih dari beberapa saat untuk menyadari bahwa ponsel tersebut dilempar ke jendela mobil. Jatuh ke jalanan dan dilindas ban mobil salah satu anak buahnya.

"Apa yang kau lakukan?" geram Dante, menatap penuh murka ke arah Gia yang masih menatapnya dengan penuh penentangan.

"Kau tak mendengar pertanyaanku."

Kedua mata Dante terpejam, menarik napas panjang dan beratnya sebelum kemudian menyuruh sopir untuk menghentikan mobil.

Gia tak tahu apa yang akan dilakukan Dante setelah perbuatannya untuk mendapatkan perhatian pria itu. Mobil berhenti dan Dante berkata dengan sangat dingin. "Dapatkan ponselku kembali atau aku akan membuat kakimu patah karena

jalan kaki sampai di rumah?"

"Apa?"

"Aku tak pernah mengulang perintahku, Gia," tandas Dante, dengan tatapan yang lebih tajam dan dingin dari sebelumnya. Yang membuat Gia membeku dan

menurunkan dagunya dengan perlahan. "Sekarang."

Mengerang dengan dongkol, Gia membanting pintu di sampingnya terbuka dan melompat turun. Melewati dua mobil yang ada di belakang mobil mereka. Sedangkan Dante, pria itu masih duduk bersandar di punggung jok, dengan mata yang melekat pada kaca spion yang menampilkan pemandangan punggung Gia. Gadis itu berjalan di pinggiran jalan, cukup jauh untuk mendapatkan ponselnya yang sudah retak layarnya.

Saat kembali, gadis itu terengah dengan keringat yang membanjiri seluruh wajah dan heels di tangan kiri sedangkan tangan kanan melempar ponsel Dante ke pangkuan pria itu. "Kau puas?" ucapnya dengan napasnya yang dicicil dan duduk di samping pria itu.

Terkadang, Dante bisa menjadi sangat menakutkan dengan tatapan pria itu yang tajam dan dingin. Hanya memberi Gia satu pilihan, patuh.

"Kata siapa kau bisa duduk di sini?" desis Dante ketika Gia baru saja mendaratkan pantatnya.

Tubuh Gia membeku dan memucat seketika. Menyadari nada suara Dante yang tajam dan membuat bulu kuduknya merinding. Gia menoleh ke samping dengan perlahan, langsung bertemu dengan ketajaman manis Dante yang mengerikan. Membuat Gia menelan ludahnya.

Gia pun kembali membuka pintu dan turun. Kemudian naik di mobil lainnya. Menahan air mata merebak di kedua matanya dengan mengucapkan sumpah serapahnya terhadap pria itu.

"Apa yang akan kau lakukan jika aku kabur?!" bentak Gia pada sopir yang mulai melajukan mobil mengikuti mobil Dante yang ada di depan.

"Anda tidak akan berani, Nona.. Anda tidak memiliki siapa pun yang akan membantu," jawab sopir itu dengan nada setenang dan sedatar mungkin.

"Bukan aku yang tidak memiliki siapa pun untuk membantuku. Tapi bosmu yang akan membuatku tidak memiliki siapa pun yang berani membantuku. Benar, kan?"

"Ya, Nona." Sopir itu mengangguk dengan mantap, tanpa keraguan sedikit pun. Yang membuat Gia semakin dongkol bukan main.

Tak sampai di situ kedongkolan Gia yang telah membuat Dante murka. Ketika mereka sampai di sebuah salon yang cukup mewah, mobil berhenti. Sopir turun untuk membukakan pintu Gia.

"Kenapa?" tanya Gia menatap ke arah depan dan melihat mobil Dante yang bergeming.

"Tuan memerintah untuk mengembalikan warna asli rambut Anda," ucap sopir itu dengan nada yang terlalu tenang dan datar seperti biasa. Yang membuat Gia berpikir pria ini adalah sebuah robot.

"Tidak!" tegas Gia dengan keras. Dan seolah semua sudah mengetahui reaksi ini, ketika Gia mencoba kabur dari sisi lain mobil. Seorang pengawal Dante menunggunya. Gia berhenti, dengan wajah yang merah padam oleh ketidak berdayaan, gadis itu memilih berjalan ke salon dengan kedua kakinya sendiri atau anak buah Dante yang akan menyeretnya.

Sampai di pintu kaca salon, Gia berpapasan dengan seorang wanita cantik yang rambutnya digerai, mengenakan minidres berwarna merah. Gia pikir wanita itu adalah wanita cantik biasa. Tetapi rupanya wanita itu mendatangi mobil Dante, yang pintunya langsung dibukakan oleh sopir dan masuk ke dalam.

Langkah Gia terhenti, menatap kaca mobil yang segera bergerak naik begitu wanita itu masuk. Tentu saja Gia tahu apa yang akan dilakukan Dante dengan wanita itu, yang membuat Gia geram bukan main dan ingin menjambak rambut wanita itu.

"Nona." Pengawal Dante segera menghadang sebelum Gia mendapatkan satu langkahnya. Memaksanya gadis itu masuk ke dalam salon dengan air mata yang membeku di kedua matanya yang memerah.

Dada Gia seolah dihujam dengan ribuan tombak. Dante memang paling tahu cara untuk membalas perbuatannya.

***

Tgl 3 besok, di GoodDreamer akan tayang bab 60-120 yaa...

****

Misalnya author mau ngadai GA dan hadiahnya koin buat baca cerita ini di aplikasi GoodDreamer, apakah akan ada yang tertarik? Syaratnya gampang kok, cuman bikin ulasan di cerita author dan kasih bintang lima.

Ada yang berminat? Silahkan komen. Kalau banyak yang minat, next bakalan ada pengumumannya selanjutnya.

Atau kalau mau GA yang lebih gede hadiahnya, ada tuh GA dari aplikasinya langsung. Di FB



Punya author nomor 23. Jungkir Balik Mengejar Duda Seksi, ya

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro