Spring Season

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yosh! Kali ini saya up seri tema seasons kali ini.

Tema season kali ini adalah Spring Season. Pasangan yang ada di cerita ini adalah saya bersama husbu saya 😍

Oke langsung saja. Gak usah basa-basi terlalu lama. Pasti kalian tidak sabar untuk membaca ceritanya bukan?

Oke, cekidot~ 😄

***
Haikyu! Fanfiction
Akaashi Keiji x Avira

Beautiful in The Spring Season

Happy Reading~
***

Matahari telah terbit menggantikan tugas bulan untuk menyinari bagian bumi yang lain. Udara yang mulanya dingin, karena musim dingin. Kini telah hangat. Tanpa disadari musim telah cepat berganti.

Saat ini adalah musim semi, musim dimana bunga sakura bermekaran dengan indahnya menghiasi setiap jalan. Pohon-pohon yang daunnya mulai tumbuh dan para hewan yang keluar dari sarangnya setelah hibernasi selama musim dingin.

Tak jauh beda dengan para murid sekolah. Mereka masuk sekolah setelah libur musim dingin. Sekolah-sekolah aktif kembali. Setiap jalan di Jepang dipenuhi oleh para murid yang berangkat sekolah. Mereka tampak bersemangat memulai tahun ajaran baru tahun ini.

Begitu juga dengan anak laki-laki bertubuh jangkung dengan rambut bewarna hitam dan mata bewarna abu-abu ini. Meskipun wajah bahagia tak tampak dari wajahnya, tetapi di dalam hatinya dia sangat menantikan tahun ajaran baru ini. Dia juga tak sabar untuk latihan voli bersama teman-temannya, karena sudah beberapa hari latihan voli diliburkan berkaitan dengan natal dan tahun baru.

Laki-laki itu melangkahkan kakinya menyusuri trotoar dengan pandangan yang lurus ke depan. Dia menatap tiga perempuan yang berjalan di depannya yang sedang asik bercengkrama.

"Hoya Akaashi!"

Sebuah suara mengalihkan perhatian laki-laki berambut hitam itu bernama Akaashi itu. Dia berhenti lalu, menoleh ke asal suara. Tampak seorang laki-laki berambut hitam dan putih yang diberi gel agar rambutnya dapat berdiri, berlari ke arahnya dengan senyuman lebar.

Akaashi hanya menghela nafas melihat kelakuan partnernya itu. Partnernya itu bernama Bokuto Koutarou, seorang Ace sekaligus kapten dari tim voli Fokurodani. Dia juga termasuk ke dalam 5 jajaran Ace terbaik se-Jepang. Meskipun begitu, sifat Bokuto tidak seperti yang dipikirkan orang-orang. Menurut Akaashi, Bokuto adalah tipe ciri orang yang tidak bisa diam alias hiperaktif.

Bokuto berhenti tepat di depan Akaashi. Dia tampak sangat senang hari ini. Akaashi yang sudah mengerti dengan sikap Bokuto, seakan mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Ne… Akaashi, kau tahu?" tanya Bokuto dengan semangat.

Akaashi menghela nafas. Dia sudah tahu kalau Bokuto dalam mode seperti ini, pasti dia tidak akan berhenti bercerita.

"Tidak" jawab Akaashi singkat sambil melanjutkan langkahnya, berjalan menuju sekolah.

Bokuto mengejar Akaashi dan memulai ceritanya dengan semangat, tanpa mempedulikan jawaban Akaashi barusan.

"Asal kau tahu Akaashi, aku mengajak Rain untuk hanami bersama akhir pekan nanti dan ia langsung menyetujui ajakanku"

"Ah… Souka" jawab Akaashi tanpa minat.

Akaashi sudah sering mendengar cerita Bokuto tentang Rain. Rain adalah perempuan yang tinggal dekat rumah Bokuto,  perempuan yang dapat menarik perhatian temannya yang satu ini. Bisa dibilang bahwa Bokuto jatuh cinta pada Rain. Akaashi juga pernah bertemu dengan Rain. Tanggapan Akaashi terhadap Rain adalah 'Rain itu tidak peka.'

Yap… Tidak peka. Rain yang bersekolah di Nekoma, tempat Kuroo bersekolah yang kebetulan juga Rain berteman dengan Kuroo itu tidak peka. Bahkan saat Bokuto dan Kuroo (yang juga suka pada Rain) menunjukkan kode-kode tentang perasaan mereka ke Rain, Rain hanya menganggapnya seolah tak terjadi apa-apa. Akaashi menjadi cukup kasihan dengan Bokuto.

"Ne… Akaashi kau mau ikut hanami bersama kami?" tqnya Bokuto membangunkan Akaashi dari lamunannya.

Mata Akaashi mengerjap, lalu wajahnya kembali datar "bukannya itu hanamimu bersama Rain, kenapa aku harus ikut?" tanya Akaashi heran dengan pemikiran temannya ini.

"Tapi Rain bilang, kalau ia juga akan mengajak temannya. Nah… Saat aku bersama Rain, kau menemani temannya itu. Ayolah Akaashi!" rengek Bokuto.

Akaashi mendengus pelan, dia menganggukkan kepala mengiyakan permintaan Bokuto.

Bokuto langsung terlonjak senang saat Akaashi menerima tawarannya. Dia memukul pundak Akaashi "jangan lupa akhir pekan Akaashi!" kata Bokuto senang sambil berlari meninggalkan Akaashi di belakang.

Akaashi hanya menggelengkan kepalanya. Untung dia punya ekstra kesabaran dalam menghadapi temannya yang satu ini.

Akaashi menghentikan langkahnya. Dia memejamkan matanya, menikmati angin musim semi yang berhembus kencang. Kelopak matanya kembali terbuka. Dia menatap sekelilingnya. Matanya menangkap sosok perempuan yang tengah berdiri di bawah pohon sakura, perempuan itu sedang menatap bunga sakura yang bermekaran.

Siluet itu begitu indah. Rambut hitam panjang tergerai begitu saja membiarkan angin meniupnya. Senyuman manis yang terukir di wajahnya dan mata dengan iris yang bewarna coklat menatap terkesima pada pohon sakura.

"Cantik" ucap Akaashi tanpa sadar.

Mata Akaashi tak berhenti menatap perempuan itu barang sedetik pun. Akaashi telah mempautkan hatinya pada perempuan itu. Sebenarnya tak ada yang spesial dari gadis itu. Bahkan penampilannya hanya biasa-biasa saja, ia hanya menggunakan seragam sekolah dengan pita yang diikatkan pada rambutnya. Tidak ada yang terlalu mencolok. Tetapi, Akaashi terpana dengan kecantikan sederhana dari gadis itu.

Benar kata pepatah bahwa cinta datang secara tidak terduga. Persis seperti Akaashi saat ini, dia jatuh hati pada perempuan itu meskipun dia belum mengenalnya.

Akaashi melangkahkan kakinya mendekati gadis itu, dengan tujuan ingin berkenalan lebih jauh dengannya. Tetapi langkah Akaashi berhenti saat seorang perempuan mendekati perempuan yang menatap pohon sakura itu. Mereka tampak akrab. Lalu, perempuan itu mengajak gadis yang disukai Akaashi itu pergi dari sana.

Sebersit kekecewaan muncul. Kesempatan untuk berkenalan lebih jauh dengan gadis itu pupus sudah. Di hati kecil Akaashi, dia berharap agar dia dapat bertemu kembali dengan gadis itu.

***

Akaashi mengeringkan rambutnya dengan handuk. Mandi dengan air panas membuat tubuhnya kembali segar, karena lelah setelah latihan voli.

"Hei, Hei, Hei Akaashi! Jangan lupa besok!" kata Bokuto mengingatkan.

Akaashi hanya mengangguk, "Tempatmya dimana? Dan jam berapa?"

"Tempatnya berada di taman yoyogi di shibuya. Waktunya pukul 16.00" jawab Bokuto.

"Apakah aku langsung menunggu disana atau aku menjemputmu?" tanya Akaashi lagi.

"Kau langsung kesana saja Akaashi" jawab Bokuto. Akaashi hanya mengangguk.

"Yosh! Jangan lupa Akaashi!" teriak Bokuto semangat.

***
Sore harinya

Akaashi sudah berada dibtaman yang mereka janjikan. Banyak orang yang melakukan hanami disana atau hanya sekedar bersantai menikmati pemandangan pohon sakura. Tak jarang juga orang-orang kesini bersama pasangannya atau keluarganya.

Akaashi mengeluarkan ponselnya, menulis pesan kepada Bokuto.

To : Bokuto
From : Akaashi

Aku sudah sampai di taman.

Lalu, Akaashi menekan tombol send. Pesan itu pun terkirim.

Tak lama ponselnya berbunyi, menandakab ada pesan masuk. Pesan itu ternyata dari Bokuto.

To: Akaashi
From: Bokuto

Oke, aku sedang dalam perjalanan.

Akaashi kembali menaruhkan ponselbya ke dalam saku. Dia menunggu dengan sabar temannya datang.

5 menit Akaashi menunggu, Bokuto akhirnya datang.
"Hei Akaashi!" panggil Bokuto dari jauh.
Akaashi mengerutkan dahinya, melihat temannya itu datang sendirian tanoa seorang pun disampingnya.

Setelah Bokuto berada di dekatnya barulah Akaashi bertanya. "Kemana Rain? Tanya Akaashi.

"Ah… Ia sedang menjemput temannya," jawab Bokuto.

"Tetapi, tunggu saja. Rain pasti datang!" sambungnya dengan raut wajah tidak sabar.

"Yo Akaashi, bagaimana kalau kita beli takoyaki dulu?. Ku sudah lapar" ajak Bokuto

"Kau akan kekenyangan saat hanami nanti"
Komentar Akaashi

"Daijobu… Perutku masih sanggup menampungnya" ucap Bokuto.

Akaashi hanya menuruti kemauan Bokuto. mereka ke tempat penjual takoyaki dan membeli 2 porsi untuk mereka. Mereka menikmati takoyaki sambil duduk di salah satu bangku di taman itu.

Tak lama kemudian, Rain datang bersama kedua temannya sambil membawa perlengkapan hanami.

Mata Akaashi melebar saat melihat teman yang datang bersama Rain. Rain datang bersama Kuroo dan teman perempuannya.
Akaashi kaget bukan karena kedatangan Kuroo yang tidak terduga.
Melainkan Akaashi kaget saat melihat teman perempuan Rain.

Perempuan itu sangat mirip dengan perempuan yang Akaashi lihat saat hari pertama tahun ajaran baru.

Rambut hitamnya.
Mata coklatnya.
Senyum manisnya.
Semuanya mirip.
Akaashi yakin bahwa perempuan yang dilihatnya saat hari pertama tahun ajaran baru itu, tepat berada di depannya.

"Apakah takdir berkata bahwa aku akan bertemu dengannya lagi" ucap Akaashi dalan hati.

"Oi Kuroo! Kenapa kau ikut kesini?" teriak Bokuto tidak terima.

Kuroo hanya menyeringai, "Oya, Oya! Rain yang mengajakku ke sini."

Bokuto menatap Rain meminta penjelasan.
"Iya aku yang mengajaknya. Kan aku sudah bilang kemarin, kalau aku akan  mengajak temenku. Lagi pula semakin banyak orang semakin seru!" ucap Rain sambil memasang wajah tanpa dosa.

"Ku kira… Ku kira… ARRRGGHH!" teriak Bokuto frustasi

"Teman ya.." gumam Kuroo.

Rain yang mendengar gumaman Kuroo langsung menoleh ke arah Kuroo "kenapa Kuroo? Kau tidak suka menjadi temanku?"

Kuroo langsung tersenyum kikuk dan merespon jawaban Rain dengan gelengan kepala.

Entah mengapa saat ini Akaashi ingin facepalm melihat betapa tidak pekanya Rain.

"Lalu, siapa perempuan di sampingmu itu Rain?" tanya Bokuto yang telah kembali dari rasa kesalnya tadi.

Akaashi menatap perempuan di samping Rain. Dia juga penasaran dengan perempuan itu.

"Ah… Namanya adalah Nayumuki Avira. Ia adalah adik kelasku. Ia juga merupakan manajer tim bola voli perempuan Nekoma" ucap Rain memperkenalkan Avira pada dua laki-laki di depannya itu.

"Wah… Panggil aku Bokuto Koutaro. Aku adalah ace dari Fukurodani dan yang disebelahku adalah Akaashi" ujar Bokuto memperkenalkan diri.

Avira membungkukkan badannya, sopan. "Salam kenal Bokuto-san, Akaashi-san!" ucap Avira.

Akaashi terus menatap Avira. Dia masih terkejut sekaligus tak percaya kalau permintaanya dikabulkan dengan cepat.

"Yosh! Kalau gitu kita mulai saja hanami nya" kata Rain semangat.

"Sebaiknya kita mencari tempat dulu" usul Kuroo.

"Bagaimana kalau kita hanami disana?" tanya Akaashi.

Tangannya menunjuk tenpat kosong di bawah pohon sakura yang berdekatan dengan danau. Semua langsung mengangguk menyetujui ide Akaashi. Mereka berjalan menuju tempat yang tadi Akaashi tunjuk dan mulai menggelar tikar sebagai alas duduk. Lalu, Rain dan Avira mengeluarkan kotak makan dari dalam tas dan menatanya dia atas tikar.

"Woah! Kalian banyak sekali membawa makanannya" ucap Bokuto kagum.

"Ya, tadi ibuku membantuku menyiapkannya Bokuto-san, makanya makanan yang dibawa banyak. Apakah aku membawanya kebanyakan?" tanya Avira.

"Hohoho… Daijobu. Ada sang kapten Ace disini yang akan mengahabiskannya" ucap Kuroo sambil merangkul pundak Bokuto.

"Yosh! Tenang saja akan kumakan semuanya."

"Ja~ itadakimashu!" ucap mereka bersamaan sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada.

"Makanannya sangat enak" komentar Bokuto. Akaashi setuju dengan Bokuto. Makanan yang dibawa begitu enak dan lezat, bahkan membuat Akaashi ketagihan.

"Ini pasti Avira yang buat, kalau Rain yang buat pasti ini tidak bisa disebut makanan" kata Kuroo.

Rain langsung tersulut amarahnya mendengar ucapan Kuroo. "Coba kau ulangi perkataanmu Kuroo" kata Rain dengan senyuman mengerikan.

Kuroo yang mengerti dirinya dalam bahaya hanya menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau nyawanya terancam nanti.

Akhirnya, hanami itu dilanjutkan kembali. Mereka memakan bekal yang dibawa Rain dan Avira sampai habis. Mereka makan sambil bercanda tawa. Tak lupa juga Kuroo dan Bokuto yang mencoba mendapatkan perhatian Rain. Tetapi, lagi-lagi Rain menanggapinya dengan biasa saja. Bokuto dan Akaashi juga sudah akrab dengan Avira. Mereka juga saling menceritakn berbagai hal dengan Avira begitupun sebaliknya.

Hari semakin malam. Langit menjadi gelap. Lampu taman dinyalaka. Meskipun hari sudah malam, tapi tidak menyurutkan jumlah orang yang datang ke taman itu. Bahkan, taman itu bertambah ramai.

"Ah… ku ingin beli es krim" rengek Rain.

"Sepertinya aku tadi melihat penjual es krim di depan taman ini. Bagaimana kalau kita kesana?" ajak Kuroo. Mata Rain langsung berbinar, mengetahui bahwa ada yang berjualan es krim di depan taman itu. Ia menganggukkan kepalanya, menyetujui ajakan Kuroo.

"Aku ikut!" seru Bokuto. Rain mengiyakannya, sedangkan Kuroo menghela nafas. Rencana ingin berjalan berdua dengan Rain pupus sudah.

"Ja, kalau begitu kita pergi dulu ne~" ucap Rain meninggalkan Akaashi dan Avira berdua disana.

Setelah Rain, Bokuto dan kuroo pergi meninggalkan mereka verdua. Suasana menjadi hening, ada kecanggungan di antara mereka berdua. Mereka tidak tahu akan berkata apa dan memulai dari mana.

Avira menghela nafas, lalu mengadahkan kepalanya melihat bunga sakura. Ia sangat menyukai melihat bunga sakura yang bermekaran. Akaashi menoleh ke arah Avira yang sedang asik menatap bunga sakura. Rambutnya yang tergerai disibak oleh angin malam. Avira menyunggingkan senyum manisnya saat melihat bunga sakura.

Akaashi membulatkan matanya "pemandangan yang sama" ujar Akaashi dalam hati.

Pemandangan itu, pemandangan yang sama saat Akaashi bertemu pertama kali dengan Avira. Pemandangan dimana Avira tengah asik menatap bunga sakura sambil tersenyum manis. Pemandangan yang sama yang telah membuat Akaashi menaruh hati pada gadis itu.

"Kenapa kau sangat senang sekali saat melihat bunga sakura?" tanya Akaashi. Dia tidak tahan untuk bertanya pada Avira.

Avira menata Akaashi lalu tersenyum, "karena aku sangat suka dengan bunga sakura. Bunganya memabg kecil, tetapi saat kau melihat bunga itu lebih lama. Bunga sakura itu tampak manis dan cantik. Aku sampai tidak bosan melihat bunga sakura itu."

Akaashi terdiam, mencerna perkataan Avira. Entah mengapa mendengar perkataan Avira membuat hatinya hangat. Akaashi tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang. Akaashi yakin bahwa kini dia benar-benar jatuh cinta dengan perempuan pengagum bunga sakura itu.

Akaashi berdiri dari tempat duduknya. Avira melihatnya heran. Akaashi berjinjit untuk memetik bunga sakura yang agak jauh tempatnya. Dia menatap bunga sakura itu. Akaashi tersenyum, dia menyadari maksud dari ucapan Avira. Akaashi berpikir bahwa bunga itu kecil tetapi, apabila bunga sakura itu berkumpul dengan bunga sakura lainnya. Bunga sakura itu tampak sangat indah.

Lalu, Akaashi mendekat ke tempat Avira. Dia menyelipkan bunga sakura yang dipetiknya ke telinga Avira. Wajah Avira memerah, karena perlakuan Akaashi. Avira menatap mata Akaashi drngan pandangan bertanya-tanya.

"Bunga sakura itu memang kecil dan manis. Tetapi, saat aku menyelipkan bunga itu di telingamu. Kau yang tampak lebih manis" komentar Akaashi terus terang.

Darah Avira mendidih. Ia tidak tahu harus berkata apa saat ini. Ucapa Akaashi membuat degup jantungnya berdetak kencang.

"Um Aka-"

Tring~
Sebuah suata pesan masuk memotong ucapan Avira. Suara itu berasal dari ponsel Avira. Pesan itu dari Rain

To: My Kouhai, Avira
From : Rain-senpai

Kau pulanglah lebih dulu, aku masih lama disini. Jangan khawatir aku akan pulang dengan Bokuto dan Kuroo. Dan minta Akaashi untuk mengantarmu pulang.

Semoga berhasil! (/^▽^)/

Wajah Avira merah padam saat membaca pesan dari senpainya itu. "Ia tahu" ucap Avura dalam hati.

Avira menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, matanya menelusuri taman. Mencari eksitensi senpai nya. Tetapi, orang yang dicari tidak ada disana.

"Ada apa?" tanya Akaashi sambil mengerutkan dahinya.

Avira gelagapan, ia salah tingkah. Ia tidak tahu harus memberi tahu Akaashi atau tidak.

"E-etto Akaashi-san… Rain-senpai bilang…"

Akaashi menunggu Avira melanjutkan bicaranya.

Avira meneguk ludah, ia sangat gugup saat ini. "Rain-senpai bilang bahwa kita lebih baik pulang terlebih dahulu. Karena ia masih mau berlama-lama di taman ini. Ia menyuruhku untuk memitamu menemaniku pulang sampai rumah. E-eh?! Tapi kalau Akaashi-san tidak suka, aku bisa pulang sendiri. Aku tidak mau merepotkan Akaashi-san" ucap Avira gugup.

"Tidak apa-apa, aku akan mengantarkanmu pulang" ujar Akaashi.

Avira terkejut mendengarnya. Wajah Avira memerah. Ia menundukkan kepalanya, berharap agar Akaashi tidak melihat wajahnya yang memerah.

Mereka membereskan perlengkapan hanami mereka. Akaashi membawa tikar dan tas berisi kotak makan, sedangkan Avira juga membawa tas berisi kotak makan. Mereka berjalan saling beriringan.

Selama di perjalanan, mereka saling bertukar cerita satu sama lain. Bahkan, Akaashi yang biasanya irit bicara menjadi berbicara banyak hal pada Avira.

Tak lama mereka sampai di depan rumah Avira. Avira berdiri di depan Akaashi.

"Ini rumahku. Terima kasih karena mau mengantarku sampai rumah!" ucap Avira berterimakasih sesopan mungkin.

"Iya, barang-barangnya di taruh dimana?" tanya Akaashi.

Avira mengangguk dan mempersilahkan Akaashi masuk ke dalam rumahnya. Setelah menaruh barang, Akaashi keluar dari rumah Avira.

"Akaashi-san tidak mampir dulu?" tanya Avira.

Akaashi menggeleng, "tidak, lain kali saja aku akan berkunjung ke rumahmu."

Avira tersenyum lalu mengantarkan Akaashi sampai depan pagar rumahnya.

"Akaashi-san, sekali lagi terima kasih! Kau mau membatuku membawakan barang-barangnya dan kau juga mau mengantarku sampai rumah" kata Avira sambil menundukkan kepalanya, wajahnya merah padam.

Tiba-tiba Akaashi mencium pipi Avira. Entah angin apa yang membuat Akaashi mencium pipi Avira. Akaashi menjauhkan wajahnya dari Avira. Tampak wajah Akaashi yang tak kalah merah dengan wajah Avira.

"Ap-apa maksud Akaashi-san melakukan itu" tanya Avira.

Akaashi menolehkan wajahnya ke arah lain. Cukup memalukan apabila ia menunjukkan wajah merah di depan Avira. Detak jantungnya berdegub tak karuan. Akaashi ingin sekali menjawab pertanyaan Avira. Tapi, dia bingung ingin memulainya dari mana.

"Bagaimana aku menjelaskan soal ciuman itu?" tanya Akaashi dalam hati.

"Akaashi-san tolong jelaskan" pinta Avira sambik menatap mata abu-abu milik Akaashi.

Akaashi meneguk ludah, "Daisuki dayo" ucap Akaashi lirih tapi, dapat didengar oleh telinga Avira.

Kelopak mata Avira terbuka lebar, "Bagaimana kau bisa menyukaiku hanya dalam sehari Akaashi-san? Bahkan kau tidak mengenaliku terlalu lama?" tanya Avira.

Akaashi menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Memang kita aku mengenalmu tidak terlalu lama, tetapi aku sudah jatuh cunta padamu saat aku melihatmu menatap pohon sakura di hari pertama tahun ajaran baru."

Lagi-lagi Avira terkejut mendengar perkataan Akaashi. Avira bingung sekaligus senang mendengarnya. Avira senang karena mengetahui bahwa Akaashi punya perasaan yang sama padanya. Ia sudah jatuh cinta pada Akaashi saat senpai nya itu bercerita tentang Akaashi, karena senpai nya itu sangat suka sekali mengerjai Akashi. Jadi, ia sudah mengenal Akaashi saat pertama kali mereka berjumpa. Avira bingung karena ia tidak tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya.

"Jadi… Apakah kau mau jadi kekasihku?" tanya Akaashi.

Dengan malu-malu, Avira menganggukkan kepalanya. Akaashi yang melihat itu tersenyum senang, lalu ia mengusap rambut Avira.

"Jadi mulai dari sekarang sampai seterusnya. Kau harus memanggilku dengan nama depanku!" pinta Akaashi.

Avira mendongakkan kepalanya menatap Akaashi, "baik Keiji-kun."

End

***
Yosh terima kasih pada para pembaca yang telah membaca cerita ini.

Tunggu seri season yang lainnya ya! (≧∇≦)/

Bye~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro