Malu-malu Putri Malu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dia malu-malu, seperti kucing kecil yang berlari ketika didekati oleh orang asing, atau seperti daun putri malu yang tertutup jika disentuh oleh benda tak dikenal.

Langkahnya anggun dan ringan. Ia seperti kelopak bunga yang melayang tertiup oleh angin. Gerakannya lemah-lembut dan menawan, seolah-olah ia tidak punya kekuatan di tangannya. Namun, meski ia berdiri di atas dedaunan berduri tanpa alas kaki, ia tidak terlihat kesakitan.

Apa mungkin ia benar-benar melayang di angkat oleh peri angin?

Gaun bagian atasnya berwarna putih bersih, yang semakin ke bawah berubah warna menjadi merah muda. Itu sangat cantik, tetapi jika gadis seperti itu yang memakainya, tentu saja dia akan terlihat cantik memakai pakaian apa pun. Namun, gaun merah muda lembut yang ia pakai sekarang yang paling cocok dengan kulit putih kemerahannya. Padahal tidak ada aksesori satu pun yang menghiasi gaunnya, jangankan emas, perak, atau permata, renda-renda saja tidak ada di sana. Itu adalah gaun paling polos yang pernah kulihat, jauh lebih polos daripada gaun tidur yang biasa adikku pakai.

Melangkah kecil di tengah padang rumput yang dikelilingi pohon besar, kelopak-kelopak bunga yang beterbangan memberi kesan tersendiri bagi mataku. Sosoknya itu terlihat seperti putri yang berasal dari tempat lain, tempat yang hanya memiliki keindahan saja di dalamnya.

Apa mungkin karena ia bukan manusia makanya ia berbeda dengan semua putri bangsawan yang kulihat mendekati Pangeran Mahkota?

Tunggu, bagaimana aku bisa tahu jika dia bukan seorang manusia? Apa karena aura serupa dengan alam yang menguar dari tubuhnya?

Krak!

Patahan ranting yang kurasakan di bawah sepatu membuat tarian gadis itu terhenti. Diri yang sebelumnya tidak menyadari keberadaanku itu pun akhirnya mengubah seluruh atensinya padaku, membuatku menjadi pusat dari alam semesta ini.

"Ah!"

Pekikan kecil yang merdu itu membuat aku tersadar. Dalam sepersekian detik, sosok yang ada dalam pandanganku menghilang bersama angin, menyatu bersama rumput berbunga merah muda yang ada di bawah kakinya tadi.

Ternyata dia memang bukan manusia.

***

"Apa yang ada di luar sana?"

Aku mengerjap dan menoleh dengan cepat. "Ah! Apa?"

Pangeran Mahkota menoleh pada jendela besar yang menyaring cahaya matahari masuk ke ruang kerjanya. "Aku bertanya apa yang ada di sana sampai kau tidak berkedip saat menatapnya."

"Sepertinya akhir-akhir ini kamu suka melamun."

Pandanganku beralih pada Sekretaris Pangeran Mahkota. Ia menaikkan kacamata marunnya saat mengamatiku, lalu kembali fokus pada lembaran yang ada di bawah tangan tuan kami.

"Benarkah?" Aku menatapnya tidak percaya.

"Iya. Seperti ada sesuatu di luar sana yang sedang menunggumu." Sayangnya, wajah kesal Penasihat Pangeran tidak juga menghilang, bahkan kernyitan di antara dua alis itu semakin terbentuk. "Jika kamu seperti ini, bagaimana kamu bisa melindungi Pangeran Mahkota saat ada bahaya?! Meski istana ini dilindungi oleh barier sihir yang akan otomatis membunuh mereka yang berbahaya, kau tetap harus waspada!" Penasihat beralih pada Pangeran Mahkota. "Sudah saya duga, pemasangan barier ini bisa menimbulkan kemalasan pada para ksatria penjaga. Yang Mulia, sepertinya mereka butuh lebih banyak kegiatan ekstra."

"Padahal yang memiliki ide untuk memasang barier sihir juga dari Tuan Kniga, kan?" protesku.

Aku tersentak saat tatapan Penasihat Kniga dengan cepat beralih padaku. "Memang, tapi saya sebenarnya juga tidak terlalu menyetujui ini."

Suara helaan napas terdengar dari Pangeran Mahkota. "Sudahlah, jangan berisik. Memangnya apa yang kamu pikirkan sampai seperti itu?"

Aku terdiam, mencoba mencari kembali ingatan yang membuatku mengelapnya jauh di tengah pekerjaan ini. Lalu, senyum tercipta kala aku menemukannya.

"Saya hanya memikirkan Putri Malu yang saya temui beberapa hari yang lalu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro