KALIS & KARSA; 15

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

HALLOOOO

Selamat melanjutkan bagian selanjutanya

Komen sama bintangnya yuk biar makin seru 😉

Putar lagunya biar makin uwu 🫶🏻

Selamat membaca!
Enjoy

KALIS & KARSA; 15

Pukul sepuluh malam jalanan Desa Sukamakmur dan Desa Sitemah ini memang sudah sepi. Bahkan pukul sembilan malam pun sudah jarang adanya warga yang di luar rumah sehingga bisa dikatakan bahwa kebudayaan Desa ini masih cukup asri.

Karsa baru saja pergi ke rumah tinggal sementara milik Libra dan Naro. Cowok itu  meminjam motor milik Gifar untuk berlalu-lalang antar dua Desa tersebut termasuk Karsa tadi sempat ke rumah Irfan – anak Kepala Desa Sitemah – bersama dengan Aligarh tapi sahabatnya itu pun kembali lebih dulu karena ada urusan dengan kelompoknya perihal program kerja.

Alhasil kini Karsa sendirian menyusuri jalanan dimana kanan dan kirinya hanya terdapat sawah yang subur. Suara jangkrik menemani perjalanannya menggunakan motor tersebut dengan banyak pikiran yang bercabang di otaknya sampai Karsa tidak sadar bahwa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.

Namun, saat Karsa baru menyadari dan akan melajukan motornya lebih kencang seseorang yang mengikutinya itu sudah lebih dulu menancap gas dan siapa sangka ia membawa celurit di tangannya dan langsung menggoreskannya pada pinggang Karsa.

Dengan reflek Karsa yang cepat cowok itu pun langsung membanting stir motor sehingga orang tersebut pun ikut terjatuh dari motor seperti Karsa.

"Bajingan!" umpat orang yang memakai jaket hitam itu dan wajah yang tertutup dengan sapu tangan yang terikat sehingga hanya memperlihatkan setengah wajahnya.

Karsa pun dengan sisa tenaga yang ia punya langsung menendang punggung orang itu dan menarik saku jaketnya membuat celurit yang dibawanya terjatuh ke pinggir sawah. Karsa pun langsung membuka sapu tangan yang digunakan sebagai alat untuk menutupi wajah itu.

Lelaki dengan lingkar matanya yang berwarna hitam itu pun menatap tajam Karsa dengan matanya yang merah sebelum menendang Karsa hingga cowok itu jatuh tersungkur dan terbatuk keras hingga mengeluarkan cairan kental berwarna merah.

Lelaki seumuran dengan Gifar itu pun segera menghidupkan motornya ketika mendengar suara beberapa warga dari ujung desa dan lagi-lagi Karsa berusaha melihat plat nomor tersebut sebelum tubuhnya perlahan mulai lemas dan rasa sakit yang mulai menjalar ke seluruh tubuh.

Namun, Karsa masih sempat mengambil batu bata untuk melingkari bekas darah dan goresan motor milik orang yang melukainya tadi sebelum akhirnya tubuhnya itu jatuh tak berdaya.

"ASTAGHFIRULLAH!" seru Pak Kades yang kebetulan sedang beronda.

"KARSA!" seru Aligarh dan Albar yang langsung berlari menghampiri Karsa.

"A-ambil sa-sarung tangan di dasbor mo-motor," ujar Karsa terbata.

"Buat apa? Lo gila?" balas Albar.

"Buruan!" ujar Karsa tak mau dibantah membuat Albar pun mau tak mau mengambil sarung tangan yang dikatakan oleh Karsa.

"Jangan bilang ini ulah pelaku yang hamilin Nindy?" kata Aligarh yang diangguki Karsa membuat Pak Kades pun semakin terkejut dan dengan cepat memanggil salah satu warga untuk datang membawa mobil.

"Gar, kalau besok gue nggak bisa hadir. Tolong kasih perlindungan untuk Nindy. Gifar nggak salah." Karsa berusaha menarik napasnya dalam-dalam menghirup oksigen sebisa mungkin. "Tolong ambil barang bukti dan jangan pegang luka gue. Setelah ini lo berdua panggil Dito dan anak-anak Kriminologi sebelum panggil polisi ke sini," lanjut Karsa sebelum akhirnya cowok itu tak sadarkan diri.

"Karsa! Karsa! Lo dengar gue, kan? KARSA ANJING BANGUN!" teriak Albar dengan wajah yang sangat panik begitu pun dengan Aligarh meskipun cowok itu berusaha untuk tetap tenang agar tidak salah langkah.

"Mas itu mobilnya datang. Ayo kita angkat Mas Karsa!" ujar Pak Kades yang tanpa membuang waktu Aligarh dan Albar pun kompak mengangkat Karsa dibantu dengan warga yang datang.

Namun, saat Pak Kades menyuruh Aligarh dan Albar untuk masuk Aligarh menggelengkan kepalanya. "Saya titip sahabat saya, Pak. Nanti bakal ada keluarganya yang nyusul di sana kami harus menjalankan perintah Karsa tadi," kata Aligarh.

"Baik, Mas. Hati-hati, ya, kalian," kata Pak Kades yang dianguki Aligarh dan Albar.

Setelahnya mobil pun berjalan meninggalkan desa dan Aligarh serta Albar dan juga beberapa teman kampusnya. Tidak lama setelahnya Libra dan Naro datang dengan wajah panik yang sukar diartikan.

"Oke. Kita butuh anak Kriminologi," kata Aligarh.

"Kita di sini, Al!" seru Dito yang tiba-tiba datang bersama semua anak Kriminologi yang ikut KKN di Desa ini. "Kita juga udah bawa perlengkapan karena firasat gue udah nggak enak waktu Karsa pamit mau ke rumah Kepala Desa ini," lanjut Dito.

"Gue dapat sinyal dari anak PASCAL," ujar Naro tiba-tiba membuat Aligarh langsung menoleh cepat. Naro yang masih terhubung dengan GPS geng motornya dulu itu pun langsung melacak keberadaan anggota PASCAL yang rupanya berada di titik-titik tidak jauh dari keberadaan mereka.

"Gifar udah nyuruh anak PASCAL blockade jalan keluar-masuk Desa dari sore tadi," kata Naro ketika mendapat notifikasi pesan dari salah satu anggota PASCAL yang ia percayai sampai sekarang.

"Anjing, lah! Gue babat habis tuh pelaku kalau udah ketemu," kata Libra dengan mengikat kepalanya menggunakan bandana sebelum meraih sarung tangan yang diambil Albar tadi.

"Salah orang kalau mau cari perkara." Albar berucap dengan pindah posisi di depan anak-anak Teknik.

"Malam ini gue mau kita semua satu suara untuk lanjutin perjuangan Karsa tuntasin kasus ini. Sesuai perintah Karsa soal penyidikan dan barang bukti kita serahin ke anak-anak Kriminologi. Untuk anak-anak Teknik dan Arsitektur ikut Albar buat ke titik-titik jalan keluar dan masuk yang ada di Desa ini. Buat anak Arsitektur kalian bisa pakai alat seadanya untuk jadi penutup jalan sementara. Dan, gue minta beberapa anak kedokteran ada yang di sini dan juga sisanya buat jaga di rumah Nindy, Irfan, Gifar, dan Kelurahan." Aligarh dengan mata tajamnya. "Kita tuntasin kasus ini. Sekarang!" lanjut Aligarh menyalurkan semangat kepada teman-temannya untuk melanjutkan usaha Karsa.

Mereka pun mulai menjalankan tugas sesuai yang diperintahkan. Aligarh dibantu anak Kriminologi dan beberapa teman fakultasnya memindahkan lampu jalan. Mereka pun juga menemukan celurit yang dimaksud Karsa sebagai 'alat bukti' serta bekas darah milik Karsa serta jejak darah bersama goresan ban motor yang mengarah pada Pendopo.

Namjn, saat dicari tidak ada siapa pun di Pendopo. Tapi, untungnya itu tidak menyurutkan semangat mereka dengan terus mencari tahu sembari menunggu polisi datang dibantu oleh Pak Bambang yang juga menjadi penanggung jawab serta saksi bersama Aligarh dan Albar.

****

Kalis melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Setelah mendapati kabar dari Aligarh bahwa Karsa masuk rumah sakit karena ditusuk orang detik itu juga Kalis langsung menghentikan kegiatannya dan mengambil kunci mobil untuk segera bergegas ke salah satu rumah sakit yang ada di Bogor.

Bertepatan dengan itu pula Pandu – ayah Karsa – mengirim pesan kepada Kalis agar tidak memberitahukan Ibu lebih dulu agar wanita puruh baya itu tidak khawatir. Pandu pun rupanya sudah tahu apa yang terjadi dengan putra sulungnya saat KKN sehingga yang mengirimkan anggota PASCAL untuk berjaga di sekitaran Desa tempat Karsa dan teman-temannya KKN itu adalah Pandu bukan Gifar.

Kurang dari satu jam Kalis sampai di rumah sakit yang diberitahukan oleh Aligarh tadi.

Cewek cantik dengan cardigan yang dipakainya itu berlari mencari ruang IGD tempat Karsa ditangani. Sampai akhirnya Kalis melihat seorang pria paruh baya bersama salah satu dosen pembimbing Karsa tengah menunggu di luar ruangan.

"Mencari Karsa?" tanya dosen pembimbing tersebut yang diangguki Kalis. "Karsa masih dalam tahap penanganan luka karena kata dokter lukanya cukup besar dan juga Karsa sempat hampir kehabisan darah yang untungnya rumah sakit memiliki stok darah untuk Karsa. Kamu tenang saja mungkin sebentar lagi dokter yang menangani akan keluar ruangan," lanjut dosen pembimbing itu dengan senyum menenangkan.

"Oh, iya! Tadi Karsa menitipkan dompet ini kepada saya kalau nanti bertemu kamu atau Ayahnya," kata pria paruh baya yang tak Kalis kenal.

Kalis pun menerimanya dan membuka dompet dimana Kalis tahu itu bukan dompet milik Karsa, "Bapak siapa, ya?" tanya Kalis sopan.

"Saya Kepala Desa tempat KKN Mas Karsa dan teman-temannya sekaligus yang menemukan Mas Karsa jatuh pingsan," jawab Pak Kades yang langsung dipahami Kalis.

Setelahnya Kalis pun membuka dompet tersebut dan matanya berkerut ketika menemukan foto perempuan. Karena penasaran Kalis pun melihat KTP bertuliskan nama 'Ardian Santosa' yang cewek itu yakini pasti pemilik dompet ini.

Namun, mengapa dompet ini ada pada Karsa? Apakah orang ini yang melukai Karsa? Lalu, ini testpack milik siapa?

Kalis yang pusing dan berusaha mencerna hingga jatuh terduduk di samping dosen pembimbing Karsa yang sudah mengetahui semua kejadian yang dialami mahasiswanya.

"Karsa menitipkan petunjuk dan bukti ini kepada kamu. Di tempat KKN nya Karsa sedang menangani salah satu kasus warga yang hamil di luar nikah dan korban itu menuduh orang lain sebagai pelaku padahal yang dituduh berusaha menyelamatkan korban tapi terlambat," ujar dosen pembimbing Karsa membuat Kalis pun langsung dapat menyimpulkan semuanya.

"Dan, pemilik dompet ini pelakunya?" tanya Kalis.

"Kemungkinan iya. Karena sepertinya Karsa sudah mengetahuinya jadi orang ini melakukan segala cara untuk mencelakai Karsa. Tapi, tenang saja kasus ini sudah mulai diselidiki oleh polisi dan teman-teman Karsa yang ada di sana. Jadi, kamu bisa fokus kepada Karsa," jawan dosen pembimbing.

Kemudian, tidak lama setelah itu dokter pun datang memberitahu bahwa Karsa masih belum sadar tapi lukanya sudah baik-baik saja tinggal menunggu pemulihan. Kalis pun akhirnya masuk ke dalam untuk menemani Karsa sedangkan Kepala Desa kembali ke desanya bersama dosen pembimbing Karsa.

Hingga pukul lima pagi Karsa juga belum membuka matanya. Kalis baru saja selesai menjalankan salat Subuh dan ia melihat Aligarh yang sudah duduk di ruang tunggu.

Kakak tingkatnya yang menyadari keberadaannya itu pun lantas menoleh dan menyapa Kalis dengan senyum tipisnya yang terlihat lelah.

"Belum bangun cowok lo?" tanya Aligarh.

Kalis menggelengkan kepalanya, "Belum. Kata dokter pengaruh biusnya emang cukup lama apa lagi sempat hampir kehabisan darah tadi."

Aligarh menganggukan kepalanya sebelum terjadi keheningan di antara keduanya. Banyak misteri tentang Karsa yang membuat Kalis merasa ia belum sepenuhnya mengetahui tentang cowok itu. Tentang banyak peta pikiran yang rupanya belum bisa Kalis pecahkan sepenuhnya.

"Mas Karsa dari dulu kayak gini, Kak?" tanya Kalis tiba-tiba.

"Kayak gini gimana?" tanya balik Aligarh.

"Nggak pernah mikir panjang kalau apa yang dia lakuin bisa beresiko celakain dirinya sendiri?" sahut Kalis.

Aligarh tersenyum tipis, "Bukannya nggak mikir panjang, Kal. Karsa udah tahu resiko apa aja yang bakal dia tanggung kalau dia ambil keputusan itu. Termasuk di dalam PASCAL. Lo pasti udah tahu kan kalau Karsa anak pendiri PASCAL pertama kali?"

Kalis menganggukan kepalanya. "Emang apa hubungannya, Kak? Bukannya Kak Aligarh Ketua PASCAL, ya, dulu?"

"Iya. Tapi, sampai sekarang gue masih merasa kalau yang lebih cocok itu cowok lo bukan gue. Karsa itu pemimpin PASCAL yang sebenarnya, Kal. Cuma bagi Karsa mau dia jadi ketua atau nggak PASCAL tetap akan jadi tanggung jawabnya. Jadi, dia milih buat nggak terlihat walaupun dia selalu pantau dan tahu ada penyerangan apa aja dan siapa aja yang berani ngusik 'keluarganya'. Dan, gue yakin Karsa pun juga tahu pelaku sebenarnya siapa cuma dia mau menggiring opini publik dulu agar pelaku sebenarnya merasa terlena padahal itu cara Karsa buat nangkap target incarannya," ujar Aligarh yang sudah paham bagaimana cara pandang dan berpikir sahabatnya yang jenius itu sejak dulu.

Belum sempat Kalis membalas ucapan Aligarh pintu IGD terbuka dan menampilkan Karsa dengan terpincang-pincang serta keringat dingin yang membanjiri keningnya itu membuat Kalis dan Aligarh terkejut dibuatnya.

"Lo mau ngapain?" ujar Aligarh langsung membantu Karsa agar mudah berdiri.

"Gue harus lihatin bukti ini ke warga supaya mereka percaya kalau bukan Gifar pelakunya," balas Karsa dengan merintih kesakitan pada luka yang ada diperutnya.

"Tapi, Kar-"

"Lo percaya sama-"

"Lihat aku!" Kalis menyela perdebatan Karsa dan Aligarh. Cowok itu pun akhirnya menatap mata Kalis yang menyorotkan tatapan kecewa dan dingin menjadi satu dimana Karsa baru kali ini melihatnya dan itu membuat hatinya terasa diremas begitu keras.

"Kasih aku jaminan kalau kamu mau ambil keputusan itu," ujar Kalis dengan tatapan seriusnya membuat dua orang yang disegani banyak orang itu tak mampu berkutik di tempatnya. "Cepat!" kata Kalis lagi karena Karsa yang tak kunjung mengeluarkan suaranya.

"Jaminannya aku. Kamu boleh tinggalin cowok keras kepala ini kalau nanti aku kenapa-napa," jawab Karsa membuat Aligarh menatap tak percaya sahabatnya itu.

"Oke. Gue terima jaminan lo," ujar Kalis.

Setelahnya mereka bertiga pun bergegas keluar dari rumah sakit yang kebetulan semua pembayaran sudah terselesaikan saat Karsa belum sadarkan diri. Kali ini yang membawa mobil adalah Aligarh dan Karsa bersama Kalis yang menjaganya di bangku belakang.

Kalis tahu kalau Karsa tengah menahan rasa sakit akibat obat bius yang baru saja hilang. Cewek itu pun menarik kepala Karsa untuk bersandar pada bahunya dan mengusap rambut cowok itu agar setidaknya mengurangi kecemasannya.

Sedangkan di Pendopo semua warga sudah berkumpul bersama salah satu lelaki yang memimpin. Mereka terus memojokan Gifar untuk menikahi Nindy dan menuduh bahwa yang melukai Karsa adalah Gifar karena adanya anggota geng motor yang berada di setiap titik Desa mereka.

Padahal Irfan sudah datang dan mengatakan bahwa Ardian – orang yang sedari tadi mengompori warga itulah yang bertindak asusila kepada Nindy. Namun, Ardian terus menolak dengan pembelaannya yang membuat warga percaya dengan omongannya.

"Mana mungkin saudara-saudara ada anggota geng motor yang baik? Semuanya pasti memiliki maksud jahat dan tidak jauh dari yang namanya mempermainkan perempuan," ujar Ardian yang mendapat sorakan setuju dari warga.

Ardian menatap Gifar yang menatapnya tajam sedari tadi. Cowok itu semakin tak bisa menahan amarahnya ketika kalung PASCAL miliknya diinjak-injak oleh Ardian terlebih Ardian yang merendahkan Nindy di depan warga-warga dan mengatakan bahwa Nindy bukanlah perempuan baik.

"Mau jadi pahlawan lagi kamu Gifar? Kamu sudah kalah. Kamu bukan siapa-siapa di sini!" kata Ardian di depan wajah Gifar yang tersenyum kecut.

"Saya bisa membuktikan bahwa tidak semua anggota motor itu buruk." Suara seseorang membuat semua warga pun langsung diam termasuk Ardian yang menoleh dan terlihat keterkejutan dimatanya ketika mendapati Karsa berdiri di depannya.

Karsa langsung membuka ponselnya dan menunjukan sebuah video pelecehan yang dilakukan Ardian kepada Nindy yang tertangkap pada kamera CCTV yang ada di belakang rumah Irfan.

Semua warga pun tentunya dibuat terkejut dan kompak menggelengkan kepalanya bahkan beberapa menjadi diam karena malu telah ikut memojokan Nindy dan Gifar padahal keduanya adalah korban. Terlebih ketika melihat bagaimana Gifar yang berusaha menyelamatkan Nindy tapi justru mendapat serangan dari teman-teman Ardian yang membawa senjata tajam.

Ardian yang panik pun dan akan menarik Nindy langsung ditepis oleh Kalis yang  membawa Nindy ke belakang tubuhnya.

"Ini nggak ada yang mau nangkep tikus liar?" ujar Kalis yang saat itu langsung membuat beberapa warga menarik Ardian yang terus memberontak.

Kalis memeluk Nindy yang menangis ketakutan memberikan kata-kata penenang sebisa mungkin agar mengurangi gemetar dan kecemasan pada cewek desa itu.

Bertepatan dengan hal itu polisi datang dan langsung memborgol Ardian untuk diamankan di kepolisian yang rupanya sudah ada teman-teman Ardian juga yang terjaring polisi karena rupanya mereka termasuk dalam bandar narkotika.

"Terima kasih, Arkarsa. Sekali lagi kamu dan teman-teman PASCAL berhasil membantu kami menemukan bandar narkotika yang sudah lama kami cari. Dan, untuk para warga terima kasih sudah membantu kami dalam penyidikan ini. Selebihnya kasus ini sepenuhnya akan kami tangani dengan baik," kata Ketua Polisi.

"Sama-sama, Pak. Terima kasih sudah percaya pada kami," balas Karsa yang diangguki polisi tersebut yang tak lupa memberikan salam hormat yang dibalas oleh Karsa sebelum pergi meninggalkan Desa.

"Baik warga-warga karena kasus ini sudah selesai harapan saya semoga hal seperti ini tidak terjadi lagi. Dan, untuk Neng Nindy jangan khawatir, ya, Nak. Kami akan menjaga kamu dan kamu di sini adalah korban," kata Kepala Desa tersebut.

"Maaf Neng tadi saya menuduh Neng Nindy yang tidak baik. Saya minta maaf, ya, Neng," ujar salah satu warga yang kemudian diikuti warga lain.

"Iya, Bu, Pak. Tidak apa-apa. Terima kasih tetap menganggap saya sebagai warga sini," balas Nindy.

Cukup Kalis akui bahwa Nindy adalah perempuan yang kuat. Ia masih bisa memaafkan dengan ikhlas dan lapang dada setelah mendapat cemooh yang buruk dari banyak orang. Meskipun Kalis tahu betul bahwa hatinya pasti sudah hancur tapi sebisa mungkin Nindy tetap menunjukan keteguhan hatinya dan itu yang membuat Kalis kagum kepadanya.

"Kamu hebat! Pasti suatu hari nanti anak yang ada dikandungan kamu akan menjadi sosok hebat juga seperti kamu," kata Kalis kepada Nindy yang tersenyum tulus mendengarnya.

"Aamin, Teh," balas Nindy.

Dan, masalah itu pun selesai dengan Ardian beserta teman-temannya yang dipenjara oleh polisi.

Nindy pun juga perlahan mulai bisa menerima kenyataan dan sesekali menjalankan pengobatan psikis dibantu oleh mahasiswa Psikologi yang berada di lokasi KKN dan juga Nindy sudah mengakui mengapa ia berbohong dikarenakan Ardian yang mengancamnya jika Nindy mengatakan yang sebenarnya maka cowok itu tidak segan bertindak buruk kepada Nindy dan bayi yang dikandung oleh Nindy sehingga menyuruh Nindy untuk menuduh Gifar karena Ardian yang sejak dulu tidak suka dengan kehadiran Gifar yang selalu dinomor satukan oleh semua orang.

Gifar sendiri pun juga kembali diterima oleh warga dan memakmurkan desanya dengan mengembangkan Karang Taruna serta usahanya bersama keluarga.

Awalnya Gifar kecewa dan merasa bersalah karena tidak bisa melawan saat Ardian menjelek-jelekan PASCAL dan Karsa. Namun, tanpa disangka Karsa justru memberikan kalung yang menjadi simbol PASCAL yang selama ini hanya cowok itu simpan kepada Gifar. Menyuruh Gifar agar tidak menyalahkan dirinya karena sampai kapan pun Gifar akan tetap menjadi anggota keluarga PASCAL.

Kalis? Meskipun terlihat baik-baik saja dan sudah memaafkan Karsa tapi tidak dipungkiri bahwa Kalis semakin bawel dan tidak pernah absen mengiriminya pesan untuk meminta laporan bahwa perban jahitannya sudah diganti atau belum. Jika belum maka Kalis akan menelpon Karsa dan memberikan omelan panjangnya sampai cowok itu mau mengganti perbannya sendiri.

Walaupun begitu Karsa lebih baik mendengar suara bawel Kalis daripada tatapan dingin cewek itu dan juga Kalis yang mendiamkannya. Malahan Karsa merasa beruntung bisa mendapatkan Kalis dihidupnya yang selalu membuat Karsa merasa hidupnya jauh lebih lengkap dari sebelumnya.

****

YUHUUU

Terima kasih sudah membaca sampai bertemu di double update besok!

Salam hangat
sekar_pipit
pascal.official

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro