KALIS & KARSA; 3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

NGABUBUREAD CHECK!!

Siapa yang kangen NgabubuRead bareng nih? 😙

Kuy lah langsung aja jangan lupa komen dan bintangnya yaa biar makin seruu

Putar lagunya biar makin uwu 🫶🏻

Selamat membaca!
Enjoy!

KALIS & KARSA; 3

Bruk!

Fyuh!

"Makan apa ya hari ini?" ucap Kalis memulai kegiatan rutinnya setelah tinggal sendiri sembari jari lentiknya mengscroll aplikasi makanan online untuk ia pesan malam ini.

Kalis baru sampai pukul enam sore tadi karena jalanan Jakarta yang sangat macet dari biasanya. Gadis itu sedikit menyesali ia yang harus mampir lebih dulu untuk membeli beberapa kanvas dan cat akrilik miliknya yang sudah mulai habis sehingga membuat ia harus terjebak macet pulangnya.

Setelah memesan makanan cewek cantik itu pun mulai bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sudah terasa lengket. Tinggal di apartement yang cukup besar ini terkadang membuat Kalis merasa kesepian tapi tidak lagi setelah ia menemukan tetangga di sebelahnya, yaitu Khai.

Kalis merupakan anak yatim-piatu yang dititipkan oleh keluarganya di panti asuhan sampai ia menginjak SMA, Tantenya yang tinggal di Canada sejak ia kecil itu datang menjemput Kalis dan merawatnya sampai saat ini. Termasuk dengan memberikan satu apartement ini kepada Kalis sebelum Tantenya kembali ke Canada serta memberikan banyak peninggalan yang telah disiapkan mendiang orang tua Kalis untuk kehidupan cewek itu yang baru bisa Kalis terima saat ia berusia tujuh belas tahun.

Di samping itu Karsa baru saja selesai mandi dan meraih ponselnya yang sejak tadi tidak ia aktifkan. Dan, benar saja sudah banyak notifikasi pesan yang muncul terutama pada grub yang berisi dirinya dan teman-temannya.

Seperti yang dikatakan Karsa di grub tadi kini cowok itu sudah kembali bersiap dan tengah mengambil kunci motor vespa matik hitamnya melewati ruang keluarga dimana Ayah, Ibu, dan Karna sedang menonton TV bersama.

"Mas Karsa mau kemana?" tanya bocah yang baru akan menginjak umur dua belas tahun itu ketika mendapati sang kakak sudah rapi dengan pakaiannya.

Karsa pun mendekat dan ikut duduk sebentar sembari mengusap kepala adik satu-satunya itu. "Mau ambil orderannya Mas Albar. Karna mau nitip buku gambar lagi nggak?" kata Karsa dengan lembut.

Karna yang ditanya pun menggelengkan kepalanya, "Nggak. Yang ini masih banyak isinya," balas Karna.

"Nggak ada capeknya kalian ini," ujar Ibu dengan menggelengkan kepalanya.

"Kalau ayah yang penting Mas Karsa tahu batasannya dan bisa bertanggung jawab buat masa depan. Jadi, terserah mau ngapain aja, ya, gak, Mas?" kata Ayah yang diangguki Karsa dengan bertos-ria bersama Ayahnya.

"Iya, deh, Ibu kalah," ucap Ibu.

Karsa tertawa pelan sebelum memeluk wanita yang telah melahirkannya ke dunia, "Ibu nggak pernah kalah. Ibu selalu jadi pemenangnya di hati Karsa," balas Karsa dengan senyum hangatnya.

Ibu tertawa mendengarnya sembari mengusap lembut rambut putra sulungnya. "Bisa aja kamu ini. Mirip seperti Ayah kamu," kata Ibu membuat Ayah dan Karsa tertawa sedangkan Karna yang belum mengerti pun memilih melanjutkan gambarannya.

"Karsa pamit, ya, Yah, Bu. Albar udah di depan kayaknya," kata Karsa yang diangguki kedua orang tuanya.

Setelah menyalimi Ibu dan Ayah serta mengusap rambut Karna seperti biasa, cowok tinggi dengan paras rupawan itu keluar rumah yang benar saja Albar sudah di depan dengan jaket berwarna hitam dan hijau tersebut.

Sebenarnya bisa dikatakan bahwa dua orang ini merupakan 'orang kaya gabut'  karena Albar mendaftar menjadi bagian ojek online untuk mengisi waktu luangnya karena cowok itu yang tinggal sendiri di Jakarta sedangkan keluarganya tinggal Jogja.

Sedangkan Karsa? Cowok itu hanya kebetulan memiliki waktu luang setelah rapat evaluasi dan pemantapan ospek hari terakhir besok sehingga hitung-hitung mencari udara malam karena terlalu pagi untuk Karsa tidur di jam segini.

"Nih, pesanan lo juga udah ada di sini. Kalau udah sampai langsung ditutup aja," ujar Albar memberikan bungkusan makanan cukup banyak kepada Karsa.

"Serius? Lo nggak mau ngorder lagi?" tanya Karsa.

"Nggak. Audi gue baru sampai hehe..." Albar menjawab dengan cengirannya.

Karsa menganggukkan kepalanya, "Ini serius alamatnya?"

"Iyalah! Keren juga tuh cewek tinggal sendiri di apartement elit gitu," kekeh Albar. "Yaudah, gue balik, Kar. Thanks, bro!" kata Albar yang dibalas gumaman oleh Karsa. Memang sahabatnya yang satu ini jiwa kedinginannya seperti sudah mandarah daging dan Albar sudah tidak heran lagi akan hal tersebut.

"Hati-hati, Bar!" ujar Karsa yang diacungi jempol oleh Albar.

Setelah sahabatnya itu pergi barulah sekarang Karsa mulai menjalankan motornya. Tidak lupa ia memakai jaket yang dipakai Albar tadi tapi tidak dengan helmnya. Cowok tampan itu mulai menjalankan motor vespa matiknya meninggalkan pekarang rumahnya yang besar menuju sebuah apartement elit di pusat kota Jakarta.

****

Karsa hanya menggelengkan kepalanya tanpa menanggapi lebih lanjut pesan drama yang dikirimkan oleh salah satu sahabatnya yang kini ada di Inggris dan akan kembali melanjutkan studinya di Indonesia dan di kampus yang sama dengan dirinya, Naro, Albar, dan Libra.

Karsa memastikan kembali nomor pintu apartement yang ada di depannya ini sebelum menekan tombol guna memberitahu penghuninya bila ada tamu di luar. Karsa kembali menekan setelah dirasa cukup lama ia menunggu sang empunya apart tidak kunjung keluar sampai akhirnya pencetan tombol yang ketiga barulah sang pemilik apart tersebut membuka pintu dengan balutan handuk yang terlilit di atas kepalanya.

"Iya benar ini pesanan atas nama Kalis. Uangnya sudah saya bayar melalui aplikasi," kata Kalis seperti sudah hafal apa yang akan dikatakan setiap driver makanannya.

Karsa berdeham menyadarkan Kalis yang seketika terkejut hingga mulutnya terbuka sedikit, "Kak Karsa? Ngapain?" ujar Kalis yang malah bertanya dengan intonasinya yang sedikit tinggi karena masih shock dengan kehadiran Ketua BEM di kampusnya.

Karsa menyodorkan pesanan cewek itu, "Anterin pesanan lo."

"T-tapi... wait-wait! Gue lihat dulu nama drivernya," balas Kalis yang sudah akan membuka ponselnya tapi langsung diambil oleh Karsa sebelum cowok itu masuk ke dalam apartement Kalis yang bernuansa klasik-modern tersebut.

Kalis sendiri berdecak pelan sebelum akhirnya mengikuti langkah Karsa yang sudah menjelajahi apartnya.

"Kak lo nggak pernah berkunjung atau gimana sih asal masuk-"

"Sendiri?" potong Karsa yang tengah menyiapkan makanan milik Kalis.

Kalis hanya mendengus kesal, "Iya."

"Nyokap – bokap lo tinggal di rumah sendiri?" tanya Karsa masih sibuk dengan kegiatannya mengeluarkan tom yum ke dalam mangkuk yang diambilnya.

"Mereka udah nggak ada," sahut Kalis yang sedikit kesal dengan tingkah kakak tingkatnya itu.

"Sorry..." Karsa berucap dengan nada rendah menatap Kalis dengan tatapan yang belum pernah cewek itu lihat. Tatapan paling teduh yang pernah Kalis lihat. "Gapapa. Udah lama juga," balas Kalis dengan berdeham untuk menetralkan suasana.

"Lagian lo ngapain sih masuk Apart gue segala? Mana langsung masuk lagi nggak ada permisinya," kata Kalis lagi dengan melipat tangannya di depan dada.

"Rekam jejak." Karsa menjeda ucapannya dan tanpa diduga mengetuk pelan dahi Kalis menggunakan belakang telunjuknya seperti orang mengetuk pintu, "Permisi," lanjut Karsa menjawab semua pertanyaan Kalis yang tentunya membuat cewek itu semakin merengut kesal kepadanya.

Karsa sendiri tersenyum geli melihatnya sebelum menaruh mangkuk yang berisi tom yum itu di meja pantry.

"Duduk," titah Karsa yang kemudian dituruti Kalis karena sebenarnya cewek itu sudah sangat lapar tapi kedatangan Karsa membuatnya harus kembali membuang energinya.

"Ada-ada aja lo, Kak. Lo pikir Apart gue bahan penelitian? Lagian jejak siapa juga yang mau direkam," ujar Kalis dengan menyendokkan tahu putih kesukaannya.

"Jejak lo," balas Karsa.

Uhuk!

Karsa yang panik melihat Kalis tersedak itu pun segera menuangkan air ke dalam gelas dan memberikannya pada cewek itu untuk segera ditenggaknya hingga kandas. Karsa dengan hati-hati menepuk pelan punggung Kalis sampai cewek itu merasa lebih baik.

"Habisin dulu. Semangat banget mau ngobrol sama gue," kekeh Karsa yang langsung mendapat tabokan pada lengannya dari Kalis.

Candaan anak Kriminologi bahaya juga ya...

"Kamar lo dimana?" tanya Karsa membuyarkan lamunan cewek cantik itu yang seketika membuat kedua mata Kalis membulat sempurna.

"MAU NGAPAIN?!" ucap Kalis parno.

Karsa yang seakan tahu isi kepala cewek unik itu pun menyentil kening Kalis pelan sebelum akhirnya ia usap juga kening Kalis agar tidak kesakitan.

"Pikiran dijaga," kata Karsa menatap datar Kalis.

"Ya, kali aja, kan. Kita juga baru kenal," balas Kalis.

Karsa berdecak pelan, "Buruan mana?" tanya Karsa.

"Itu di sana," jawab Kalis.

Kemudian, Karsa pun berjalan menuju kamar Kalis tapi sebelumnya cowok itu menuju kamar mandi sampai ia kembali keluar hal itu tak lepas dari pandangan Kalis yang penasaran dengan apa pun yang cowok itu lakukan.

Tampak Karsa yang keluar dari kamar mandi dan mengusap rambutnya yang basah sehabis terkena air wudhu sebelum menoleh dan menyadari Kalis yang menatapnya sampai tidak berkedip.

"Gue numpang salat isya', ya?" kata Karsa dengan nada rendahnya dan sorot mata teduhnya.

"Emm... iya. Sebentar gue ambilin sajjadah," balas Kalis sedikit gugup dan berusaha menahan salah tingkahnya akibat tertangkap basah menatap cowok tampan itu terang-terangan.

Karsa sendiri hanya mengangguk dan menunggu Kalis mengambilkan sajjadah untuknya. Tidak lama setelahnya Kalis datang dan memberikannya kepada Karsa yang setelahnya masuk ke dalam kamar Kalis untuk melakukan ibadah salat isya'.

Meskipun bukan pertama kali ada cowok yang datang ke apartementnya karena dulu saat SMA teman-teman sekolahnya juga sering mampir, tapi entah mengapa terasa berbeda ketika Karsa yang datang. Sosok Presiden Mahasiswa atau yang lebih dikenal dengan Ketua BEM yang disegani dan ditakuti banyak mahasiswa itu rupanya tidak seburuk yang Kalis kira.

Terkadang asumsi publik mampu mengubah perspektif sekelilingnya tanpa mencaritahu lebih dulu bagaimana aslinya.

Setelah selesai menjalankan salah satu kewajibannya sebagai umat Muslim, yaitu ibadah salat, Karsa pun menghampiri Kalis dan keduanya mengobrol tentang banyak hal.

Dari yang serius sampai hal lucu yang terjadi saat ospek pun mereka ceritakan sampai tidak terasa waktu cepat berlalu dan Karsa yang mendapat panggilan dari Albar terkait rundown untuk hari terakhir besok.

Karsa pun akhirnya berpamitan kepada Kalis yang rambutnya sudah kering karena Karsa yang tiba-tiba ikut membantunya mengeringkan rambut menggunakan hairdryer.

"Kalis," panggil Karsa.

"Iya, Kak?" jawab Kalis.

"Maaf, tadi gue nggak bilang permisi dan maaf gue jadi driver bohongan yang anterin makanan buat lo. Harusnya Albar yang antar tapi gue yang minta ke dia buat lanjutin orderan lo," kata Karsa.

"Nggak papa kali, Kak. Maaf juga gue ketus sama lo diawal tadi," ucap Kalis dengan cengirannya.

Karsa menggelengkan kepalanya, "Gue pamit, ya. Kalau lo butuh bantuan jangan sungkan chat gue," kata Karsa yang diangguki Kalis dengan memberi hormat kecilnya membuat Karsa terkekeh melihatnya.

"Siap! Thanks, ya, Kak, udah temenin gue," ucap Kalis lagi yang diangguki Karsa.

"Gue pulang. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati-hati, Kak Karsa."

Setelah Karsa pergi, Kalis menutup pintu apartnya dengan senyum yang perlahan mulai merekah dan semakin lebar kala mendapati notifikasi pesan dari seseorang.

Kalis sendiri pun tak bisa menahan pekikannya ketika membaca pesan yang dikirimkan kakak tingkatnya itu. Dan, sepertinya malam itu Aeleasha Kalista menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan sosok Arkarsa Jenggala.

UHUYY

Kirim love "🤍" kalau kalian udah selesai baca bagian ini

Terima kasih sampai bertemu di bagian selanjutnya di kisah yang berisi dunia Kalis dan Karsa

Jangan lupa ajak teman-teman kalian juga buat ramein cerita Mas Karsa dan bisa baca bareng hihi

sekar_pipit
pascal.official

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro