Jurnal 01 - Kapten Bebek Mencari Cinta

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[Masukkan, nama tempat: ...]
Koloni AX0952

[Masukkan, tahun: ...]
Tahun: 2301

[Masukkan, Bulan, Tanggal, dan Hari: ...]
Bulan: tidak diketahui,
Tanggal: tidak diketahui,
Hari: tidak ada yang peduli.

[ERROR! Tanggal tak sesuai!]

Abaikan, tak ada informasi dari pusat.

[Diterima]

[Masukkan, nama pxxxxxx: ...]

Drake, Scavenger.

[ERROR! Nama Tidak Terdaftar!]

[Masukkan, nama pxxxxxx: ...]

....

Peregrine Drake, Kapten, Liberté.

[Nama tidak terdaftar.]

[Mempertimbangkan wewenang sebagai Kapten: ...]

....

[] [] [] [] [] []

[Kode diperbarui ... Nama diterima]

[Selamat datang di Jurnal Digital ZXC-0064, Kapten Drake.]

[Masukkan nama panggilan: ...]

Ducky.

[Nama panggilan diterima]

[Mulai menulis]

Aku menemukan benda langka. Entah apa ini bisa dibilang artefak atau sekadar barang bekas yang tertinggal di tempatku biasa mengais-ngais batu dan tanah kering. Menimang benda persegi setebal telapak tangan itu, jadi ingat hari-hari di mana aku masih berseragam dan tak perlu mempertaruhkan nyawa hanya demi sekian puluh gram ekstra protein hewani untuk makan malam.

Sebuah jurnal digital portabel.

Keren!

Baterainya menggunakan tenaga surya, pula. Aku hanya perlu membawanya ke tukang reparasi langganan untuk mengutik dan membersihkan pasir-pasir yang memenuhi komponennya. Sobat yang bisa kupercaya untuk urusan begini, asal aku membayar cukup.

Yang kurahasiakan dari tukang reparasi itu, benda yang dia perbaiki bukannya rusak. Sistem keamanannya bisa diakali untuk bisa membuat layar sentuh jurnal digital itu kembali berfungsi. Kebetulan, milikku yang lama sudah terlalu bobrok untuk diperbaiki.

Bentuk dan desainnya memang jauh lebih sederhana dari milikku yang rusak, bahkan berkesan kuno. Fungsinya juga tak banyak, hanya untuk mencatat dan menyimpan data saja. Aku tak bisa menemukan lensa sensor untuk kamera dan scan, sepertinya masih menggunakan colokan kabel untuk memindahkan data—yang sayangnya tidak kutemukan walau sudah menggali tanah di sekitar tempat benda itu kutemukan, lebih jauh. Fungsi tanggal dan kalendernya error, mungkin karena tidak terhubung dengan pusat data.

Benar-benar barang lawas!

Setidaknya aku mendapat alat untuk mencatat yang kapasitasnya jauh lebih baik daripada kertas-kertas bekas yang harus dicuci dan disetrika dengan batu panas dulu untuk bisa kutimpa tulisan baru. Perlu waktu untuk membiasakan diri dengan layar sentuhnya yang tak terlalu responsif, tapi sejauh ini lancar-lancar saja.

Buktinya tulisan ini masih berlanjut.

[Menyimpan tulisan sementara]

[Lanjutkan menulis]

Biasanya benda semacam ini setelah direparasi, kubawa ke tukang tadah untuk ditukar macam-macam, tapi kali ini kuputuskan untuk mengantonginya sendiri. Niatku untuk kupamerkan pada Suster Manis di klinik langganan.

Ahh ... Suster baik hati dengan senyum menawan, andai sempat kutransfer fotonya yang kuambil diam-diam dengan jurnal digital lamaku. Aku tak yakin kartu memori jurnal lamaku bisa dibaca oleh jurnal digital tua ini, seandainya aku bisa menemukan kabel pemindah data sekalipun.

Sayangnya, karena terlalu sibuk berkutat dengan tablet temuan baruku—ya, tukang reparasi di Koloni menyebut jurnal digital ini tablet, mungkin karena bentuknya mirip dengan tablet-tablet artefak yang jauh lebih kuno lagi. Aku terlambat.

Ketika tiba di sana, Suster Manisku ternyata sudah tak ada. Bahkan beberapa minggu ini dia tak lagi datang ke klinik untuk bekerja.

Bayangkan! Sudah berharap hati yang lelah ini disembuhkan oleh senyuman manis sang Suster, malah disambut perawat lelaki bertubuh satu setengah kali lebih besar dariku, macho, dan mahal senyum. Masih kuingat betul cengiran menyebalkan dokter sial yang memberiku kantong berisi sebotol kecil salep antiseptik dan beberapa butir pereda demam yang dihargai lebih mahal dari harga pasar.

"Tak perlu kecewa," kata dokter tua itu dengan nada simpati palsu. "Kau, toh ... tak ada harapan. Jangankan jadian, ngobrol dengan perawat itu selayaknya manusia normal saja kau tak mampu."

OKE!

Oke, aku memang tak bisa menemui Si Manis tanpa tergagap atau salah ucap. Karena itu aku memilih diam, daripada makin mempermalukan diri sendiri. Asal bisa memandang senyum senilai ribuan bintang di angkasa itu saja sudah membuatku sanggup berkejaran dengan hewan-hewan gurun untuk 3 minggu.

Yang lebih menyebalkan, dokter tua itu tak mau memberi informasi ke mana Si Manis itu pergi. Padahal aku sudah menjanjikan sogokan yang lebih mahal dari yang kuberikan untuk tukang reparasi.

Awalnya, berbekal sedikit kepercayaan diri sebagai mantan tentara. Aku merasa hanya perlu bertanya ke orang-orang di sekitar klinik, masalah selesai. Jawaban yang kudapat ternyata lebih mencengangkan. Si Suster Manis, mungkin mendapat tawaran pekerjaan di Koloni yang lebih besar, lebih kaya, dan lebih maju.

Sekadar pindah ke Koloni lain, aku merasa cukup mampu untuk mengejar. Namun kalau informasinya seperti itu, hanya ada satu Koloni yang terpikir, Liberté. Koloni tercanggih dan terkaya yang pernah kukenal. Tempat yang dulu kutinggalkan dengan terbirit-birit.

Orang luar nyaris mustahil bisa memasuki koloni yang bagaikan surga dunia itu, apalagi mantan tentara yang desersi. Bisa-bisa aku dieksekusi mati bahkan sebelum menginjakkan kaki di gerbangnya.

Pada titik ini, rasa putus asa sempat merundungku. Beberapa hari aku berjalan tak tentu arah. Aku sudah kehilangan semangat hidup. Cahaya penerang hari-hari suramku, cinta pertamaku direbut oleh Liberté.

[Menyimpan tulisan sementara]

[Lanjutkan menulis]

Aku sudah bermaksud untuk menantang monster gurun untuk mengakhiri hidup, ketika tukang reparasi langganan menyampaikan selentingan rumor yang sedap didengar. AYX, biro perdagangan terbesar yang bebas mondar-mandir antar koloni, termasuk Liberté, membuka lowongan untuk pengawal rombongan mereka.

Siapa saja boleh mendaftar, tanpa melihat latar belakang. Syaratnya hanya: Mampu bertahan hidup melintasi keganasan Direland.

Normalnya, lowongan itu kuanggap terlalu bagus untuk jadi kenyataan. Pasti ada udang dibalik rempeyek apabila biro perdagangan sekelas AYX sampai kesulitan mencari pegawai. Ditambah, aku juga sudah lama tak menginjakkan kaki di Direland.

Batas maksimalku belakangan ini reruntuhan peradaban lama di bukit-bukit dekat batas terluar koloni AX952. Di luar itu, senapan shotgun yang kubawa kabur ketika desersi sekalipun tak menjamin keselamatan.

[Mencari: Fungsi memindahkan data]

[Gagal]

[Mencari: Pendukung fungsi memindahkan data]

[Gagal]

[Mencari: Fungsi memindahkan data]

[Gagal]

[Mencari: Penyebab kegagalan pencarian]

[Kabel data tidak ditemukan]

[Lanjutkan menulis]

Mungkin di Koloni lain, aku bisa menemukan komponen yang bisa menggantikan fungsi kabel data. Ya, aku bukannya ingin mendaftar lowongan sebagai pengawal AYX itu. Aku hanya mencari kesempatan untuk melihat lagi wajah tersenyum Suster Manisku itu.

Dari informasi yang berhasil kukumpulkan, AYX sekarang sedang di Koloni AX0976 atau di Koloni AX0931. Aku hanya perlu pergi ke salah satu koloni tersebut dan mendaftarkan diri di sana.

Koloni ini tak bernama, hanya kode lokasi saja yang mendefinisikan bila disebut dalam data. Cukup nyaman, walau kecil dan miskin. AYX lebih jarang mencapai tempat ini daripada koloni lain, tetapi setidaknya aku bisa tidur nyenyak tanpa harus khawatir dagingku dikerikiti hewan gurun Direland. Pencuri dan perampoknya masih sesama manusia, masih bisa dicuri balik atau dibalas.

Setelah oasisku tak ada di sini lagi, saatnya kembali bertualang.

[Menyimpan tulisan sementara]

[Lanjutkan menulis]

Butuh dua hari perjalanan dengan papan selancar gurun, tiga kantong air minum, dan setengah kantong daging kering untuk sampai di Koloni AX0931. Beruntung di perjalanan kali ini aku hanya perlu kabur secepat mungkin dari hewan-hewan gurun. Roda belakang aus, tetapi setidaknya berhasil lolos.

Pendaftaran lowongan kerja AYX nyaris ditutup. Aku harus terus berlari melintas jalanan berdebu koloni, mencari stasiun AYX terdekat di tengah terik matahari. Sambil menyeret papan selancar gurunku.

Mengapa angin kencang yang biasanya tak kenal ampun sampai bisa menerbangkan barang yang tak diberi pemberat, malah tidak berembus di saat itu. Ingin mengumpat tapi rasanya percuma. Untungnya aku masih sempat bertemu dengan orang-orang berseragam AYX, saat mereka baru akan bersiap-siap membereskan stand pendaftaran.

Aku buru-buru memohon dan mengerahkan segenap kemampuan bicara untuk menahan mereka sedikit lebih lama lagi. Gawatnya mereka nyaris mengusirku, mungkin memberondong mereka dengan cerita kesulitanku menarik papan selancar gurun bukan ide yang bagus.

Mereka mengira aku hanya membual soal dua hari perjalanan dari koloni lain. Lebih parah, aku lupa membuka masker dan kacamata pelindung, sampai dengan mendengar hardikan salah seorang perekrut. Bertahun-tahun hidup sebagai desertir, membuatku terbiasa menutupi wajah setiap memasuki tempat baru.

Di tengah kepanikan karena tak bisa menunjukkan bukti bahwa aku betul-betul terlambat karena baru tiba dari koloni lain, aku teringat pada kantong berisi salep dan pil pereda demam yang kubeli mahal dari klinik. Orang-orang pandai di AYX pasti bisa memeriksa data yang ada di kantong itu, mereka butuh untuk memastikan barang yang mereka dapat masih layak pakai.

"Klinik swasta, Koloni AX0952. Dokter Jonas Auer ... Tanggal dikeluarkannya 5 hari yang lalu."

Salah satu pegawai AYX membacakan data dengan datar, cenderung bosan. Membuatku berkeringat dingin. Tali kacamata pelindung kuremas-remas, menunggu hasil.

"Valid," gumam pegawai AYX. Masih dengan nada datar, lalu memberi tanda hijau di sebelah nama yang kudaftarkan.

Sudah lama aku tak menghela napas selega itu sejak berhasil kabur dari tugas terakhirku sebagai anggota militer dulu.

"Datanglah ke titik kumpul ini, di waktu yang tercantum di situ. Kita berangkat dari sana."

Rasa senang yang membuncah membuatku menjawab dengan girang dan bersemangat. Semoga saja tak seorang pun dari para perekrut itu menyadari gestur memberi hormat yang tanpa sadar kulakukan.

Dengan dana yang tersisa, aku harus mengumpulkan perbekalan dan mengganti komponen papan selancar gurunku yang aus karena kupaksa melintas gurun lebih cepat dari biasanya. Kalau beruntung, mungkin aku bisa menemukan peluru tambahan dan sempat mengasah pisau sebelum pertemuan.

[Menyimpan tulisan]

[Selesai menulis]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro