7 *Taruhan*

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Garis ... Lengkung ... Kotak ...

Argghh!!

Sebuah bola kertas kembali terlempar ke lantai berkumpul dengan beberapa bola lainnya. Entah sudah berapa banyak kertas yang gadis itu buang sia-sia. Apa gerangan yang terjadi hingga dirinya tak bisa fokus sedikit pun. Setiap melihat kertas putih di hadapannya bukan gambar desain yang terpikir di otaknya seperti biasa. Melainkan sebuah senyuman. Senyuman tulus dari laki-laki yang berhasil membuat jantungnya berdebar kencang dan membuat kodok di perutnya melompat tak karuan.

Gambaran wajah dari laki-laki berambut acak terus saja mengganggu pikiran Indri. Bagaimana cara laki-laki itu memegang tangannya. Kemudian meletakkan tangan itu tepat di jantungnya. Belum lagi tawa serta gaya cengengesan khas darinya membuat Indri semakin tertarik kuat. Seperti ada magnet yang sedang menarik hatinya. Ini sudah 17 tahun, mungkinkah Indri merasakan jatuh cinta? Jatuh cinta pandangan pertama?

***

"Nggak mungkin!!"

"Woy lo uda kalah jangan curang dong! Nggak sportif banget lo!" Edon membanting stik ps-nya.

Andre yang tak terima karena club bola yang ia pimpin kebobolan dengan cepat me-reset kembali permainan. Ia ingin kembali memulai permainan dari awal namun sayang lawannya sudah terlanjur merajuk karena ulahnya.

"Ayo dong! Nggak asik lo don masa main gini aja ngambek, kek anak perawan lo!"

"Males lo nggak sportif! Lagian gue masih perawan kali!" Edon merebahkan tubuhnya di atas karpet merah dan mulai memainkan hpnya.

Andre meletakkan stik ps. "Lo perjaka bego bukan perawan!" koreksi Andre.

"Bodo amat!"

Andre menyandarkan tubuhnya di dinding kamar Edon yang bernuansa metalic. Tangannya terulur mengambil jus jeruk yang sudah disiapkan mama Edon. Sekali teguk minuman itu langsung habis tak bersisa.

"Eh ngomong-ngomong lo kenal sama cewek tadi siang?" tanya Edon tiba-tiba.

Andre mengambil toples kecil berisi keripik kentang yang ada di sebelah tv kemudian mulai memakan isinya.

"Cewek yang mana?"

Edon mendengkus kesal, berapa banyak cewek yang dikenal sahabatnya sampai kejadian heboh tadi siang saja langsung ia lupakan.

"Cewek yang ngamuk gara-gara bukunya lo ceburin ke mangkok bakso."

Andre menyipitkan mata. Mengingat tentang ciri-ciri cewek yang disebutkan oleh Edon. Ia ingat, cewek imut itu.

"Oh itu, nggak kenal sih cuma beberapa kali gue pernah ketemu sama dia?"

"Dia bukan gebetan lo kan?" selidik Edon.

Pertanyaan Edon membuat Andre terkejut sampai tersedak kunyahan keripik kentang. "Uhuk ... Ya bukanlah njir, kenapa? lo suka sama tuh cewek ambil aja kalo mau."

Edon menggeleng lalu bangkit untuk menoyor kepala temannya yang tak berisi itu. "Nggak bego! Gue denger dia anak IPA makanya gue nanya, gue uda duga mana mungkin lo punya gebetan anak IPA. Cewek pinter mana yang mau ketipu sama buaya sumur kayak lo!" cibir Edon mengingat bagaimana temannya itu memperlakukan perempuan.

Andre tak peduli, ia malah tersenyum sambil terus memasukkan keripik ke dalam mulut.

"Enak aja lo ngomong! Mau cewek IPA kek IPS kek mereka semua itu bakal luluh sama pesona ketampanan gue!" ucap Andre sembari tersenyum menggoda ke arah Edon. Sedangkan Edon membalas dengan ekspresi ingin muntah.

"Njirr gue pengen muntah!"

Tawa pecah mengiringi percakapan mereka. Namun itu hanya bertahan sesaat.

"Kalo gitu lo mau taruhan sama gue?" tawar Edon.

Andre menyipit. Ia berpikir apa yang akan menjadi taruhan Edon. Tapi apapun itu Andre akan menerimanya. Seorang Andreano Jeffry bisa melakukan apa saja yang ia inginkan.

"Taruhan apa?"

"Taruhan kalo lo bisa dapetin cewek IPA itu. Selama ini cewek yang lo deketin kalo nggak anak IPS sendiri atau cewek Bahasa, makanya sekarang gue tantang lo buat dapetin cewek IPA. Gimana lo mau terima?"

Edon mencoba menantang Andre. Awalnya Edon berpikir mungkin Andre akan menolaknya karena memang selama ini Andre hanya berhasil memiliki pacar selain anak IPA. Ia juga berpikir anak pintar mana yang akan mau dengan siswa bermasalah seperti Andre. Edon berencana akan memenangkan taruhan ini dan mengerjai Andre. Tapi seketika Edon terkejut saat mendengar jawaban Andre.

"Oke siapa takut." jawab Andre santai.

Edon tersenyum. Ia tak menyangka Andre benar-benar tidak takut bermain perempuan. Sedangkan di sana Andre hanya bersikap santai. Ia tak memikirkan resiko apa yang akan dihadapi setelah menerima tantangan Edon. Baginya semua perempuan itu sama, hanya mementingkan harta yang ia punya. Baginya di dunia ini tak ada perempuan yang benar-benar memiliki perasaan dan cinta. Hanya dengan mengandalkan kekayaan ayahnya maka Andre dengan cepat akan memiliki hati mereka.

"Tapi hadiahnya apa dulu nih?" tanya Andre.

Edon berdecak memikirkan hadiah yang pas untuk taruhan mereka kali ini. Kalo hanya sekedar makan gratis itu sudah biasa. Kali ini di taruhan yang tidak biasa juga harus ada hadiah yang luar biasa.

"Lo mau apa?"

Andre menghisap rokok yang baru ia sulut lalu menghembuskan asapnya. Apa yang ia mau sekarang? Apa itu bisa dikabulkan oleh temannya. Bahkan tuhan saja tidak mengabulkan permintaannya, apalagi Edon. Hanya satu yang selalu menjadi impian Andre selama ini, entah itu bisa terwujud atau tidak.

"Gue mau lo izinin gue buat gunain tempat lo yang di puncak."

Edon mengernyit tak mengerti maksud ucapan Andre. Tempat yang dimaksud adalah sebuah gedung kecil milik keluarga Edon yang biasa disewakan untuk acara pernikahan dan lain sebagainya. Apa yang diinginkan Andre dengan gedung itu.

"Lo mau gunain tempat itu buat apa? Jangan kotorin reputasi keluarga gue!!" Edon melarang karena sudah memikirkan hal aneh yang akan dilakukan Andre di tempat itu.

"Njirr lo mikir apa? Gue mau gunain gedung itu buat acara pameran."

"Pameran?" Edon menaikkan satu alis.

Andre kembali menghisap rokok yang tinggal setengah. "Lo tau kan gue nggak pernah bisa buat acara pameran lukisan di sini karena ayah pasti bakal ngelarang, makanya gue mau buat acara itu di tempat lo. Kalo gue nggak bisa jadi pelukis paling nggak gue bisa majang hasil karya gue."

Andre menghela napas kasar. Kembali rasa sesak itu menghampiri. Ia hanya ingin mewujudkan impiannya meski hanya sekali saja.

"Tapi tempat gue kan kecil dan nggak begitu banyak yang tahu, lo yakin mau pakai gedung itu?"

Andre tertawa pelan. "Gue nggak peduli meskipun pameran gue nggak ada yang ngeliat."

Paling nggak gue uda bisa bahagia

"Oke kalo cuma itu gue bisa kasih sewa gratis!" ucap Edon mantap.

"Berapa lama waktu gue?" Andre mematikan rokoknya.

"sebulan cukup?"

Andre menyeringai. "Seminggu cukup."

***

Part 7 selesai
See you part 8 ...

Kenapa part ini pendek?
Karena ... Karena ... Ya karena emang pendek hahaha 😂 /dilempar kaos kaki buluk.

Tanda 😘
Sandramilenia


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro